• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Taushiyah

KOLOM KH ZAKKY MUBARAK

Kedudukan Ilmu dan Ulama

Kedudukan Ilmu dan Ulama
Kedudukan Ilmu dan Ulama. (Ilustrasi: NUO).
Kedudukan Ilmu dan Ulama. (Ilustrasi: NUO).

Ilmu dalam pandangan agama Islam, memiliki kedudukan yag sangat tinggi, sehingga orang yang memilikinya memperoleh derajat yang luhur dan mulia. Ayat-ayat al-Qur’an banyak menjelaskan mengenai hal ini, misalnya disebutkan:


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ    


“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (Q.S. Al-Mujadilah, 58: 11).


Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa kedudukan tinggi yang dimiliki orang yang berilmu atau ulama, tidak saja ditentukan bagaiana ilmu itu bisa diamalkan dan dipraktikan, tetapi juga ilmu sebagai perbendaharaan yang sangat berharga.


Ilmu yang baik adalah pengetahuan yang bermanafaat bagi pemilik ilmu itu dan bagi orang lain. Dengan ilmu yang bemanfaat, maka seorang ulama akan memiliki hikmah, yang dapat mengantarkan seseorang pada keluhuran akhlak dan budi pekerti.


يُؤۡتِي ٱلۡحِكۡمَةَ مَن يَشَآءُۚ وَمَن يُؤۡتَ ٱلۡحِكۡمَةَ فَقَدۡ أُوتِيَ خَيۡرٗا كَثِيرٗاۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ 


"Allah menganugerahkan al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang al-Quran dan al-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (Q.S. Al-Baqarah, 2: 269).


Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW berpesan:


أَكْرِمُوا العُلَمَاءَ فَإِنَّهُمْ وَرَثَةُ الأنْبِيَاءِ فَمَنْ أَكْرَمَهُمْ فَقَدْ أَكْرَمَ الله وَرَسُولَهُ (أخرجه الخطيب والديلمي)


“Muliakanlah para ulama, karena sesungguhnya mereka itu adalah pewaris para Nabi, barang siapa yang memuliakan mereka berarti memuiakan Allah dan rasul-Nya”. (HR. Khatib, No: 437, Dailami, No: 32).


Islam mengarahkan umat manusia agar mencari ilmu sebanyak-banyaknya dan memanfaatkan ilmu itu untuk berkhidmat pada masyarakat. Seorang ulama hendaknya menjadi panutan dan tempat bertanya mengenai masalah-masalah kebenaran bagi orang-orang awam. Ia bagaikan lampu yang menyinari sekelilingya supaya kegelapan menjadi sirna. Adalah suatu kerugian yang amat besar apabila seseorang memiliki waktu atau kesempatan untuk mencari ilmu, tetapi ia tidak memanfaatkannya.


Merugi juga mereka yang memilki ilmu tetapi ilmunya tidak diamalkan, meskipun orang lain dapat mengambil manfaat dari padanya. Lebih merugi lagi orang yang memiliki ilmu, tetapi ia tidak mengamalkannya dan tidak mengajarkannya kepada orang lain. 


Orang yang paling menyesal di hari Kiamat, ialah orang yang memiliki kesempatan untuk mencari ilmu, tetapi ia tidak memanfaatkannya ; dan orang yang mengetahui suatu ilmu sehingga orang lain dapat mengambil manfaat dengan ilmu itu sedang pemilik ilmu sendiri tidak mengambil manfaat dari padanya.


Ilmu yang bermanfaat dapat mengantarkan manusia untuk membersihkan jiwanya, berbuat kebajikan dan bertakarub (mendekatkan diri) pada Allah SWT ilmu yang paling luhur adalah yang dapat mengantarkan seseorang untuk mengenal Tuhannya. Ilmu untuk mentauhidkan Allah SWT mengakui hak Rububiyyah-Nya dan mensucikan uluhiyah-Nya. Ilmu seperti itu selain dapat mendekatkan seseorang kepada Allah SWT juga dapat membimbing orang lain untuk mengenal sifat-sfiat Allah, mengetahui hikmah dari segala kehidupan dan memahami berbagai rahasia alam semesta.


