• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Taushiyah

KOLOM KH ZAKKY MUBARAK

Tingkatan Dzikir

Tingkatan Dzikir
Tingkatan Dzikir
Tingkatan Dzikir

Dzikir menurut pengertian bahasa, diambil dari kata “Zakara-Yazkuru-Zikran” mengingat dan memusatkan perhatian kepada sesuatu. Secara terminologis, dzikir dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu: (1) pengertian secara umum, yaitu menyangkut segala bentuk peribadatan, seperti shalat, puasa, haji, membaca al-Qur’an, tasbih, tamjid, tahmid, dan selain dari itu yang termasuk dalam berbagai macam ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT.


Kategori yang ke (2) Makna yang khusus, yaitu zikir (mengingat Allah) dengan lafadz-lafadz yang telah diperintahkan oleh-Nya, seperti membaca al-Qur’an, memahami asma-asma-Nya atau sifat-sifat-Nya yang luhur pada lisan seseorang atau dalam hatinya yang disyariatkan dalam kitab Allah SWT.Termasuk dalam makna ini adalah lafadz-lafadz dzikir yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, seperti mengagungkan Allah dan mensucikan-Nya dari berbagai hal yang tidak layak bagi-Nya, serta mengesakan-Nya. 


Dzikir merupakan simbol ketakwaan, pelita penerangan untuk menuju pada jernihnya permulaan dari zikir tersebut dan menjaga kejernihan itu sampai puncaknya. Tidak ada suatu amal yang menyamai dzikir, karena segala amal perbuatan itu menuju pada zikir tersebut. Karena itu, ia merupakan tujuan dari segala amal dan ibadah, sedangkan kelebihan serta keutamaannya sangat luas dan tidak terbatas.


Allah SWT berfirman:


فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِي وَلَا تَكۡفُرُونِ


"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku," (QS. Al-Baqarah, 02:152).


Dalam hadits qudsi, Allah SWT berfirman:


أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنِي، إِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ، ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ هُمْ خَيْرٌ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ مِنِّي شِبْرًا، تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا، تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا، وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً


"Aku senantiasa berada dalam persangkaan hamba-Ku terhadap diri-Ku, dan Aku selalu menyertainya ketika ia berdzikir kepada-Ku. Apabila hamba-Ku mengingat-Ku dalam hatinya, maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila ia mengingat-Ku di depan orang banyak, maka Aku pun mengingatnya di depan orang banyak pula yang lebih baik dari mereka. Apabila hamba-Ku mendekat pada-Ku dengan langkah sejengkal demi sejengkal, Aku akan mendekat kepada-Nya sehasta demi sehasta. Apabila ia mendekat kepada-Ku dengan sehasta demi sehasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa demi sedepa. Dan apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan kaki, Aku akan datang kepadanya dengan berlari," (HR. Bukhari 7405).


Tidak ada suatu kewajiban yang diperintahkan pada manusia, kecuali ada batas-batasnya. Apabila ia berhalangan, akan dimaafkan bila tidak dapat melakukannya. Sedangkan dzikir, tidak ada batas dan halangan yang dapat diterima untuk tidak melakukannya, kecuali apabila akalnya tidak berfungsi lagi. Manusia yang senantiasa berdzikir dalam segala hal dan keadaannya, serta memikirkan tentang berbagai persitiwa yang terjadi pada alam semesta, digolongkan sebagai orang-orang yang memiliki akal pikiran yang cerdas dan tergolong sebagai ulama dan ilmuwan.


إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَٰذَا بَٰطِلٗا سُبۡحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ


"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka," (QS. Ali Imran, 03:190-191).


Berdzikir hendaknya dilakukan oleh setiap manusia muslim di manapun mereka berada dengan dzikir sebanyak-banyaknya dan seikhlas mungkin, serta dibarengi dengan bertasbih.


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ ذِكۡرٗا كَثِيرٗا وَسَبِّحُوهُ بُكۡرَةٗ وَأَصِيلًا


"Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang," (QS. Al-Ahzab, 33:41-42).


Dzikir memiliki tingkatan yang berbeda-beda, antara lain (1) berdzikir hanya dengan lisan, tidak disertai dengan hati. (2) berdzikir dengan lisan dan hati, tetapi masih terganggu oleh berbagai kepentingan duniawi. (3) berdzikir dengan kesadaran yang sangat tinggi dengan rasa hadir dan khusyu’, hanya mengingat Allah serta melupakan segala sesuatu selain dari-Nya. Mungkin kita belum bisa memasuki tingkatan zikir yang paling tinggi, meskipun demikian, kita tetap melakukan zikir di tingkat manapun. Karena dengan berzikir, jauh lebih baik daripada tidak sama sekali.


Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, salah seorang Mustasyar PBNU


Taushiyah Terbaru