• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Pesantren

Sepenggal Kisah Perjuangan Mendirikan Pesantren Dari Nol

Sepenggal Kisah Perjuangan Mendirikan Pesantren Dari Nol
Foto: FB Cep Herry Syarifuddin.
Foto: FB Cep Herry Syarifuddin.

Alhamdulillah ketemu juga foto-foto awal pendirian Pesantren Sabilurrahim Mekarsari Cileungsi Bogor di awal tahun 2000. Saat itu saya belum memiliki tanah semeter pun baik untuk pesantren maupun untuk tempat tinggal. Mau tidak mau, saya dan istri mengontrak sebuah gubuk rombeng untuk tempat santri tinggal dan mengaji. Sementara untuk tempat tinggal saya dan istri pun mengontrak pula.

 

Maklum saya kelahiran Cirebon yang menetap di Jakarta lalu hijrah bersama istri yang berasal dari Sumedang. Jadi kami benar-benar mengembara di daerah orang.

  

Bangunan gubuk rombeng tersebut benar-benar rombeng. Sebelumnya sudah 2 tahun tidak ditinggali oleh pemiliknya maupun pengontrak lainnya. Dinding dari bilik bambunya pun banyak yang jebol, terkotori sarang laba-laba dan kusam oleh debu. Konon, karena kosongnya tempat itu sering terlihat dedemit alias makhluk halus di malam harinya, sedangkan siang harinya suka dijadikan markas ayam-ayam tetangga mencari makan dan berteduh.

 

Maka ketika saya dan para santri yang ikut berhijrah ingin menempati gubug rombeng tersebut, otomatis kami harus melakukan bersih-bersih total sekaligus merenovasi semampunya. Lantai-lantai bambunya ditutupi karpet plastik. Tiang-tiang kayu penyangga gubug yang sudah keropos pun kami tambal dengan semen. Tanah teras depan gubug pun hanya kami pelur dengan semen. Bahkan untuk  MCK santri dan sumur pun belum tersedia. Akhirnya saya dan para santri kerja bakti untuk menggali sumur dan mendirikan MCK darurat yang jauh dari layak (sebagaimana terekam dalam foto).

 

Penerangan lampu pun belum tersedia di gubug itu. Untung saja ada tetangga pesantren yang berbaik hati memberikan aliran listrik (istilah di sana: nyolok listrik) dari rumahnya ke gubug rombeng tempat para santri tinggal dan mengaji.

 

Karena sudah berdiri pesantren gubuk rombeng di Kampung Cipicung Desa Mekarsari Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor, maka masyarakat sekitar pun ikut mengaji menjadi santri kalong.

 

Mereka belajar ba'da Maghrib hingga jam 20.00 WIB. Selepas itu dilanjutkan dengan pengajian para santri mukimin yang jumlahnya kurang dari 10 orang. Tapi tetap semangat belajar dan mengajar. Karena saya diajarkan oleh Kyai Cipasung dan Manonjaya agar mengajar itu diniatkan mengajar 1 orang saja. Jangan dibedakan mengajar 1 orang dengan 1000 orang. Alhamdulillah akhirnya proses belajar mengajar tersebut berjalan kurang lebih 4 tahun.

 

Dalam membangun pesantren dari nol secara mandiri, ternyata kita harus bermodal terlebih dahulu. Saya pun harus berkorban demikian, karena sulit mengandalkan bantuan orang lain untuk membeli tanah dan membangun pesantren dari nol sama sekali. Kata orang harus dimodali oleh kita dulu.

 

Akhirnya saya jual salah satu petak kontrakan ayah saya di daerah Kembangan Jakarta Barat.  Laku terjual senilai Rp. 30.000.000. lalu saya belikan tanah seluas 650 m di pertengahan tahun 2004. Jumlah segitu juga baru 3/4 harga yang ditawarkan. Alhamdulillah sisanya ditutupi oleh patungan jariah dari keluarga mertua di Sumedang dan bantuan jama'ah dari pengajian kaum bapak dan ibu di Rawamangun Jakarta Timur. Kemudahan ini semua berkat rutinitas membaca Sholawat Nariyah 4444x tiap malam Jum'at pertama di pesantren Sabilurrahim bareng santri dan masyarakat sekitar.

