• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Opini

Perempuan Penggerak Perdamaian 

Perempuan Penggerak Perdamaian 
Perempuan Penggerak Perdamaian (Foto: NUO)
Perempuan Penggerak Perdamaian (Foto: NUO)

Oleh Lilik Latipah

Indonesia yang merupakan negara majmuk dengan berbagai suku bangsa, bahasa, juga agama. Hal Ini sangat unik dan menarik untuk dicermati, mengingat kondisi ini bisa dimisalkan seperti pisau, jika dipelihara dengan baik maka akan menghasilkan manfaat yang luar biasa, namun sebaliknya apabila tidak dipelihara akan menjadi bencana yang berujung perselisihan (Konflik).

 

Seperti maraknya konflik yang terjadi akhir-akhir ini, dengan dilatarbelakangi oleh sikap Intoleran, munculnya faham radikalisme di tengah masyarakat kita. Apabila hal ini dibiarkan, maka bisa dipastikan akan terjadi kekacauan. Oleh karena itu, semua masyarakat termasuk perempuan memiliki tanggung jawab untuk mencegah munculnya kekacauan (konflik) tersebut.

 

Perempuan bisa menjadi penggerak perdamaian di Tanah air, hal ini sejalan dengan hasil riset Wahid Foundation tentang Potensi Toleransi Sosial keagamaan bagi perempuan Muslim Indonesia, dengan hasil bahwa sekitar 80,8 % perempuan Indonesia memilki sikap toleransi dalam menjalankan ibadah bagi setiap penganut agama dan kepercayaan masing-masing, dan 7,2 % yang tidak setuju dengan sikap toleransi ini. Dengan melihat hasil suvey ini, artinya kaum perempuan Indonesia memilki peran potensial dalam menjaga perdamaian dengan sikap tolerannya, sehingga sudah seharusnya negara hadir untuk menguatkan peran perempuan ini.

 

Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk menguatkan peran perempuan sebagai agen perdamaian ini.

 

Pertama, perempuan Indonesia harus menata Mindsetnya mengenai Toleransi, artinya perempuan Indonesia harus memilki sikap yang peka terhadap keberagaman, saling menghormati, dan mengedepankan sikap damai dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Perempuan Indonesia harus mau membuka ruang bertukar pikiran dengan berbagai kalangan, hal ini bisa di mulai dari obrolan-obrolan ringan di tengah keluarga atau sahabat terdekat. Dengan terbiasanya bersikap demikian, akan menjadi modal yang bagus manakala dihadapkan pada kehidupan masyarakat yang lebih majmuk saat ini.

 

Kedua, Perempuan Indonesia harus bisa menjadi teladan dalam mengedepankan sikap Toleransi. Misalkan di rumah, sikap ibu dalam menyikapi tentang toleransi akan menjadi tolak ukur bagi putra putrinya dalam pergaulan di masyarakat yang beragam. Jika orangtuanya sudah memberikan teladan, tidak sulit bagi anak untuk mengaplikasikan dalam kesehariannya, namun jika tidak, biasanya muncul masalah yang berawal dari perbedaan cara pandang diperparah dengan tidak adanya keteladanan. Jadi, penguatan peran ibu mutlak diperlukan dalam menangani konflik akibat intoleransi dan radikalisme. Keluarga bisa menjadi benteng pertama dalam pembentukan nilai toleransi

 

Ketiga, Perempuan Indonesia harus diberi ruang untuk menambah wawasan dan pengalaman, dalam berbagai hal terkait Toleransi. Hal ini dilakukan untuk penguatan kapasitas perempuan itu sendiri sebagai penggerak dan penjaga perdamaian bangsa. Salah satu contoh aksi yang dilakukan oleh FW Fatayat NU Jawa Barat dengan memberikan TOT bagi para daiyah muda untuk menyerukan dakwah yang ramah berasaskan Islam Rahmatan lila’lamin. Hal ini sangat relevan untuk penguatan kapasitas diri para pendakwah perempuan muslim (Fatayat NU) untuk menjadi agen Islam yang ramah, yang nantinya akan disebarluaskan kepada jamaah binaanya

 

Keempat, Perempuan Indonesia harus adaptif terhadap perkembangan Zaman. Menguasai teknologi menjadi modal dasar perempuan Indonesia untuk menyebarkan pesan pesan perdamaian ke khalayak umum. Hal ini bisa dilakuakn dengan cara membuat konten perdamaian di media social atau youtube.

 

Kelima, Perempuan Indonesia harus memiliki niat dan semangat yang kuat untuk mewujudkan berbagai nilai toleransi dan perdamaian. Untuk memupuknya bisa bergabung dengan komunitas yang komitmen menyerukan aksi damai. Di Indonesia cukup banyak baik Individu perempuan atau komunitas yang dimotori kaum perempuan yang bergerak dibidang perdamaian, biasanya mereka hadir untuk mencegah terjadinya konflik yang disebabkan intoleransi, anti kemajmukan dan penyusupan faham radikalisme. Misalnya Komunitas AMAN (Asian Muslim Action Networks), Rahima, Rumah Kitab Indonesia, Srikandi Lintas Iman, dll. Semua komunitas tersebut dimotori oleh perempuan yang menyerukan perdamaian dengan ciri khasnya masing-masing.

 

Penulis adalah peserta ToT Daiyah Mahmudah Fatayat NU Jabar 
 


Opini Terbaru