Seputar Jabar

Belajar Teater Bersama Maestro Iman Soleh di Komunitas CCL: Merawat Kebhinekaan Lewat Naskah Kolektif

Rabu, 6 Agustus 2025 | 12:27 WIB

Belajar Teater Bersama Maestro Iman Soleh di Komunitas CCL: Merawat Kebhinekaan Lewat Naskah Kolektif

Kegiatan program Belajar Bersama Maestro (BBM) 2025 bidang seni teater bersama Iman Soleh, berlangsung di Komunitas Celah Celah Langit (CCL), Belakang Terminal Ledeng, Kota Bandung, 20 Juli-18 Agustus 2025, diikuti 10 peserta dari berbagai daerah di Indonesia. (Foto:ist)

Kementerian Kebudayaan RI kembali menggelar program Belajar Bersama Maestro (BBM), yang bertujuan mendekatkan seni dan budaya Indonesia kepada generasi muda melalui pembelajaran langsung bersama para maestro. Program BBM 2025 diikuti 60 peserta dari berbagai perguruan tinggi di 31 provinsi.

 

Para peserta menjalani residensi mulai 20 Juli hingga 18 Agustus 2025 di enam bidang seni yang dibimbing langsung oleh maestro Indonesia, yaitu: Sastra (Gus TF Sakai, Padang Panjang), Pedalangan (Ki Purbo Asmoro, Solo), Teater (Iman Soleh, Bandung), Tari (Didik Nini Thowok, Yogyakarta), Musik Keroncong (Sundari Soekotjo, Jakarta), Seni Lukis (Nasirun, Yogyakarta).

 

“Belajar Bersama Maestro merupakan salah satu program prioritas Kementerian Kebudayaan untuk menghubungkan ekosistem kebudayaan dan pendidikan di Indonesia. Apresiasi kami sampaikan kepada para maestro yang terlibat. Pengalaman dan keahlian mereka adalah aset nasional yang harus diwariskan kepada generasi muda,” ujar Menteri Kebudayaan, Fadli Zon.

 

Untuk bidang teater, kegiatan berlangsung di Komunitas Celah Celah Langit (CCL), Belakang Terminal Ledeng, Jalan Setiabudi, Kota Bandung. Sebanyak 10 peserta dari Banda Aceh, Padang, Pandeglang, Bogor, Sukabumi, Kuningan, Yogyakarta, Makassar, dan Kupang terlibat dalam residensi ini.

 

Sesepuh Komunitas CCL sekaligus maestro teater, Iman Soleh, menjelaskan bahwa peserta BBM mendapatkan materi terkait seni pertunjukan selama residensi. Ia menekankan bahwa seni teater bersifat terbuka dan mencerminkan karakter lokal dari kelompok yang mementaskannya, baik melalui bentuk, artistik, bunyi, maupun naskah.

 

“Pertunjukan teater adalah upaya pengungkapan ekspresi atas berbagai permasalahan aktual di masyarakat, sehingga menjadi gerakan dan metode sosial pemberdayaan. Analisis terhadap fenomena budaya menghasilkan hubungan antara teks dan konteks dalam pertunjukan,” ujarnya, Senin (4/8/2025).

 

Komunitas CCL sendiri kerap melibatkan unsur masyarakat dalam pertunjukan. Naskah yang ditampilkan berasal dari metode naskah kolektif, yang juga diterapkan dalam program BBM kali ini. Peserta tak hanya belajar penataan artistik, tetapi juga menyusun konten pertunjukan secara kolektif sejak proses penulisan naskah.

 

Selain mengasah kemampuan menari, bernyanyi, bermain peran, membaca puisi dan monolog, peserta juga dilatih menulis naskah sendiri. Naskah kolektif disusun bersama dalam satu tema, lalu diarahkan oleh sutradara.

 

“Metode ini meningkatkan kemampuan menulis para aktor. Prosesnya dimulai dari penentuan ide dasar tentang pemberdayaan masyarakat, lalu riset dan observasi oleh aktor dan sutradara, hingga menghasilkan narasi untuk pertunjukan teater,” jelas Iman.

 

Peserta BBM di Komunitas CCL saat ini tengah menyiapkan naskah pertunjukan berjudul “Bahtera”, yang diangkat dari cerita tradisi masyarakat nelayan di Nusa Tenggara Timur. Pertunjukan akan digelar pada 16 Agustus 2025 di Komunitas CCL.

 

Selain berkarya, peserta juga diajak mengunjungi situs-situs sejarah di Kota Bandung.

 

Unon Saraswati, peserta dari ISI Yogyakarta, mengaku beruntung bisa mengikuti program ini. “Kami tak hanya belajar seni pertunjukan berbasis tradisi, tetapi juga pentingnya disiplin, menghargai keberagaman, dan mencintai nilai-nilai kemanusiaan,” ucapnya.

 

Ariel Valerian, peserta dari ISBI Bandung, mengatakan bahwa konsep naskah kolektif memberi pemahaman baru. “Konsep ini menyelaraskan gagasan dari beragam latar budaya peserta, sehingga diharapkan menghasilkan pementasan yang berkualitas,” katanya.

 

Hasbi Witir, peserta dari Universitas Andalas, mengungkapkan kekagumannya kepada Iman Soleh. “Sebelumnya hanya mendengar cerita, sekarang bisa bertemu langsung. Banyak wawasan baru yang saya dapatkan, termasuk pesan untuk mencintai budaya sendiri.”

 

Iman Soleh berharap, sepulangnya dari program BBM, para peserta dapat terus menumbuhkan kecintaan terhadap seni. “Memperkenalkan dan mendekatkan seni budaya Indonesia kepada pelajar secara langsung, selain menyenangkan, juga membangun karakter, kreativitas, serta mendorong pelestarian nilai-nilai budaya bangsa,” ujarnya.