Oleh Nasihin
Bangsa ini tidak terbangun dan berdiri begitu saja, ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu sejarah mencatat, lahirnya orang-orang hebat yang membuat sejarah, melahirkan kesadaran, bahwa bangsa ini diciptakan Tuhan dengan "Budaya Ibu" yang indah dan bermakna tak terhingga.
Bangsa ini begitu indah dengan deretan pulau-pulau, suku, bahasa, adat istiadat, laut, hutan, pedesaan, kota yang memukau.
Lahir pula para Tokoh, Pahlawan yang membuat kita bangga, mereka telah memerankan ke-manusiannya untuk manusia, memberikan sumbangsih untuk negeri dan kemanusiaan.
Namun hari ini menjadi "Indonesia" yang di dalamnya ada Sunda, Jawa, Minang, Bugis, Aceh, Sasak, dan banyak lagi seperti jalan yang sunyi. Hilang identitas digerus globalisasi dan materialisme, Budaya ibu seperti hilang daya gravitasinya karena kesadaran menjadi "Sunda " contohnya sudah dirasa kuno dan tidak keren.
Coba kita diam merenung, hilangkan pikiran kita dari tumpukan isme-isme barat, maka kita akan menemukan getaran hati dengan bahasa ibu kita. Dalam arti bukan menolak globalisasi dan paham-paham barat tapi filter sangat dibutuhkan untuk memilah dan memilih.
Kita punya adat istiadat, etika dan tatakrama timur yang mulia, kita punya babad, serat, naskah, dangding, dan beragam karya sastra yang indah. Di kalangan nahdliyin sendiri pasti sudah tidak asing dengan khasanah karya sastra dunia pesantren, dimulai serat, naskah para Wali Songo sampai karya-karya para Ulama dari mulai kitab hingga seni sastra yang sering di dendangkan lewat tembang ataupun nadzoman.
Tugas ini memang berat tapi kita tidak sendiri, mengenali kembali tradisi, menghimpun kembali potongan budaya yang tercecer, menghadirkan kembali ruang-ruang diskusi budaya kemudian mengaplikasikan nilai dan ruh budaya pada media visual, cinematik ruang-ruang lingkungan, desain, di media sosial dan tentunya di ruang batin kita.
Indonesia adalah rumah kita, tempat makan dan minum kita, tempat menghirup udara dan berbaring kita. Indonesia tempat berproses kita dan leluhur kita, yang air, udaranya mengalir di tubuh kita dan ruhnya berdiam di batin kita.
Penulis adalah Pengurus Lesbumi PCNU Kabupaten Bandung
Terpopuler
1
Khutbah Jumat Terbaru: Bulan Rajab, Momentum untuk Tingkatkan Kualitas Spiritual Diri
2
Resmi, Embarkasi Haji Indramayu Jadi Lokasi Gelaran Peringatan Harlah ke-102 NU dan Muskerwil PWNU Jawa Barat 2025
3
PWNU Jawa Barat Tunjuk KH Anang Jauharudin Jadi Ketua Panitia Harlah ke-102 NU Jabar dan Muskerwil 2025
4
PPG Kemenag Dibuka Mulai Maret untuk 269 Ribu Guru, Ini Kriterianya
5
Relevansi Tema Harlah NU ke 102 dengan Nilai-Nilai Keindonesian
6
Jajaran Syuriah dan Tanfidziyah PWNU Jawa Barat Terima Kunjungan Pj Gubernur di Kantor, Ini yang Dibahas
Terkini
Lihat Semua