Rudi Sirojudin Abas
Kontributor
Oemar Bakrie Oemar Bakrie
Pegawai negeri
Oemar Bakrie Oemar Bakrie
Empat puluh tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti
Memang makan hati
Oemar Bakri Oemar Bakrie
Banyak ciptakan menteri
Oemar Bakrie
Profesor dokter insinyur pun jadi
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakrie
Seperti dikebiri
Guru Zaman Dulu
Baca Juga
Perempuan Guru Ulama Laki-laki Terkemuka
Bagi orang yang mengalami hidup di zaman tahun 1980-an hingga 2000-an (mungkin juga sebagian sekarang) tentu akan mengenal lagu Oemar Bakrie karya penyanyi ballad Iwan Fals yang dirilis 1981. Lagu tersebut menggambarkan keadaan guru pada masa itu yang identik dengan kesederhanaan, jujur, bersahaja, tampil apa adanya, serta bijak dan ramah kepada para peserta didiknya.
Namun, dibalik sikapnya yang demikian, tersimpan keprihatinan yang mendalam yang dirasakannya, yakni soal kesejahteraan, soal gaji mereka. Sejak Indonesia merdeka 1945, zaman Orde Lama, Orde Baru, hingga awal Orde Reformasi gaji guru pun tetap memprihatinkan. Pemerintah seolah abai terhadap keberadaan guru. Padahal jika dicermati lebih dalam, guru merupakan tonggak utama dalam mencerdaskan kehidupan anak bangsa.
Situasi dan kondisi yang dialami guru pada zaman dulu dengan kesejahteraannya yang kurang namun tetap memiliki tanggung jawab berat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa menjadikan profesi guru dipandang sebelah mata. Stigma 'guru desa' pada waktu itu pun yang sering kali menjadi bahan candaan dan guyonan masyarakat seolah memperparah identitas guru. Meskipun pada kenyataannya guru mampu memanusiakan manusia, namun tetap saja belum ada penghargaan yang semestinya pantas dan layak diberikan kepada guru.
Meskipun demikian, guru di zaman dulu tetap saja sebagai pribadi yang penuh tanggung jawab, tulus mendidik, meskipun harus terus 'tutup lobang gali lobang" demi menjamin keberlangsungan kehidupannya.
Upaya pemerintah untuk menjadikan guru sebagai mitra pendidikan-dalam hal ini sebagai pegawai negeri sipil (PNS)-tetap saja tidak membuahkan hasil. Stigma guru desa yang kurang sejahtera tetap saja mengakar di masyarakat. Masyarakat pun lebih tergiur dengan pekerjaan lain dibanding profesi guru. Alasannya tetap sama, soal kesejahteraan.
Alhasil, guru zaman dulu merupakan identitas mulia yang tidak banyak diminati orang. Meskipun banyak menghasilkan orang sukses, tetap saja kesejahteraannya memperihatinkan. Penggalan lirik lagu Iwan Fals "Oemar Bakrie, profesor dokter insinyur pun jadi, tapi mengapa gaji guru Oemar Bakrie seperti dikebiri" seolah mempertegas kondisi guru di masa lalu.
Guru Zaman Sekarang
Karena guru dipandang sebagai tonggak utama dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah dan pihak swasta terus menerus melakukan upaya untuk memperluas keberadaan istitusi pendidikan. Kampus-kampus pendidikan, sekolah-sekolah, serta lembaga-lembaga kursus menjamur. Nasib guru dan tenaga kependidikan mulai menemukan titik cerah. Pemerintah pun tampak serius memperhatikan kesejahteraannya. Berbagai regulasi digulirkan, dari mulai kenaikan gaji guru secara berkala, tunjangan sertifikasi, tunjangan honorer, beasiswa pendidikan, penghargaan guru berprestasi, hingga rekrutmen pegawai pemerintahan (ASN) secara besar-besaran. Itu semua mencerminkan, pemerintah mulai sudah serius memandang profesi guru.
Saat ini, seiring dengan mudahnya akses teknologi dan informasi, sistem pengelolaan data pendidikan menjadi keniscayaan. Semua data terkait dengan pendidikan terintegrasi dengan baik. Di zaman sekarang, sulit ditemukan para oknum pendidikan yang bermain misalnya dalam hal pengadaan ASN karena semuanya terpantau secara rapi oleh sistem. Realita ini kemudian berimbas kepada guru. Guru pun dituntut untuk adaptif, responsif, dan kreatif terhadap perubahan dunia pendidikan.
Jika guru di zaman dulu dipandang sebelah mata, kini profesi guru dipuja dan dimanja. Bukan karena tugasnya yang mulia, tapi karena kesejahteraannya yang pantas dibanggakan. Selain itu, karena jam kerja guru tidak seperti pegawai-pegawai pemerintah yang lain, masyarakat kini mulai mempertimbangkan profesi guru. Alhasil profesi guru mulai diburu dan diminati.
Imbas dari kondisi demikian, guru tetap dituntut untuk mampu mempertanggung jawabkan moral keguruannya. Guru harus memiliki kecakapan yang baik, baik dari segi kompetensi maupun dari segi moral. Tak elok jika guru mengenyampingkan peran dan kotribusinya, sementara pemerintah di satu sisi sudah mulai memperhatikannya.
Selain itu, guru pun harus mampu menjawab tantangan masa depan. Harus diingat, peserta didik hari ini adalah peserta didik yang kritis yang hidup di dunia teknologi dan informasi yang begitu cepat. Oleh karena itu, sedikit saja lengah, ancaman degradasi moral peserta didik menjadi tantangan tersendiri dan jika tidak segera diantisipasi maka boleh jadi akan menjadi disintegrasi pendidikan.
Guru di zaman sekarang adalah guru yang tidak hanya sebagai fasilitator, tetapi juga sebagai motivator. Ia memikul tanggung jawab besar untuk menciptakan generasi muda yang tangguh yang mampu melewati berbagai ancaman dan tantangan kehidupan. Oleh karena itu, karena keberadaan dan fungsi guru sangat signifikan, maka ia akan selau diperhatikan banyak orang mengingat perannya yang sangat menentukan.
Rudi Sirojudin Abas, salah seorang peneliti kelahiran Garut
Terpopuler
1
Pelunasan Haji Khusus 2025 Memasuki Hari Keempat, Kuota Terisi Hampir 50%, Masih Dibuka hingga 7 Februari
2
LAZISNU Depok Resmi Jadi Percontohan dalam Program Koin Digital NU
3
3 Peristiwa Penting di Bulan Syaban, Bulan Pengampunan dan Rekapitulasi Amal
4
IPNU-IPPNU Kabupaten Tasikmalaya Gelar Diklat Aswaja, Perkuat Pemahaman Keaswajaan Pelajar NU
5
Hasil Bahtsul Masail Kubro Putri se-Jabar di Pesantren Sunanulhuda 2025 terkait Hukum Sungkem dan Mushofahah kepada Guru, Download di Sini
6
Menjaga Warisan Gus Dur: Alisa Wahid dan Tantangan Toleransi di Indonesia
Terkini
Lihat Semua