• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 24 April 2024

Taushiyah

KOLOM KH ZAKKY MUBARAK

Rekonfirmasi Tauhid dalam Ibadah Haji

Rekonfirmasi Tauhid dalam Ibadah Haji
Rekonfirmasi Tauhid dalam Ibadah Haji
Rekonfirmasi Tauhid dalam Ibadah Haji

Ibadah haji sebagai salah satu rukun Islam merupakan suatu ibadah yang sangat agung, yang memerlukan persiapan fisik dan mental serta persiapan dana yang cukup besar. Ibadah itu hanya diwajibkan sekali dalam seumur hidup bagi setiap orang muslim, apabila telah memiliki kemampuan, baik lahir maupun batin. Ritual dalam ibadah haji sangat erat kaitannya dengan aktivitas yang dilakukan Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad. Nabi Ibrahim dikenal sebagai bapak monoteisme.


Nabi yang dengan gigih mengajarkan ajaran tauhid yaitu ajaran tentang keesaan Allah SWT. Disebut bapak monoteisme, karena beliau yang menegaskan kembali ajaran tauhid yang pernah diajarkan para Nabi dan Rasul sebelumnya, yang pernah memudar dalam waktu yang cukup lama.


Tuhan yang diperkenalkan Ibrahim AS kepada semua manusia, adalah Tuhan seru sekalian alam Yang Maha Esa dan Maha Kuasa. Ia amat dekat dengan manusia dan menyertai mereka dalam semua aktivitas secara keseluruhan. Nabi Ibrahim juga mengumandangkan ajaran tentang neraca keadilan Ilahi yang mempersamakan kedudukan semua manusia dihadapan-Nya, meskipun mereka terdiri dari berbagai ras, suku dan bangsa. Betapapun kuat dan kuasanya seseorang, ia tetap sama dihadapan Tuhan dengan orang yang lemah lagi papa. Karena kekuatan dan kekuasaan orang itu semata-mata diperoleh dari-Nya, sedangkan kelemahan dan kekurangan yang diderita mereka yang lemah adalah berdasarkan hikmah dan kebijaksanaan-Nya juga.


Allah SWT dapat mencabut dan menganugrahkan kemuliaan dan ketinggian kepada siapa saja yang dikehendaki sesuai dengan Sunnah dan ketetapan-Nya.


Ibarahim as mananamkan keyakinan pada dirinya dan umatnya berdasarkan pencarian dan pengalaman-pengalaman pribadi yang dilaluinya dalam perjalanan yang amat panjang. Secara Qur’ani pengalaman-pengalaman itu terbukti bukan saja mengenai Tauhid (ke-Esaan Tuhan) seru sekalian alam, seperti dijelaskan dalam al-Qur’an:


وَكَذَٰلِكَ نُرِيٓ إِبۡرَٰهِيمَ مَلَكُوتَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلِيَكُونَ مِنَ ٱلۡمُوقِنِينَ فَلَمَّا جَنَّ عَلَيۡهِ ٱلَّيۡلُ رَءَا كَوۡكَبٗاۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّيۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَآ أُحِبُّ ٱلۡأٓفِلِينَ


“Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin. Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam". (Al-An’am, 6:75-76).


Mengenai keyakinan tentang hari kebangkitan. Ibrahim as pernah memohon kepada Allah, agar diperlihatkan kepadanya bagaimana cara Tuhan menghidupkan sesuatu yang telah mati.


Dijelaskan dalam firman Allah :


وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِ‍ۧمُ رَبِّ أَرِنِي كَيۡفَ تُحۡيِ ٱلۡمَوۡتَىٰۖ قَالَ أَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۖ تُؤۡمِنۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِن لِّيَطۡمَئِنَّ قَلۡبِيۖ قَالَ فَخُذۡ أَرۡبَعَةٗ مِّنَ ٱلطَّيۡرِ فَصُرۡهُنَّ إِلَيۡكَ ثُمَّ ٱجۡعَلۡ عَلَىٰ كُلِّ جَبَلٖ مِّنۡهُنَّ جُزۡءٗا ثُمَّ ٱدۡعُهُنَّ يَأۡتِينَكَ سَعۡيٗاۚ وَٱعۡلَمۡ أَنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ


“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati”. Allah berfirman : “Apakah kamu belum percaya?” Ibrahim menjawab : “Saya telah percaya, akan tetapi agar bertambah tetap hati saya”. Allah berfirman : “(kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu jinakkanlah burung-burung itu kepadamu, kemudian letakkanlah tiap-tiap seekor daripadanya atas tiap-tiap bukit. Sesudah itu panggillah dia, niscaya dia akan datang padamu dengan segera”. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Al-Baqarah; 2:260).


Nabi besar Muhammad SAW, sebagaimana juga Nabi Ibrahim melakukan kegiatan yang sama yaitu menegakkan ajaran Tauhid, ajaran tentang persamaan hak, menegakkan keadilan dan kebenaran. Ibadah haji dalam sejarahnya yang panjang pernah dikotori oleh generasi jahiliyah, dimurnikan kembali oleh Nabi Muhammad, sebagaimana yang diajarkan Nabi Ibrahim. Segala bentuk kemusyrikan dihilangkan, kedzaliman dikikis habis dan kebathilan diberantas sampai ke akar-akarnya.


Ibadah haji pada hakekatnya merupakan rekonfirmasi (penegasan kembali) ajaran Tauhid yang ditegakkan para Nabi dan Rasul. Keteladanan yang diwujudkan dalam bentuk ibadah tersebut dan praktek ritualnya, pada hakekatnya merupakan penegasan kembali dari setiap jama’ah haji, mengenai keterikatannya dengan prinsip-prinsip keyakinan yang ditegakkan oleh Ibrahim dan para Nabi sesudahnya sampai Nabi Muhammad.


Inti keyakinan itu terdiri dari : (1) Pengakuan akan keesaan Allah s.w.t. serta penolakan terhadap segala macam kemusyrikan dalam segala bentuknya, (2) Keyakinan tentang adanya keadilan Tuhan dalam kehidupan dunia ini, juga dalam kehidupan akhirat. (3) Keyakinan tentang kemanusiaan, yang bersifat universal, dengan persamaan hak dan kedudukan mereka, meskipun terdiri dari berbagai macam ras, suku dan bangsa.


Dr. KH. Zakky Mubarak, MAsalah seorang Mustasyar PBNU


Taushiyah Terbaru