• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Kuluwung

Aku, Kamu, dan Sherlock Holmes

Aku, Kamu, dan Sherlock Holmes
Jilid serial Sherlock Holmes
Jilid serial Sherlock Holmes

Oleh Agung Gumelar

Kamu pernah mendengar atau membaca novel Sherlock Holmes? Novel yang bercerita tentang seorang detektif yang sangat jenius dari London itu? Novel yang ditulis oleh Sir Arthur Conan Doyle, seorang pengarang dan dokter berkebangsaan Skotlandia. 

Aku membacanya lima tahun lalu saat masih duduk di bangku Aliyah kelas satu. Aku ingat betul bagaimana harus mencatat namaku di daftar buku perpustakaan hanya untuk sekadar meminjam novel itu. 

Siapa yang tidak kenal sosok Holmes di sekolahku pada waktu itu, rasanya aneh dan bahkan dibilang kudet (kurang update). 

Kejeniusan sosok Holmes memang selalu jadi primadona bagi para pecinta novel bergenre misteri. Ia hampir selalu bisa menebak dari mana dan alasan apa seseorang menemuinya, maklum saja, di London dia memang sangat terkenal akan kecerdikannya dalam mengungkap kasus kejahatan yang bahkan sekelas Inspektur Lestrade pun tidak bisa memecahkannya. Ia menyebut dirinya sebagai seorang detektif konsultan.

Tapi kisah-kisah heroik itu mulai memudar dalam ingatanku seiring berjalannya waktu, seiring bertambahnya kesibukanku mengerjakan tugas-tugas kuliah yang bejibun dan tak kunjung aku kerjakan.

Sampai waktu itu, aku membuka lagi memoriku tentang sosok Holmes dengan seorang wanita yang aku sebut Adler. 

Awalnya aku tak sengaja bertemu dengannya. Kita dipertemukan oleh kekaguman yang sama pada sosok Holmes. Awalnya kita dekat karena sering berbagi cerita, kesan, dan pesan tentang sosok Holmes.

Namun perlahan semua itu mulai berubah. Ada rasa yang tak biasa yang kurasakan. Ada perasaan yang membuatku selalu ingin dekat dengannya. Aku bingung, apa yang terjadi pada diriku. 

Rasanya abstrak bercampur gelisah setiap kali aku berpapasan dengannya, detak jantungku berdenyut lebih cepat seperti genderang mau perang. 

Gelagatku mulai aneh saat aku bertemu dengannya. Apakah ini rasanya jatuh cinta? 

Aku bertanya pada diriku sendiri, namun tak kunjung mendapat jawaban. Aku ingin menanyakannya pada orang lain. Namun, aku bukan orang yang seperti itu. Aku lebih suka mencari jawabannya sendiri. 

"Biarlah waktu yang akan menjawabnya," celetukku dalam hati.

Singkat cerita, aku berada pada posisi "Pulang malu tak pulang rindu", eh bukan, maksudku "ingin bertemu tapi malu, tak bertemu tapi rindu".

Ah, sudahlah, perasaan ini hanya membuatku bingung dan sedikit gila.

Kuakui, memang mengagumi sosok wanita yang kusebut Adler itu sama seperti Holmes yang mengagumi Irene Adler.

Penulis adalah Redaktur NU Online Jabar 


Kuluwung Terbaru