• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Hikmah

Beragama dengan Menghargai Budaya Bangsa Indonesia 

Beragama dengan Menghargai Budaya Bangsa Indonesia 
Ilustrasi: NUO
Ilustrasi: NUO

Terus terang sejak lama pikiran saya terusik oleh sebagian generasi baru muslim Indonesia, yang bukan saja dalam dirinya tidak ada persenyawaan kimiawi dalam memahami sejarah Islam sejak awalnya di bumi Indonesia, tetapi dalam beragama Islam menganut keyakinan yang memustahilkan dirinya berada dalam kesalahan pemahaman dan memustahilkan kebenaran berada pada pihak lainnya. Inilah sesungguhnya pintu masuk bagi setiap pikiran dan gerakan kekerasan atas nama agama. 


Sebagian generasi baru muslim ini--seperti "orang Arab di Timur Tengah yang berlarut-larut dalam peperangan karena watak padang pasirnya di mana butir-butir pasirnya yang sulit disatukan"--yang menumpang hidup sebagai parasit di bumi Indonesia. Mereka yang demikian itu belajar agama hanya sedikit-sedikit, tanggung-tanggung. Tiba-tiba menjadi anak manusia yang keras kepala, dan semau sendiri, bahkan atas nama agama amat membenci ke-Indonesiaan. Sesaat saja belajar agama lalu menjadi manusia Indonesia yang anti Pancasila, anti pemerintah, anti demokrasi, dan anti sekali terhadap budayanya sendiri.


Sesungguhnya, Islam sebagai agama yang dianut dan realitas kebangsaan tidaklah perlu diperlawankan, tidak saling menafikan. Islam itu bersifat universal sedangkan entitas kebangsaan itu bersifat lokal. Keduanya saling membutuhkan dalam frame simbiosis mutualisme. Yang universal sebagai esensi senantiasa memerlukan yang lokal sebagai media aktualisasi, demikian pula sebaliknya. 


Metode para pendakwah terdahulu perlu diteladani, seperti Wali Songo, karena terbukti berjasa mensenyawakan keislaman sebagai esensi dengan kenusantaraan sebagai warisan budaya berikut tradisinya. Islam selanjutnya di Indonesia dapat diterima dengan damai dan citra positif yang tetap terjaga. Sesungguhnya kita bisa beragama dengan tanpa mengharamkan dan memporakporandakan ke-Indonesiaan kita.


KH Ahmad Ishomuddin, salah seorang pengurus PBNU 2016-2021


Hikmah Terbaru