• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Taushiyah

KOLOM KH ZAKKY MUBARAK

Tawadhu dan Rendah Hati

Tawadhu dan Rendah Hati
Tawadhu dan Rendah Hati.
Tawadhu dan Rendah Hati.

Dalam rutinitas pergaulan ditengah-tengah masyarakat, kita jumpai berbagai macam sifat yang dilakukan umat manusia. Adakalanya sikap yang dilakukan seseorang menimbulkan simpati dan kecintaan yang mendalam terhadap teman bergaulnya, dan ada pula yang menimbulkan antipati serta kebencian terhadap sesamanya. Bila kita jumpai teman yang bersikap rendah hati atau merendahkan diri, memiliki budi pekerti yang luhur, maka sikap dan tingkah lakunya sangat menyenangkan kita.


Sebaliknya bila kita jumpa seseorang yang bersikap angkuh, selalu takabbur dan tidak berbudi pekerti yang baik, maka perbuatannya akan menimbulkan kebencian dan ketidaksenangan dari teman bergaulnya. Diri kita, disukai atau dibenci orang lain, tergantung pada sikap pergaulan kita terhadap mereka. Bila kita bersikap merendahkan diri, tidak angkuh dan berakhlak yang luhur, maka akan memperoleh simpati dari masyarakat, dengan jalan bercermin kepada orang lain disekitarnya.


Manusia sering keberatan untuk merendahkan diri, karena takut diangap rendah oleh orang lain. Padahal sebenarnya tidaklah demikian, karena rendah diri bukanlah rendah tetapi ia berada dalam kedudukan yang tinggi.


Mengenai hal ini, Rasulullah SAW bersabda:


مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ، إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ (رواه مسلم)


“Tidak akan berkurang harta seseorang karena bersedekah, tidaklah Allah s.w.t. menambah terhadap seseorang yang mau memaafkan melainkan kemuliaan dan tidak ada seorangpun yang bersifat tawaddhu’ (merendahkan diri) karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya”. (HR. Muslim, No: 2588).


Andaikata setiap diri manusia bersikap tawaddhu’ dan rendah hati, tidak bersikap angkuh dan sombomg, pastilah kehidupan masyarakat akan mencapai ketentraman dan ketenangan. Dengan cara seperti ini akan dapat membentuk suatu masyarakat yang diidamkan, dimana setiap anggotanya saling berbuat baik, berbudi pekerti luhur, satu sama lain saling membantu dan bertoleransi. Nabi menyatakan:


إِنَّ اللهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ، وَلَا يَبْغِي أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ (رواه مسلم)


”Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar bersikap tawaddhu’ (merendahkan diri), hingga seorang tidak menyombongkan dirinya dihadapan orang lain dan tidak saling menganiaya”. (HR Muslim, No: 2865).


Rasulullah SAW sungguh pun ia seorang Nabi dan pemimpin besar umat manusia, selalu bersikap tawaddhu’, sehingga diriwayatkan, bahwa orang-orang kecil pun berani berbicara ataupun bercanda dengan Nabi. Sahabat Anas meriwayatkan suatu hadis yang menjelaskan bahwa Nabi selalu menyampaikan salam meskipun kepada anak-anak kecil.


عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى غِلْمَانٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ (رواه مسلم)


“Dari Anas r.a. sesungguhnya Rasulullah SAW melewati beberapa anak kecil, maka beliau mengucapkan salam pada mereka”. (HR Bukhari, No: 6247 dan Muslim, No: 2168).


Masih diriwayatkan Anas ra:


إِنْ كَانَتِ الأَمَةُ مِنْ إِمَاءِ أَهْلِ المَدِينَةِ لَتَأْخُذُ بِيَدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَنْطَلِقُ بِهِ حَيْثُ شَاءَتْ (رواه البخاري)


“Adakalanya wanita-wanita pelayan di kota Madinah memegang tangan Nabi SAW dan membawa kemana ia suka”. (HR. Bukhari, No: 6072).


Rasulullah Muhammad SAW. biasa membantu pekerjaan rumah tangganya, membantu istri dan keluarganya. Sayyidah ‘Aisyah ra meriwayatkan:


عَنِ الأَسْوَدِ، قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ، مَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ فِي أَهْلِهِ؟ قَالَتْ: كَانَ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ (رواه البخاري)


“Dari Aswad r.a. aku bertanya Aisyah r.a.: “Apa yang dilakukan Nabi SAW terhadap keluarganya? Aisyah menjawab: “Bahwa Nabi s.a.w. membantu keluarganya, apabila tiba waktu shalat, beliau segera keluar rumah untuk mengerjakannya”. (HR. Bukhari, No: 6039).


Demikian besarnya penghormatan dan kasih sayang Nabi terhadap orang-orang kecil, sehingga terkadang menghentikan khutbahnya, karena ada salah seorang sahabatnya yang bertanya masalah agama. Setelah Nabi SAW memberikan penjelasan secukupnya beliau naik kembali ke mimbar untuk menyelesaikan khutbahnya. (HR. Muslim)


Para Nabi dan Rasul, termasuk Nabi Muhammad SAW tidak pernah merasa rendah untuk menggembalakan ternak, atau mengambil sebagian kecil dari upahnya. Abi Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: 


مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الغَنَمَ، فَقَالَ أَصْحَابُهُ: وَأَنْتَ؟ فَقَالَ: نَعَمْ، كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ (رواه البخاري)


“Allah tidaklah mengutus seorang Nabi kecuali pernah menggembalakan kambing. Bertanya para sahabat: “dan engkau juga? Nabi menjawab: “Ya aku dahulu menggembalakan kambing milik orang-orang Makkah dengan mendapat upah beberapa Qirath”. (HR. Bukhari, No: 2262).


Banyak sekali contoh yang dapat dikemukakan mengenai sikap tawaddhu; Rasulullah Muhammad SAW Beliau selalu mendatangi undangan meskipun datang dari orang-orang kecil atau rakyat biasa. Beliau senang bergaul dengan orang-orang miskin, membantu mereka, mengantarkan jenazah diantara mereka dan memperlakukan mereka sebaik-baiknya. Firman Allah:


وَٱخۡفِضۡ جَنَاحَكَ لِلۡمُؤۡمِنِينَ 


“... Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman”. (Q.S. Al-Hijr, 15: 88).


Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, salah seorang Mustasyar PBNU


Taushiyah Terbaru