 

Beberapa bulan kemudian saya ditawari tanah lain seluas Rp 300 m yang berdampingan dengan tanah yang baru saja saya beli itu. Kalau tidak dibeli oleh saya, maka akan diserahkan ke orang lain untuk membelinya. dan saya diberi waktu cuma 2 Minggu untuk membayarnya. Agak pusing dan sedikit tertekan (stress) juga mencari uang pembebasan lahan tanah kedua tersebut, karena deadline waktunya sangat singkat dan uang belum punya. Akhirnya baru tenang pikiran saya setelah saya pasrahkan kepada Yang Maha Kuasa. "Kalau memang tanah itu menjadi rezeki saya, pasti tidak akan bisa dirampas oleh orang lain, kendati duitnya milyaran atau trilyunan" begitu keyakinan saya.

 

Alhamdulillah meski sudah lewat dari deadline, akhirnya saya bisa membebaskan lahan kedua tersebut dari hasil menjual kontrakan pintu yang kedua (seluruhnya ada 3 pintu). 

 

Setelah itu, mulailah saya membangun pesantren di tempat yang baru dibeli tersebut. Pemasangan pondasinya bertepatan dengan peristiwa tsunami di Aceh 26 Desember 2004 (sebagaimana terekam dalam foto). Hal yang tak terduga adalah di saat baru selesai pemasangan pondasi, pemilik gubug rombeng yang saya kontrak itu mengetahui saya telah membeli dua bidang tanah dan memasang pondasi. Oleh karenanya saya dan para santri disuruh angkat kaki segera dari gubug rombeng, pindah ke tempat baru yang belum bisa ditinggali, karena baru sebatas pondasi. Alasan pemilik gubug rombeng dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi rumah tangganya yang sedang perlu uang, sehingga ia akan membongkar gubug rombeng itu lantas dibangun kontrakan permanen 4 pintu agar mendapat penghasilan yang lebih besar daripada hasil kontrakan dari pihak pesantren yang sangat murah.

 

Akhirnya mengungsilah saya dan para santri di tempat sementara, menumpang di sebelah rumah tetangga pesantren yang bersimpati terhadap perjuangan kami. Tempat darurat kali ini beratapkan asbes dan berdinding pagar bambu, yang kalau hujan turun, maka aliran hujan deras pun mengalir ke ruangan belajar. Serta merta para santri pun bangkit seraya menggulung karpet-karpet pengajian agar tidak kebasahan dan saya menutup kitab-kitab dan buku-buku perpustakaan pesantren dari percikan hujan yang muncul di sela-sela atap asbes. Kenangan manis ini kami rasakan sekitar 3 bulan lamanya bersamaan dengan selesainya pembangunan asrama santri pada awal bulan April 2005. 

 

Demikianlah penggalan kisah perjuangan saya membangun pesantren dari nol. Semoga ada manfaat yang bisa dipetik dan menjadi inspirasi bagi siapa saja yang mau mendirikan pesantren dari nol. Intinya adalah meluruskan niat. Kalau didasari oleh keikhlasan, maka perjuangan kita pasti bisa istiqomah (konsisten), tidak akan menyerah begitu saja menghadapi tantangan apapun. Semuanya akan terlewati dan kesuksesan pasti kita raih pada saatnya.

 

Sementara ini Alhamdulillah sudah banyak hasil dari gemblengan Sabilurrahim, telah banyak alumninya yang sudah mampu bikin pesantren dan yayasannya di 4 kabupaten, anggota KPU Kota Bogor, anggota DPRD kabupaten Bogor, pengusaha, lurah, guru, pegawai rumah sakit dan puskesmas, dan lain-lain.

 

Cep Herry Syarifuddin


Pesantren Terbaru