• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 6 Mei 2024

Taushiyah

KOLOM KH ZAKKY MUBARAK

Kesetiaan Abadi

Kesetiaan Abadi
Kesetiaan Abadi
Kesetiaan Abadi

Agama Islam mendidik umatnya agar berpegang teguh kepada kesetiaan dan menghindarkan diri dari pengkhianatan dan pembangkangan. Janji yang telah disampaikan seseorang, hendaknya ditunaikan dengan sempurna. Karena hal itu akan dimintai pertanggungan jawab, baik di dunia maupun di akhirat. Kita tidak boleh membatalkan janji yang telah kita ucapkan, karena ada kepentingan lain atau keuntungan yang lebih besar. Pengkhianatan terhadap janji akan menghilangkan kepercayaan dari masyarakat, menimbulkan kekacauan dan akan melahirkan generasi yang lemah.


Orang yang mengingkari janjinya digambarkan seperti seorang nenek yang sudah tua. Nenek itu menenun dan memintal benang di siang hari untuk membuat pakaian atau kain yang akan digunakan dalam kehidupannya. Pada malam hari, hasil tenunannya di siang hari itu dicerai-beraikannya kembali sehingga pekerjaannya tidak akan selesai. Janganlah menjadikan perjanjian sebagai alat untuk memperdaya atau menipu sesama.


Sesungguhnya dengan perjanjian itu, kita sedang menghadapi ujian yang berat, apakah kita akan melaksanakannya ataukah mengkhianatinya.


Apabila seseorang melaksanakan janji itu dengan setia dan bersifat abadi dalam arti janji-janjinya selalu dilaksanakan, maka akan meraih kesuksesan yang luhur. Sebaliknya apabila mengingkarinya, akan menjadi manusia yang merugi dan tercampakkan dalam kehinaan yang mengerikan. Allah SWT berfirman:


وَلَا تَتَّخِذُوٓاْ أَيۡمَٰنَكُمۡ دَخَلَۢا بَيۡنَكُمۡ فَتَزِلَّ قَدَمُۢ بَعۡدَ ثُبُوتِهَا وَتَذُوقُواْ ٱلسُّوٓءَ بِمَا صَدَدتُّمۡ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَكُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ وَلَا تَشۡتَرُواْ بِعَهۡدِ ٱللَّهِ ثَمَنٗا قَلِيلًاۚ إِنَّمَا عِندَ ٱللَّهِ هُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ


"Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan tergelincir kaki(mu) sesudah kokoh tegaknya, dan kamu rasakan kemelaratan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah; dan bagimu azab yang besar. Dan janganlah kamu tukar perjanjianmu dengan Allah dengan harga yang sedikit (murah), sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui," (QS. Al-Nahl, 16:94-95).


Sebagian dari janji yang sering diabaikan adalah janji untuk membayar hutang. Banyak terjadi dalam kehidupan masyarakat, orang-orang yang berhutang pada orang lain, enggan membayar hutangnya, meskipun ia memiliki kemampuan dan bahkan memiliki kekayaan. Padahal hutang itu merupakan dosa yang sangat besar yang tidak bisa diampuni, apabila tidak dibayar olehnya dan oleh ahli warisnya. Orang-orang yang berjuang di jalan Allah dan mati dalam keadaan syahid, diampuni semua dosanya, kecuali hutang.


Demikian kuatnya perintah untuk melunasi hutang, sehingga diarahkan agar setiap orang segera melunasi hutangnya, sebelum ajal menjemputnya. Abu Darda r.a. menginformasikan: Ketika aku memasuki perbatasan medan perang, aku mendengar suara. Suara itu didengar juga oleh teman-temanku: Wahai manusia, siapa di antaramu yang masih memiliki hutang, yang belum dilunasi dan ia yakin bahwa akan menemui ajalnya dalam peperangan itu, hendaklah kembali saja untuk melunasi hutangnya. Karena dia tidak akan kembali membawa keuntungan apapun.


Agar setiap diri manusia memiliki kesetiaan dalam janji-janji yang disampaikannya, diperlukan dua hal, yaitu (1) selalu mengingat Allah SWT, dan (2) memiliki kemauan yang kuat untuk melunasi hutangnya atau menepati janjinya. Kehidupan manusia mengalami silih berganti, antara peristiwa demi peristiwa yang didorong oleh kepentingan yang bermacam-macam, seringkali dipengaruhi oleh keadaan seperti itu sehingga pikirannya tertutup. Karena itu, perlu bagi kita untuk terus melakukan zikir, memikirkan, mengingat, dan mengambil pelajaran.


وَهَٰذَا صِرَٰطُ رَبِّكَ مُسۡتَقِيمٗاۗ قَدۡ فَصَّلۡنَا ٱلۡأٓيَٰتِ لِقَوۡمٖ يَذَّكَّرُونَ


"Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran,". (QS. Al-An’am, 06:126).


Selain janji yang berkaitan dengan hutang, janji-janji lain yang pernah kita sampaikan, harus ditunaikan dengan sungguh-sungguh. Kita harus menjaga kesetiaan yang abadi dalam diri kita untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Agar supaya bisa melaksanakan janji-janji itu, termasuk melunasi hutang, kita harus memiliki niat yang baik untuk melunasinya. Karena, kalau dari awal kita sudah punya niat yang tidak setia terhadap janji itu, maka tidak akan mampu melaksanakannya. Nabi bersabda:


مَن أخَذَ أمْوالَ النَّاسِ يُرِيدُ أداءَها أدَّى اللَّهُ عنْه، ومَن أخَذَ يُرِيدُ إتْلافَها أتْلَفَهُ اللَّهُ


"Barang siapa yang berhutang pada orang lain dengan maksud akan melunasinya, maka Allah akan menakdirkan orang tersebut bisa melunasi hutangnya. Dan barang siapa yang berhutang kepada orang lain dengan niat tidak akan membayarnya, maka ia tidak akan mampu membayarnya,". (HR. Bukhari, 2387).


Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, salah seorang Mustasyar PBNU


Taushiyah Terbaru