Perjalanan panjang umat manusia dari kehidupan dunia sampai ke akhirat, memerlukan bekal yang cukup dan memadai. Bekal itu hendaknya sesuatu yang bersifat abadi, tidak terlepas dari kehidupan kita. Untuk memenuhi hal ini, bisa ditetapkan dalam berbagai hal berikut ini. (1) berpegang teguh kepada al-Qur’an dan al-Sunnah, (2) mencintai Allah dan rasul-Nya melebihi cinta kita terhadap segala sesuatu termasuk diri kita sendiri. (3) menjaga kemurnian tauhid dan menghindari segala bentuk kemusyrikan. (4) keluarga yang shaleh dan shalehah, (5) memperbanyak taubat dan zikir, (6) mensyukuri segala bentuk karunia dan kenikmatan, (7) bersikap tabah dan sabar dalam menghadapi berbagai ujian.
Berpegang teguh kepada al-Qur’an dan al-Sunnah merupakan keniscayaan yang tidak boleh dilupakan, karena keduanya merupakan pedoman hidup, sumber ilmu pengetahuan, dan petunjuk menuju kebahagiaan. Mencintai Allah dan rasul-Nya merupakan bagian dari kehidupan seorang muslim yang tidak bisa dicerai-pisahkan dari dirinya. Mencintai Allah dan rasul-Nya harus diutamakan melebihi cinta kita kepada segala sesuatu, termasuk diri kita sendiri.
Baca Juga
Urip Mung Mampir Ngombe
Sahabat Umar bin Khattab pernah berbicara terus terang kepada Nabi SAW: “Wahai Rasulullah, engkaulah orang yang paling aku cintai melebihi cintaku kepada segala sesuatu, kecuali diriku sendiri”. Nabi SAW menjawab pernyataan Umar: “Tidak wahai Umar, sehingga engkau mencintai diriku melebihi cintamu pada dirimu sendiri”. Umar langsung menyatakan: “Demi Tuhan yang mengutusmu dengan kebenaran, sesungguhnya engkaulah orang yang paling aku cintai dari segala sesuatu, bahkan dari diriku sendiri”. Nabi menjawab: “Sekarang baru sempurna imanmu”. (HR. Bukhari, 6632).
Firman Allah: Katakanlah: "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. Al-Taubah, 09:24).
Menjaga kemurnian tauhid dan menghindari kemusyrikan dalam berbagai bentuknya merupakan keyakinan yang harus menyatu dengan pribadi setiap muslim. Karena keyakinan pada tauhid merupakan pokok dari ajaran agama. Membentuk keluarga yang shaleh dan shalehah merupakan bekal yang penting dalam mengarungi kehidupan agar terus berjalan di bawah naungan petunjuk Allah dan rasul-Nya. dalam menjalani kehidupan, setiap diri manusia pasti mengalami berbagai macam kesalahan, dosa, dan kekhilafan. Karena itu, memperbanyak taubat, dan memperbanyak dzikir merupakan aktivitas yang sangat terpuji. Allah SWT menerima semua taubat hamba-Nya meskipun ia pernah melakukan banyak dosa.
Dzikir dapat mengantarkan seseorang pada ketenangan dan ketentraman, sekaligus terlepas dari keresahan dan kegelisahan. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tentram dengan mengingat Allah. “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (QS. Al-Ra’d, 12:28).
Al-Qur’an banyak memerintahkan kepada umat manusia agar selalu bertaubat dari segala kesalahan dan dosanya. “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Tuhanmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai”. (QS. Al-Tahrim, 66:8).
Baca Juga
Guru Oemar Bakrie: Dulu dan Sekarang
Pada saat kita memperoleh karunia dan nikmat dari Allah SWT, dan apapun yang kita alami dalam kehidupan kita, hendaknya senantiasa bersyukur, baik dalam lisan kita maupun dalam sanubari dan perilaku kita. Setiap orang pernah mengalami musibah, baik berupa kesusahan, kesulitan, bencana, dan sebagainya. Itulah kenyataan dalam kehidupan umat manusia, karena itu kita menghadapinya dengan ketabahan dan kesabaran, serta tetap menerima kenyataan tersebut dengan tulus. “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”. (QS. Ali Imran, 03:200).
Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, salah seorang Mustasyar PBNU
Terpopuler
1
Keutamaan Bulan Sya’ban dan Nisfu Syaban dalam Hadits Nabi
2
PCNU bersama Pemkot, ATR/BPN, dan Kemenag Launching Menuju Bandung Kota Wakaf dan Pelaksanaan Wakaf Hijau
3
Inilah Sejumlah Agenda Haul Masyayikh Pesantren Sunanulhuda 2025
4
Innalillahi, Mustasyar PCNU Cianjur KH R Abdul Halim Meninggal Dunia
5
Tiga Pemain Keturunan Resmi Jadi WNI: Amunisi Baru Perkuat Timnas Indonesia
6
Peralihan Arah Kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah Terjadi di Bulan Syaban
Terkini
Lihat Semua