• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Sejarah

Kaum Buruh Riwajatmoe Doeloe: Konsolidasi (Bagian-1)

Kaum Buruh Riwajatmoe Doeloe: Konsolidasi (Bagian-1)
De Locomotief dan Bataviaasch Nieusblad dua surat kabar yang banyak memberitakan kegiatan buruh pada masa Hindia Belanda (dok. Agung Purnama)
De Locomotief dan Bataviaasch Nieusblad dua surat kabar yang banyak memberitakan kegiatan buruh pada masa Hindia Belanda (dok. Agung Purnama)

Oleh Agung Purnama

Tahun 1900-1920an, merupakan salah satu fase paling progresif reaksioner dalam sejarah kaum buruh di Indonesia (Hindia Belanda), karena gerakan buruh dimotori oleh kaum intelektual "kiri" penganut Sosialis dan Marxis-Komunis, yang tergabung dalam Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV, tahun 1921 berubah jadi PKI), beserta para intelektual dari Sarekat Islam (SI). Mereka bekerjasama melakukan perlawanan terhadap praktik-praktik Kapitalisme yang dilakukan pemerintah Kolonial Belanda.

Sebelumnya, pada 14 November 1908, di Semarang telah berdiri Vereniging van Spoorten Tramweg Personeel (VSTP) atau serikat buruh Kereta Api. VSTP merupakan organisasi buruh pertama yang merekrut kaum pribumi menjadi anggota, di samping orang-orang Belanda. Memasuki tahun 1914 dan seterusnya, VSTP berada di bawah pengaruh ISDV yang dipimpin Hank Sneevliet, Adolf Baars, J.A. Brandsteder dan P. Bergsma.

Di VSTP, ada juga keterlibatan Mohammad Joesoef (Ketua SI Semarang), dan Semaoen (Sekretaris SI Surabaya, yang pada 6 Mei 1917 terpilih menjadi ketua SI Semarang, lalu pada Mei 1920 menjadi ketua PKI pertama). Semaun kemudian mengajak temannya, yaitu Mas Marco Kartodikromo dan Darsono untuk mengelola surat kabar Sinar Hindia, corong propaganda VSTP dan SI Semarang. 

Tidak sekedar di VSTP, "kebersamaan" tokoh-tokoh ISDV dan SI berlanjut ketika ISDV dan SI membentuk “Persatoean Perserikatan Kaoem Boeroeh” (PPKB) pada 22 Desember 1919 di Yogyakarta. Semaun ditunjuk sebagai ketua, dan wakilnya dipilih RM. Soerjopranoto (Dijuluki De Sioking Koning alias Raja Mogok, kakak dari Ki Hadjar Dewantoro). Adapun jabatan bendahara PPKB dipegang Bergsma, sekretaris oleh Agus Salim, dan Thomas Najoan sebagai wakil sekretaris.

Pada 1 Agustus 1920, di Semarang PPKB mengadakan kongres pertama. Informasi terkait kongres ini bisa dijumpai dalam Surat kabar De Locomotief No. 176, edisi tanggal 3 Agustus 1920 dan surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad No. 404, edisi tanggal 5 Agustus 1920. Dua surat kabar tersebut menginformasikan bahwa Kongres dilaksanakan hari Minggu, dihadiri kurang lebih 200 delegasi dari masing-masing perserikatan buruh, serta hadir pula tokoh sentral Sarekat Islam, HOS. Tjokroaminoto. Mereka berdiskusi banyak hal, mulai urusan keorganisasian, diskusi perihal ideologi Sosialisme dan Komunisme, perihal mosi dan tuntutan terhadap pemerintah kolonial untuk keadilan hukum bagi buruh, sampai masalah aksi massa dan rencana pemogokan. Terkait rencana pemogokan, kedua surat kabar tersebut menuliskan gagasan dari Semaun dan Bergsma sebagai berikut:

“Middle om verbetering te brengen in he arbeiderstoestanden voor dan Inlander is in geheel Indie en alle industrieen, vakken en bedrijven, een algemeene staking te houden. De vakcentrale zal er naarstreven een dergelijke staking to doen plaats hebben“ (Cara untuk memperbaiki kondisi pekerja pribumi adalah dengan mengadakan pemogokan umum di seluruh Hindia Belanda, dan semua industri, perdagangan, dan bisnis. Federasi serikat buruh akan mengusahakan agara pemogokan tersebut terjadi).

Penulis adalah alumni Pendidikan Sejarah UPI dan Ilmu Sejarah UNPAD. Aktif mengajar di Jurusan Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
 


Editor:

Sejarah Terbaru