• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Tokoh

Kisah Kiai Abbas Buntet Selamat dari Percobaan Pembunuhan

Kisah Kiai Abbas Buntet Selamat dari Percobaan Pembunuhan
Kisah Kiai Abbas Buntet Selamat dari Percobaan Pembunuhan
Kisah Kiai Abbas Buntet Selamat dari Percobaan Pembunuhan

Cirebon, NU Online Jabar
Pengasuh Ma'had Darussalam, Buntet Pesantren Cirebon KH Tb Ahmad Rivqi Chowash mengisahkan ulama kharismatik KH Abbas Abdul Jamil yang selamat dari percobaan pembunuhan di zaman revolusi fisik, pelakunya adalah orang pribumi suruhan Belanda. Peristiwa itu sering disebut sebagai "Tragedi Hari Jum'at".


Menurut Kiai Ahmad Rivqi, kisah ini terhitung mutawattir karena banyak disaksikan oleh para kiai dan santri Buntet Pesantren Cirebon. Ayahnya sendiri, KH Chowash Nurudin sering menceritakan kisah ini.


"Alkisah, KH Moch Abbas bin KH Abdul Jamil kedatangan tamu dari jauh. Seperti biasa, beliau selalu memuliakan tamu siapapun tanpa terkecuali dan tanpa menaruh curiga karena selalu berhusnudzan," ungkapnya kepada NU Online Jabar, Sabtu (15/7/2023).


Setelah menginap semalam, sambungnya, tamu yang belakangan baru diketahui seorang pendekar bayaran Belanda itu meminta Kiai Abbas untuk mengantarnya berziarah ke maqbarah Gajah Ngambung. Karena terendus gelagat tidak baik, Kiai Abbas meminta tamu itu untuk diantar saja oleh santri.


"Maaf saya nggak bisa, ada keperluan. Setelah berkali-kali memohon diantar, akhirnya Kiai Abbas berkata; baiklah tunggu saya berwudhu dulu," tambah Kiai Ahmad Rivqi menirukan jawaban Kiai Abbas.


Dijelaskan, ketika Kiai Abbas hendak berwudu, secara diam-diam si tamu tadi mengikuti dari belakang sambil menghunuskan sebilah pisau tajam yang sudah dilumuri racun dan sudah disiapkan sejak awal.


"Beruntung Kiai Abbas yang merasakan sambaran pisau dapat mengelak dan menangkis, padahal pisau belati tersebut nyaris menyentuh leher beliau," imbuhnya.


Merasa penasaran, si pendekar ini terus menerus menyabetkan pisaunya namun Kiai Abbas berhasil menghindari setiap serangannya. Bahkan Kiai Abbas berhasil mengunci tangan pelaku yang memegang pisau dan menggenggam tangan satunya.


"Kiai Abbas tidak langsung menghabisi lawan, tapi jagoan itu diseret keluar rumah, sampai di depan masjid kurang lebih 50 meter dari  tempat semula," jelasnya.


Di tempat tersebut, pertarungan kembali berlangsung hingga para santri dan masyarakat berkerumun menyaksikan duel dua jagoan, apalagi yang satunya itu adalah guru dan kiai panutan mereka.


"Melihat kiainya diperlakukan seperti itu, salah satu dari pengawal Kiai Abbas yang bernama Ki Manap, jagoan silat aliran Cikalong merasa geram dan berteriak histeris: Kiai.... biar saya saja yang mati," tambahnya menirukan ucapan Ki Manap.


Tanpa berpikir panjang, Ki Manap kemudian menghampiri dan melayangkan potongan rel kereta api ke punggung pendekar yang jadi lawan duel Kiai Abas. Anehnya, si pendekar itu tetap bertahan dan seolah tidak merasakan pukulan Ki Manap.


Padahal, lanjut Kiai Ahmad Rivqi, walau dengan tangan kosong, pukulan Ki Manaf bisa menghancurkan tubuh musuh. "Kiai Abbas berteriak; jangan! biarkan saja dulu," kata Kiai Ahmad Rivqi.


Pertarungan sengit itu bertahan cukup lama, yaitu dari pagi sampai menjelang adzan Jum'at. Santri dan masyarakat setempat hanya bisa menyaksikan dengan perasaan yang berkecamuk, mengingat tidak bisa membantu karena Kiai Abbas melarangnya. Kiai Abbas tahu bahwa dia bukan musuh dan hanya sebagai orang bayaran.


"Adik-adik beliau, KH Anas, KH Akyas dan KH Ilyas, KH Ahmad Zahid dan kerabat beliau semuanya menyaksikan. Orang-orang sekitar oleh beliau sama sekali tidak boleh mengusik si makhluk bayaran itu," bebernya.


Kiai Abbas kemudian memberi Isyarat kepada Kiai Ilyas dan Kiai Ilyas pun memahami isyarat itu dan langsung pulang masuk kamarnya. Setelah selesai bermunajat, Kiai Ilyas datang kembali sambil berkata; sampun beres.


"Setelah Kiai Ilyas berkata sampun beres, ada yang aneh pada diri makhluk bayaran tadi,dia clingak-clinguk, seperti kehilangan keseimbangan kemudian kakinya disrimpung dan badannya yang kekar dibanting oleh sejumlah jawara Kiai Abbas yang menggeruduk tanpa komando," jelas Kiai Ahmad Rivqi.


Kiai Anas yang tahu rahasia pembunuh bayaran itu berteriak agar ada yang mengambil sabuk dan rompinya. Ternyata, setelah sabuk dan rompi jimat jagoan bayaran itu diambil, dia langsung terkulai lemas tak berdaya.


"Ada seorang jawara muda, Kiai Johar yang saking geramnya menyiramkan minyak tanah di sekujur tubuh jagoan bayaran itu," jelas Kiai Ahmad Rivqi.


"Kata Kiai Abbas; jangan! jangan! suruh dia ganti baju," sambungnya.


Kiai Abbas mewanti-wanti untuk berbuat baik dan menyantuni jagoan bayaran itu karena menurutnya, dia bukan musuh tapi hanya bayaran. "Setelah diberi pakaian baru, diberi makan dan minum serta dikasih ongkos pulang, akhirnya jagoan tersebut mengakui identitas dan asal usulnya. Beberapa waktu kemudian orang ini jadi gila dan meninggal," pungkas Kiai Ahmad Rivqi.


Pewarta: Aiz Luthfi


Tokoh Terbaru