Terlelap Dipelukan Malaikat
Kemarau
Awal musim
Diantara kubah
Dan tiang tajug
Bergumul udara malam, syair, nadom puja puji dicorong harapan
Cuaca kering diantara suara muadzin
Santri kecil berbaju putih dengan kerah menyentuh bahu
Sarung tanpa nama diikat antara pundak dan pinggang
Halaman mushaf kekuningan termakan usia
Berjejer di lemari kayu yang bukan jati
Santri kecil duduk bersila, menatap susunan Jabar jeer pees
Ejaan tua para musafir Gujarat
Waktu tanpa jam yang berdetak
Magrib dihiasi lampu minyak menuju isya di kesunyian
Bacaan aqoid menyela malam, menggurat Tanpa lukisan
Malam semakin menggulung di mihrab imam tanpa gelar
Suara pukulan air meluncur dari batang bambu disibak waktu
Membasuh muka diawali Bismillah
Palang palang kayu melintang, Ketika sang bapak menggendongmu saat kelelahan
Menyusuri jalanan kampung menuju rumah
Binatang malam nyaring melengking
Mencuri setiap jengkal detik detik tanpa putaran jam
Si kecil tertidur dengan peci kusam dipundak bapak
Tertidur pulas dalam seribu impian
Pintu kayu terketuk berujung salam
Membuka ampunan, rahmat dan dan kasih sayang
Papan kayu terbuka menjawab salam keselamatan
Derap kaki ibumu memeluk bumi persinggahan
Istirahatlah santri kecilku, bapakmu menunggu kantuk
Malam mengusap kepalamu dengan doa para Nabi
Malam ini, seperti air wudu yang Takan kembali
Seperti asap lampu yang pergi ke langit langit rumah
Begitupun doa bapakmu, dipeluk malaikat penjaga malam
Santri kecil terlelap di seribu malam
Menyambut magrib datang kembali
Hingga suatu saat kau tertidur kembali, dalam pelukan malaikat.
Dan terlelap dalam gendongan bapakmu.
Nasihin, Pengurus Lesbumi PWNU Jawa Barat