• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Hikmah

Kolom KH Zakky Mubarak

Pilihan yang Membingungkan

Pilihan yang Membingungkan
Ilustrasi: NUO
Ilustrasi: NUO

Oleh: KH Zakky Mubarak
Fathimah binti Abdul Malik bin Marwan adalah seorang wanita bangsawan Arab dari kalangan Bani Umayyah. Ia putri seorang khalifah, keempat saudara laki-lakinya juga menjadi khalifah yang disegani, yaitu al-Walid, Sulaiman, Yazid dan Hisyam. Meskipun Fathimah hidup di tengah-tengah istana dan kebesaran keluarganya, ia seorang penuntut ilmu agama yang sangat rajin dan figur wanita shalihah pada masanya.

Umar bin Abdul Aziz, adalah seorang pemuda yang cerdas, memiliki ilmu yang sangat tinggi dan seorang pemuda yang selalu bertaqarrub pada Allah, berniat menyunting gadis bangsawan yang shalihah itu.

Pinangan Umar diterima dengan baik, maka resepsi pernikahanpun segera dipersiapkan. Sebagai puteri seorang khalifah yang amat terkenal kebesaran dan kekuasaanya, maka resepsi pernikahan pengantin remaja itu dilakukan secara besar-besaran.

Resepsi pernikahan itu dirayakan dengan meriah, segala persiapan dilakukan, perhiasan dari berbagai negara yang terkenal didatangkan. Suasana glamour dan serba mewah menandai resepsi pernikahan sepasang pengantin yang amat berbahagia itu. Peristiwa penting itu selalu menjadi buah bibir rakyat secara umum dan menjadi cerita di tengah masyarakat yang tidak pernah membosankan.

Ketika Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi Khalifah dan Amirul Mukminin, beliau mengawali karirnya dengan membentuk pemerintahan yang bersih. Sebagai seorang Khalifah yang sangat alim dan shaleh, ia selalu berusaha menerapkan ajaran Islam dalam segala aspek pemerintahan dan kehidupan rakyatnya. Beliau dan keluarganya hidup dalam kesederhanaan, seperti kehidupan yang dijalani Rasul Muhammad dan para sahabatnya. Kebijaksanaan pemerintahannya disambut dengan penuh kehormatan dan kebahagiaan seluruh rakyat, dalam berbagai lapisan dan strata sosial. Kemakmuran dan kesejahteraan segera menyertai negara dan rakyatnya yang amat dicintai.

Kemakmuran, kesejahteraan dan tegaknya hukum mewarnai pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, sehingga terkenal ke berbagai negara. Pada saat pemerintahannya, orang-orang kaya sulit menyalurkan zakatnya, karena tidak ada orang miskin yang berhak menerima. Zakatpun kemudian diekspor ke berbagai negara sekitarnya, seperti negara-negara di Afrika dan sebagian Negara di Asia. Sungguh amat wajar, kalau para ahli sejarah menjuluki beliau sebagai Khulafaur Rasyidin yang kelima, setelah Sayyidina Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali bin Abi Thalib.

Pada awal pemerintahannya, ketika Umar bin Abdul Aziz baru saja dilantik sebagai Khalifah dan Amirul mukminin, dengan cinta kasih yang amat mendalam, ia memanggil permaisurinya, Fathimah binti Abdul Malik. “Adinda, kanda mengajukan pilihan padamu”. Kata Umar. Fathimah menjawab : “Apa pilihan itu kanda?”. Umar selanjutnya mengatakan : “Engkau harus memilih satu dari dua pilihan. Memilih antara perhiasan emas dan berlian yang kau kenakan serta kemewahan yang melingkupimu, atau engkau memilih Umar bin Abdul Aziz”. 

Sebagai seorang manusia biasa, apalagi ia seorang wanita bangsawan yang biasa hidup dalam kemewahan, pilihan itu merupakan sesuatu yang membingungkan. Tetapi ternyata permaisuri Khalifah itu bukan wanita bangsawan biasa, ia adalah seorang wanita bangsawan yang shalihah yang lebih mengutamakan ajaran agamanya daripada kemewahan dirinya dan keluarganya.

Fathimah menjawab pertanyaan suaminya dengan tegas, bahwa ia hanya memilih suami yang shalih yang amat dicintainya, yaitu Umar bin Abdul Aziz. Sejak itu permaisuri Khalifah yang selalu mendarmabaktikan dirinya bagi kejayaan agama dan bangsanya, melepaskan semua perhiasan yang dimilikinya dan diserahkan ke Baitul Mal, menjadi milik umat Islam. Ia menyesuaikan diri, hidup dalam kesederhanaan bersama suami dan keluarganya, terus mengabdi bagi kebesaran agama dan rakyatnya.

Demikianlah kehidupan Umar bin Abdul Aziz dan keluarganya, mereka hidup dalam kesederhanaan yang membahagiakan. Keluarga khalifah yang agung itu tidak mewariskan harta atau kekayaan kepada anak-anak dan generasi penerusnya, tetapi hanya mewariskan iman, ilmu dan taqwa kepada Allah s.w.t. “Itulah warisan yang terbaik”.

Menjelang akhir hayatnya, Khalifah yang amat dicintai rakyatnya itu berkali-kali membca al-Qur’an dalam surat al-Qashash ayat 83.

تِلۡكَ ٱلدَّارُ ٱلۡأٓخِرَةُ نَجۡعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوّٗا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فَسَادٗاۚ وَٱلۡعَٰقِبَةُ لِلۡمُتَّقِينَ  

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan bagi mereka yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan masa depan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa”. (Q.S. Al-Qashash, 28:83).

Penulis merupakan salah seorang Rais Syuriyah PBNU


Hikmah Terbaru