• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 30 April 2024

Taushiyah

KOLOM KH ZAKKY MUBARAK

Jihad Fi Sabilillah

Jihad Fi Sabilillah
Jihad Fi Sabilillah
Jihad Fi Sabilillah

Pengertian jihad fi sabilillah sering dipahami dengan pemahaman yang sangat sempit, yaitu berperang di jalan Allah. Sesungguhnya jihad fi sabilillah atau berjuang di jalan Allah itu amat luas menyangkut segala macam aktivitas yang terpuji. Seorang siswa atau mahasiswa belajar menuntut ilmu, termasuk berjihad di jalan Allah.


Demikian juga seorang yang berusaha berdagang dan sebagainya untuk menghidupi keluarganya, seorang petani yang bekerja di sawah dan di kebunnya, seorang ilmuwan yang melakukan penelitian, sehingga mendatangkan sesuatu yang bermanfaat, semuanya itu termasuk fi sabilillah.


Ketika serombongan kaum muslimin melakukan perjalanan untuk berjihad dalam bentuk peperangan bersama Rasullah SAW. Mereka menjumpai di tengah perjalanan itu seorang anak muda yang giat bekerja secara bersungguh-sungguh. Pada dirinya terlihat tanda-tanda keuletan dan keperkasaan. Rombongan para sahabat itu mengharapkan agar anak muda yang sangat simpatik itu, ikut berjuang di medan perang dan meninggalkan aktivitas hariannya.


Nabi SAW menegur cara pandang para sahabat itu, beliau menyatakan bahwa aktivitas anak muda itu juga termasuk jihad fi sabilillah. Selanjutnya beliau bersabda:


“Jika ia bekerja untuk menafkahi anak-anaknya yang masih kecil, maka ia telah berjuang di jalan Allah. Jika ia bekerja untuk menjaga dirinya agar tidak mengharap pemberian orang lain, maka ia berjuang di jalan Allah. Apabila ia bekerja mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka ia berjuang di jalan Allah. Dan apabila ia pergi bekerja untuk mencari kebanggan diri dan kepuasan duniawi, maka ia berjuang di jalan syaitan”. (HR. Thabrani, 306).


Hasil usaha sendiri dengan bekerja keras dan perjuangan yang ulet merupakan hasil perolehan yang paling baik dan paling mulia. Mengenai hal ini Rasulullah SAW bersabda:


“Tidaklah seorangpun memakan suatu makanan yang lebih baik dari hasil usahanya sendiri dan sesungguhnya Nabiyullah Daud a.s. selalu makan dari hasil usaha tangannya sendiri”. (HR. Bukhari, 1966).


Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, salah sreoang Mustasyar PBNU


Taushiyah Terbaru