Oleh Amanda Shelfi Anastasya
Aku pernah menjadi seorang yang sangat awam
Tak mengenal apa itu pegon
Tak mengenal apa itu Safinah
Tak mengenal apa itu Imrithi
Dan apapun itu yang berkaitan dengan dunia pesantren
Tiga tahun lalu aku diberi kesempatan oleh tuhan untuk mengenal itu semua, sebuah awalan yang manis memang, dipertemukan dengan teman yang mungkin bisa saling membimbing untuk tidak luput dari rasa syukurku kepada Tuhan.
Asatidz wal asatidzah yang selalu membimbing aku yang tak mengenal apa pun itu hingga aku bisa sedikit memahami sebuah aksara. Masih aku ingat betul kata-katanya.
"Mahami ilmu iku kedah sing ikhlas atie, soal paham atau mboten mengkin nikusi akhiran, mungkin bae sampean-sampean pada kudu paham baka wis manjing kamar atau uwis boyong,"
Awalnya aku berpikir itu hanya lelucon guruku, tapi lambat laun ilmu itu bagai air yang mengalir dan bagai batu yang ditetesi air tiap harinya. Banyak bukan petuah seperti itu?
Aku berpikir saat itu bagaimana jika aku baru memahami itu semua di saat aku sudah tidak lagi dalam naungan guruku, tapi ternyata tidak. Kerapkali rinduku menjelma bagai rintik hujan rindu akan pengajaran beliau.
Penulis merupakan Mahasiswa Sastra Arab IAIN Cirebon, Alumni Pesantren Hidayatul Mubtadi'in Al-Inaroh, Buntet Pesantren, Cirebon.
Terpopuler
1
DPR RI Setujui Usulan Kemenag soal Tambahan Anggaran untuk BOS Madrasah dan Tunjangan Profesi Guru
2
Dikukuhkan Rais 'Aam PBNU, Inilah Susunan Struktur Idaroh Aliyah JATMAN 2025-2030
3
Ketika 14 Siswa Tak Diakui Negara: Kebijakan Tambah Rombel 50 Siswa Mengandung Bom Waktu
4
Pererat Ukhuwah, PCNU Kabupaten Bogor Gelar Istighotsah dan Silaturahmi Pendekar Pagar Nusa
5
Khutbah Jumat Singkat: Manfaatkan Sisa Umur dengan Melakukan Hal yang Bermanfaat
6
Aklamasi, Nyai Hj Minyatul Ummah Terpilih Pimpin Fatayat NU Jawa Barat 2025–2030
Terkini
Lihat Semua