NADIRSYAH HOSEN
Kolomnis
Bayangkan hidup sebagai perjalanan panjang melintasi padang gersang dan hutan lebat, di mana arah kadang hilang, dan jalan terlihat kabur. Tanpa peta, tanpa penunjuk arah, seseorang mudah tersesat, membuang waktu dan tenaga. Begitulah manusia tanpa petunjuk, melangkah tanpa arah, hidup tanpa tujuan.
Al-Qur’an adalah seperti Google Maps yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada manusia. Ia bukan sekadar peta, tetapi panduan yang lengkap, menunjukkan jalan-jalan yang aman, memberi peringatan terhadap bahaya, dan menawarkan rute tercepat menuju kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun akhirat. Ketika kita mengetikkan “tujuan hidup” ke dalam hati yang tulus, petunjuk Allah mengarahkan kita menuju satu jalan: ash-shirath al-mustaqim, jalan lurus yang membawa kepada-Nya.
Sebagaimana aplikasi navigasi modern menyesuaikan rute sesuai kondisi jalan, Al-Qur’an menuntun setiap jiwa dengan penuh hikmah, menjawab kebutuhan hati yang haus akan kebenaran. Ia menyalakan cahaya di tengah kegelapan, menyingkap makna di balik kehidupan, dan menunjukkan arah di persimpangan paling rumit sekalipun.
Sebagaimana aplikasi navigasi membutuhkan koneksi internet, hati kita memerlukan koneksi spiritual, yaitu iman dan takwa, agar petunjuk Al-Qur’an dapat diakses dengan jelas.
Tersesat adalah bagian dari perjalanan. Langkah yang salah, tikungan yang buntu, atau waktu yang terbuang di tempat yang keliru. Namun, Al-Qur’an selalu memiliki cara untuk mengajak kembali.
Baca Juga
Apa yang Mau Kita Bandingkan?
Ia menghitung ulang rute dengan kesabaran yang tak bertepi, memberi tahu bahwa pintu pulang tak pernah tertutup. Selama hati masih mau merendah, Allah selalu menunggu di ujung jalan itu. Ia juga menjadi cermin yang jujur, menunjukkan bayangan kita dengan gamblang, memperlihatkan setiap goresan dan noda.
Namun bukan untuk menghakimi, melainkan untuk mengajak kita membersihkan diri. Ia mengajari bahwa melepaskan beban dunia adalah syarat untuk melangkah ringan, bahwa tunduk pada Allah adalah kebebasan sejati, dan kesombongan adalah jerat yang harus dihancurkan.
Setiap rintangan menjadi pelajaran,
setiap kesalahan menjadi kesempatan,
dan setiap langkah mendekatkan kita pada tujuan akhir: kampung akhirat.
KH Nadirsyah Hosen, Dosen di Melbourne Law School, the University of Melbourne Australia
Terpopuler
1
Gus Yahya Respons Wacana Pendanaan MBG Melalui Zakat: Perlu Kajian Lebih Lanjut Karena Kategori Penerima Zakat Sudah Ditentukan
2
Profil Alex Pastoor dan Dany Landzaat, Dua Asisten Pelatih yang Dampingi Kluivert di Timnas Indonesia
3
Khutbah Jumat Terbaru: Bulan Rajab, Momentum untuk Tingkatkan Kualitas Spiritual Diri
4
Refleksi Harlah ke-102 NU: Membangun Sinergitas Harokah dalam Ber-NU
5
Pentingnya Menggerakkan Jam'iyyah Nahdlatul Ulama di Kota Bogor Menjelang Harlah ke-102
6
MoU Haji 2025 Ditandatangani, Indonesia Akan Berangkatkan 221 Ribu Jamaah
Terkini
Lihat Semua