Ngalogat

Al-Qur’an dan Google Maps

Selasa, 7 Januari 2025 | 11:04 WIB

Al-Qur’an dan Google Maps

Al-Qur'an dan Google Maps. (Ilustrasi: NU Online Jabar/Krisna).

Bayangkan hidup sebagai perjalanan panjang melintasi padang gersang dan hutan lebat, di mana arah kadang hilang, dan jalan terlihat kabur. Tanpa peta, tanpa penunjuk arah, seseorang mudah tersesat, membuang waktu dan tenaga. Begitulah manusia tanpa petunjuk, melangkah tanpa arah, hidup tanpa tujuan.


Al-Qur’an adalah seperti Google Maps yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada manusia. Ia bukan sekadar peta, tetapi panduan yang lengkap, menunjukkan jalan-jalan yang aman, memberi peringatan terhadap bahaya, dan menawarkan rute tercepat menuju kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun akhirat. Ketika kita mengetikkan “tujuan hidup” ke dalam hati yang tulus, petunjuk Allah mengarahkan kita menuju satu jalan: ash-shirath al-mustaqim, jalan lurus yang membawa kepada-Nya.


Sebagaimana aplikasi navigasi modern menyesuaikan rute sesuai kondisi jalan, Al-Qur’an menuntun setiap jiwa dengan penuh hikmah, menjawab kebutuhan hati yang haus akan kebenaran. Ia menyalakan cahaya di tengah kegelapan, menyingkap makna di balik kehidupan, dan menunjukkan arah di persimpangan paling rumit sekalipun.


Sebagaimana aplikasi navigasi membutuhkan koneksi internet, hati kita memerlukan koneksi spiritual, yaitu iman dan takwa, agar petunjuk Al-Qur’an dapat diakses dengan jelas.


Tersesat adalah bagian dari perjalanan. Langkah yang salah, tikungan yang buntu, atau waktu yang terbuang di tempat yang keliru. Namun, Al-Qur’an selalu memiliki cara untuk mengajak kembali.


Ia menghitung ulang rute dengan kesabaran yang tak bertepi, memberi tahu bahwa pintu pulang tak pernah tertutup. Selama hati masih mau merendah, Allah selalu menunggu di ujung jalan itu. Ia juga menjadi cermin yang jujur, menunjukkan bayangan kita dengan gamblang, memperlihatkan setiap goresan dan noda.


Namun bukan untuk menghakimi, melainkan untuk mengajak kita membersihkan diri. Ia mengajari bahwa melepaskan beban dunia adalah syarat untuk melangkah ringan, bahwa tunduk pada Allah adalah kebebasan sejati, dan kesombongan adalah jerat yang harus dihancurkan.


Setiap rintangan menjadi pelajaran,
setiap kesalahan menjadi kesempatan,
dan setiap langkah mendekatkan kita pada tujuan akhir: kampung akhirat.


KH Nadirsyah Hosen, Dosen di Melbourne Law School, the University of Melbourne Australia