Sosialisasi pengetahuan keagamaan dalam kurun waktu yang panjang di banyak komunitas muslim di sini pada umumnya dilakukan dengan mengutip kata-kata orang yang dianggap alim, pintar dalam keilmuan agama Islam, sambil mengutip dalil, dan dengan atribut pakaian bagai orang Arab. Ini bicara datar, apa adanya dalam realitas.
Nah. Manakala aku mengutip ucapan tokoh bernama asing, misalnya Socrates, Plato, Epictetus, atau Goethe, selalu saja ada yang bertanya: siapa dia? Agamanya apa? Muslim atau bukan? Dan selalu akan ditanyakan: Mana dalilnya?
Aku bilang: Alangkah baiknya jika kita membaca dan memahami maknanya,isinya, jiwanya, esensinya. Bukan bertanya identitas primordialnya, bukan melihat bajunya atau tubuhnya.
Imam al Ghazali menulis indah dalam bukunya : Al Tibr al Masbuk fi Nashihah al Muluk:
العاقل من نظر ارواح الاشياء وحقاءقها ولا يغتر بصورها .
"Orang yang berakal adalah dia yang melihat ruh/jiwa pada segala hal dan tidak terperangkap oleh bentuk/tubuhnya".
Abdurrahman al Jami, seorang sufi, mistikus jenius mengatakan :
خذ اللب والق القشر ان كنت من اولى الالباب
"Ambillah saripati, buanglah kulit, jika kau seorang bijakbestari".
Lalu aku bilang:
"Tubuh itu hancur, jiwa itu abadi.
KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU
Terpopuler
1
Memahami Makna Hari Arafah, Hari Kedua Puncak Ibadah Haji
2
Khutbah Jumat Dzulhijjah: Makna Syukur dan Ketakwaan dalam Kurban
3
Dari Takbir hingga Shalat Ied, Berikut 7 Amalan Lengkap pada Hari Raya Idul Adha
4
Jelang Timnas Indonesia Hadapi China di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Patrick Kluivert Usung Optimisme Tinggi
5
Ketua PCNU Pangandaran Ajak Umat Maknai Idul Adha dengan Kepedulian Sosial
6
PCNU Kota Bogor Dukung Program Barak Militer Siswa, Asal Libatkan Ulama dan Nilai Keagamaan
Terkini
Lihat Semua