• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 4 Mei 2024

Ngalogat

Konsep Ilmu dalam Ta'limul Muta'allim

Konsep Ilmu dalam Ta'limul Muta'allim
(Ilustrasi: NU Online).
(Ilustrasi: NU Online).

Kitab Ta'limul Muta'allim menjadi salah satu kitab legendaris di tanah air. Kitab yang mengenalkan ihwal adab pencari ilmu, bukan hanya pencari ilmu fardu 'ain, tetapi juga pencari ilmu fardu kifayah. 


Berawal dari kegelisahan sang penulis Imam Az-Zarnuji, kitab ini pun lahir. Kegelisahan penulis kala melihat ramainya para penuntut ilmu, mereka begitu semangat dalam belajar, tekun menghapal, namun sedikit manfaat serta kurang berkah.


Salah satu pasal penting yang dihadirkan kitab Ta'limul Muta'allim adalah perbincangan mengenai mahiyah atau hakikat ilmu. Tema ini menjadi menarik, karena pada sisi ini menjadi pembeda antara sarjana Islam dan sarjana Barat (atau yang terbaratkan) dalam melihat ilmu.


Imam Zarnuji dalam kitabnya menuturkan, hakikat ilmu adalah sifat yang memampukan jiwa menyingkap suatu objek.


صفة تتجلى بها الأشياء


Makna ilmu seperti di atas tidaklah muncul kecuali lahir dari orang yang memiliki cara pandang Islam. Islam memandang ilmu berasal dari Allah dan diperoleh oleh jiwa melalui fakultas (quwwah) jasmani maupun rohani.


Ilmu berarti perolehan jiwa atas suatu objek melalui semua instrumen dan saluran ilmu yang dimiliki manusia, mencakup indera, akal, dan hati. 


Dengan definisi ilmu seperti yang diungkap kitab Ta'limul Muta'allim, menjadikan saluran-saluran ilmu terbuka luas. Saluran apapun yang memampukan jiwa menyingkap objek maka ia sah disebut sebagai saluran ilmu.


Apakah itu jalur ilmu yang empiris atau yang nonempiris, apakah yang diperoleh dari tangkapan inderawi, aqli, maupun intuitisi/ irfani. Apakah itu ilmu hushuli yang didapat dengan usaha/kasb, ataukah hudhuri yang objeknya hadir dalam jiwa, tanpa perantaraan konsep, teori, dan sebagainya.


Imbas dari kekayaan epistemologi dalam Islam, menjadikan pengetahuan yang bisa diperoleh pun semakin kaya, tidak hanya yang terindera dan yang ternalar, tapi juga yang terintuisi melalui pengalaman batin.


Karenanya, dalam Islam dikenal konsep wahyu, ilham, mimpi, dan sebagainya yang semuanya tidak empiris, bahkan menjadi pondasi utama pengetahuan Islam.


Wallahu 'alam


A Deni Muharamdani, Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) MWCNU Karangpawitan Garut


Ngalogat Terbaru