Mengajarkan ilmu kepada orang lain, merupakan salah satu aktifitas yang sangat terpuji, bahkan ia termasuk bagian dari infak dan sedekah. Nabi bersabda:


أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ أَنْ يَتَعَلَّمَ الْمَرْءُ الْمُسْلِمُ عِلْمًا ثُمَّ يُعَلِّمَهُ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ (رواه ابن ماجة)


“Sedekah yang paling utama ialah apabila seorang muslim memperlajari ilmu dan mengajarkannya kepada sesama muslim yang lain”. (HR. Ibnu Majah, No: 243).


Ilmu harus didahulukan daripada ibadah, karena ibadah tanpa ilmu merupakan perbuatan yang sia-sia dan ibadahnya tidak diterima. Ibadah merupakan hubungan khusus antara seorang hamba dan Khalik-Nya, sedangkan ilmu merupakan bentuk peribadatan yang lebih umum.
Seorang ulama beribadah kepada Allah dengan ilmunya dan mengarahkan orang lain untuk mengenal-Nya dan menyeru kepada kebajikan, petunjuk dan perjuangan. Karena itu ilmu sangat penting, meskipun sedikit. Ilmu yang sedikit itu lebih baik dari ibadah yang banyak tanpa ilmu. Nabi SAW bersabda:


قَلِيلُ الْفِقْهِ خَيْرٌ مِنْ كَثِيرِ الْعِبَادَةِ ، وَكَفَى بِالْمَرْءِ فِقْهًا إِنْ عَبَدَ اللَّهَ ، وَكَفَى بِالْمَرْءِ جَهْلًا إِذَا أُعْجِبَ بِرَأْيِهِ (رواه البيهقي والطبراني)


“Sedikitnya pengetahuan agama lebih baik daripada ibadah yang banyak, cukuplah seseorang (dikategorikan) berilmu apabila ia beribadah kedapa Allah, dan cukuplah seseorang (disebut) bodoh, apabila merasa bangga dengan pendapatnya sendiri”. (HR. Baihaqi, No: 342, Thabrani, No: 4214).


Para ulama dan ilmuwan harus rajin mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Bila tidak, mereka termasuk orang-orang yang menyembunyikan ilmu dan kebenaran. Orang berilmu kemudian menyembunyikan ilmunya, bagaikan orang kaya yang memiliki harta berlimpah, hartanya ia timbun dalam tanah, sementara ia sendiri kelaparan dan meminta belas kasihan orang lain.


Orang alim seperti itu tidak mau memanfaatkan karunia Allah SWT, karena telah dihinggapi oleh sikap mementingkan diri sendiri.


Ilmu yang dimiliki oleh seorang ulama atau ilmuwan, bila tidak diajarkan kepada orang lain akan menjadi hilang, akhirnya ia menjadi orang yang sengsara dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat, ia akan memperoleh siksa yang amat menyakitkan, karena ia menyembunyikan ilmu dan kebenaran. Nabi bersabda:


مَنْ عَلِمَ عِلْمًا فَكَتَمَهُ أَلْجَمَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ (رواه والطبراني)


“Barang siapa saja yang dikaruniai ilmu oleh Allah, kemudian ia menyembunyikannya atau tidak mengajarkannya, maka di hari Kiamat akan disiksa dengan tali dari api neraka”. (HR. Thabrani, No: 5027).


Orang yang menyembunyikan ilmu, akan dilaknat oleh para makhluk Allah SWT termasuk ikan-ikan di lautan dan burung-burung yang terbang di angkasa.


Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, salah seorang Mustasyar PBNU


Taushiyah Terbaru