• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 15 Mei 2024

Sejarah

Ketika Kampanye Kiai Hafidz Utsman Dilempar Batu dan Kotoran

Ketika Kampanye Kiai Hafidz Utsman Dilempar Batu dan Kotoran
KH. Hafidz Utsman. Foto: dok. keluarga.
KH. Hafidz Utsman. Foto: dok. keluarga.

Pemilihan Umum tahun 1971 merupakan medan politik sangat berat bagi NU, khususnya di Jawa Barat. Kampanye Partai NU selalu diganggu di mana-mana. Hal itu tak lepas dari kebijakan buldozer dari Menteri Dalam Negeri Amir Machmud. Namun, juru kampanye NU dan Banser tak pernah gentar. 

Salah satu ujian terhadap NU tergambar dalam catatan almarhum penulis dari Garut, Usep Romli HM, yang ikut di acara kampanye Partai NU di kawasan Cibugel, Kabupaten Sumedang yang berbatasan dengan Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut. 

“Saya bertugas mengawal KH Subki (Syuriyah NU Kabupaten Sumedang) dan KH Hafidz Utsman (Caleg NU untuk DPRD Provinsi Jabar),” ungkapnya dalam sebuah tulisan yang dimuat NU Online.  

Usep menggambarkan suasana di lapangan saat itu begitu menegangkan. Bintara pembina desa (Babinsa) dibantu belasan Hansip mencoba untuk membubarkan warga NU yang sudah berkumpul. Tapi warga NU menolaknya. Maka terjadi keributan. 

“Saya diperintahkan oleh Pak Hafidz untuk menenangkan massa. Saya datangi Babinsa dan Komandan Hansip. Tanpa bicara sepatah pun, saya tatap mata mereka tajam-tajam. Mula-mula mereka berani melotot. Tapi lama-lama tak tahan juga melawan tatapan mata saya yang sudah disepuh kanuragan,” ungkapnya.  

Akhirnya, orang-orang yang akan membubarkan warga NU itu keluar dari kerumunan massa. Namun, mereka tidak pergi, melainkan berkumpul di bawah pohon di pinggir lapangan.

Sementara itu, kampanye Partai NU pun dimulai oleh KH Subki. Setelah itu KH Hafidz Utsman. Namun, baru beberapa menit Kiai Hafidz berpidato, sebuah batu sebesar kepalan tangan, melayang ke panggung. Jatuh tak jauh dari kaki Kiai Hafidz.  

“Saya segera naik, membuka jaket Banser yang berwarna loreng hitam hijau. Bersiap menadah lemparan batu. Betul saja. Sebuah batu melayang lurus ke arah Pak Hafidz. Saya kibaskan jaket. Batu itu kembali terpental ke arah semula. Duk, tepat mengenai kening pelemparnya. Ia terjengkang. Dahinya mengeluarkan darah. Cepat diangkat oleh beberapa orang Hansip,” ceritanya.  

Lemparan batu ternyata tak berhenti. Datang lagi lemparan batu lain. Kembali Usep mengibaskan jaket Banser-nya. Kembali batu itu menimpa kepala pelemparnya. Begitu terus. Selama Pak Hafidz berpidato tak kurang dari lima kali lemparan batu. Dan lima orang pelempar terjungkal. Kepalanya benjol sebesar kepalan tangan.  Namun, menurut Usep, mereka seperti tak kehabisan akal untuk menghentikan acara kampanye itu. Mereka tetap mengganggunya.  

“Selesai Pak Hafidz berpidato, tiba-tiba melayang sebuah bungkusan daun diikat tali bambu. Saya hadang dengan kebutan jaket. Bungkusan itu balik kembali ke arah pelemparnya. Brak, bungkusan hancur lebur. Isinya ternyata kotoran kerbau. Muncrat ke mana-mana setelah pecah di atas kepala pelemparnya,” ceritanya. 

Beberapa warga NU peserta kampanye kebagian cipratan cairan hijau berbau busuk itu. Mereka menjerit sambil berlarian. Untung kampanye sudah selesai.  

Meski mendapat gangguan, Partai NU berhasil mendudukkan calon-calonnya walaupun tentu saja tidak maksimal. Pak Hafidz, berhasil duduk menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Barat (1971-1977) bersama tujuh caleg NU lainnya.  

Kemudian pada pemilu berikutnya, NU berfusi dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP). KH Hafidz Utsman menjadi anggota DPR-RI Fraksi PPP. Dari daerah pilihan Jabar, PPP mendapat 14 kursi. Delapan kursi diisi wakil NU.

Kini NU sudah kembali ke Khittah 1926, tidak lagi berpolitik praktis. Namun lemparan “batu” dan “kotoran” terus dilakukan orang dengan berbagai motif, latar belakang, dan cara. Terlebih lagi di dunia maya. NU perlu orang seperti Usep Romli dalam bentuk yang lain. Anak-anak muda yang melek literasi, yang piawai menangkal lemparan isu kepada NU dengan cara yang cerdas dan tangkas.

Penulis: Abdullah Alawi
Editor: Iip D. Yahya


Editor:

Sejarah Terbaru