Hikmah KOLOM BUYA HUSEIN

Cara Berdakwah yang Indah

Ahad, 29 September 2024 | 18:59 WIB

Cara Berdakwah yang Indah

(Ikustrasi: NU Online).

Dalam petjalanan pulang dari Kudus ke Semarang terus ke Cirebon, (26/09/24) seorang teman bertanya tentang bagaimana mensosialisasikan Islam di ruang publik?.


Aku menjawab masalah ini sudah disebutkan dalam Al-Qur'an :


ادع إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ


“Ajaklah manusia ke jalan Tuhan-mu dengan “hikmah” dan nasehat yang baik dan debatlah mereka dengan cara yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmulah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. al-Nahl, [16]:125).


Melalui ayat ini Allah menyarankan atau memerintahkan kita bahwa jika kita ingin mengajak orang lain ke jalan Tuhan, maka lakukan dengan tiga cara/metode. Yaitu dengan : "hikmah", "mau'zhah Hasanah" dan "mujadalah billati hiya ahsan".


Kata “al-Hikmah”, bisa berarti “kebijaksanaan”, (bijaksana), atau “ilmu pengetahuan”, “pemikiran yang mendalam" atau "berpikir filosofis".


Imam Nawawi menjelaskan makna kata ini:


بنفاذ البصيرة وتهذيب النفس و تحقيق الحق


bi Nafadz al-Bashirah wa Tahdzib al-Nafs wa Tahqiq al-Haqq wal-‘Amal bih”, (dengan ketajaman mata hati, kebeningan jiwa, dan menyatakan kebenaran).


Dari kata ini muncul kata: “al-Hakiim”. Ia sering diterjemahkan sebagai “filsuf”, atau “sufi”, “sang yang bijakbestari”.


Jadi mengajak dengan hikmah berarti mengajak dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan kecerdasan intelektual, bukan dengan asal ngomong apalagi dengan "safsatah" (sofistik).


"Mau'idzah Hasanah" berarti menyampaikan nasehat, pesan, usul atau menawarkan pandangan yang baik, dengan lembut, sopan dan santun. Bukan dengan cara yang kasar, memaksa apalagi marah-marah atau menyalah-nyalahkan. Cara yg disebut akhir ini malahan melahirkan antipati dan phobia terhadap Islam.


Ada banyak ayat al-Qur'an yang menyerukan ajakan dengan santun dan lembut di atas. Ketika nabi Musa dan nabi Harus hendak mengajak Firaun ke jalan Allah, ke jalan Islam atau ke agama Tauhid, Allah mengatakan :


اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى. فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى


"Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas;maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". (QS Thaahaa, 43-44).


Al-Qur'an juga menyatakan:


فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ


"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Jika saja kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka untuk menyelesaikan urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka pasrahkan kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang pasrah kepada-Nya". (Q.S. Ali Imran, 159).


"Mujadalah" secara literal biasanya diartikan berdebat. Akan tetapi "mujadalah billati hiya Ahsan" maksudnya adalah berdiskusi, berdialektika dan mengajak bertukar pikiran dengan pikiran yang jernih dan jujur, guna mencari kebenaran. Jadi bukan dengan cara mencari kemenangan atau menang-menangan, debat kusir dan marah-marah.


Nah, betapa menariknya kata-kata mufassir besar Ibnu Katsir, ini :


قال الحافظ ابن كثير-رحمه الله-: (من احتاج منهم إلى مناظرة وجدال، فليكن بالوجه الحسن برفق ولين وحسن خطاب


Ibnu Katsir mengatakan : jika ingin berdebat, maka hendaklah dengan cara yang baik, lembut, santun dan kata-kata yang baik.


Cara atau metode al-Qur'an di atas, bisa digunakan untuk mengajak orang lain mengikut apa yang kita anggap benar dan baik.


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU