Terus terang sejak lama pikiran saya terusik oleh sebagian generasi baru muslim Indonesia, yang bukan saja dalam dirinya tidak ada persenyawaan kimiawi dalam memahami sejarah Islam sejak awalnya di bumi Indonesia, tetapi dalam beragama Islam menganut keyakinan yang memustahilkan dirinya berada dalam kesalahan pemahaman dan memustahilkan kebenaran berada pada pihak lainnya. Inilah sesungguhnya pintu masuk bagi setiap pikiran dan gerakan kekerasan atas nama agama.
Sebagian generasi baru muslim ini--seperti "orang Arab di Timur Tengah yang berlarut-larut dalam peperangan karena watak padang pasirnya di mana butir-butir pasirnya yang sulit disatukan"--yang menumpang hidup sebagai parasit di bumi Indonesia. Mereka yang demikian itu belajar agama hanya sedikit-sedikit, tanggung-tanggung. Tiba-tiba menjadi anak manusia yang keras kepala, dan semau sendiri, bahkan atas nama agama amat membenci ke-Indonesiaan. Sesaat saja belajar agama lalu menjadi manusia Indonesia yang anti Pancasila, anti pemerintah, anti demokrasi, dan anti sekali terhadap budayanya sendiri.
Sesungguhnya, Islam sebagai agama yang dianut dan realitas kebangsaan tidaklah perlu diperlawankan, tidak saling menafikan. Islam itu bersifat universal sedangkan entitas kebangsaan itu bersifat lokal. Keduanya saling membutuhkan dalam frame simbiosis mutualisme. Yang universal sebagai esensi senantiasa memerlukan yang lokal sebagai media aktualisasi, demikian pula sebaliknya.
Baca Juga
Indonesia, Budaya Ibu dan Keheningan
Metode para pendakwah terdahulu perlu diteladani, seperti Wali Songo, karena terbukti berjasa mensenyawakan keislaman sebagai esensi dengan kenusantaraan sebagai warisan budaya berikut tradisinya. Islam selanjutnya di Indonesia dapat diterima dengan damai dan citra positif yang tetap terjaga. Sesungguhnya kita bisa beragama dengan tanpa mengharamkan dan memporakporandakan ke-Indonesiaan kita.
KH Ahmad Ishomuddin, salah seorang pengurus PBNU 2016-2021
Terpopuler
1
H Dudu Rohman, Ketua PCNU Kota Tasikmalaya Resmi Dilantik Jadi Kakanwil Kemenag Jawa Barat
2
Khutbah Jumat Singkat: Sedekah, Bukti Keimanan Kepada Tuhan dengan Menjadi Seorang Dermawan
3
Refleksi Hari Kemerdekaan Indonesia
4
Pesantren Al-Hamidiyah Gelar AHAFEST 2025, Hadirkan Perlombaan Futsal Hingga Hadrah dengan Total Hadiah Rp30 Juta
5
GP Ansor Kertasemaya Gelar Renungan Suci dan Tahlil untuk Pahlawan di HUT ke-80 RI
6
MTs NU Putri Buntet Bangga, Karya Gurunya Tampil di Pameran Sastra Nasional
Terkini
Lihat Semua