Hasemi Fauziah
Kontributor
Pesatnya perubahan dan globalisasi juga memicu kekhawatiran Pesantren akan hilangnya tradisi yang telah mengakar dan hidup di kalangan santri dan kyai. Modernitas ini menawarkan harapan sekaligus bahaya, apakah perpaduan tradisi dan modernitas dapat memperkuat warisan tradisi budaya mereka atau malah menyebabkan erosi tradisi budaya yang mengancam generasi muda tercerabut dari akar bersama nilai-nilai luhur bangsa?.
Sebagai generasi muda dan pesantren tentu tidak boleh pesimis apalagi apatis terhadap perkembangan arus modernitas, Mbah Maimun Zubair menyampaikan:
عَلَى الْعَاقِلِ أنْ يَكُوْنَ عَارِفًا بِزَمَانِهِ حَافِظًا لِلِسَانِهِ مُقْبِلًا عَلَى شَأْنِهِ
"Orang yang berakal, hendaknya bisa menjadi pribadi yang mengenal zamannya, menjaga lisannya, bertindak sesuai porsi posisi profesinya."
Saat ini orang tua dan pesantren harus sadar, bahwa anak punya masa depan dan jamannya sendiri. Anak punya kontrak masing-masing dengan Tuhannya. Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata:
علموا أولادكم فإنهم مخلوقون لزمان غير زمانكم
“Didiklah anak-anakmu itu, karena sesungguhnya mereka diciptakan untuk mengisi masa depan bukan masamu”. akan tetapi harus tetap berpegang teguh pada kaidah usul fiqh:
Baca Juga
Memahamkan Kaidah Mantiq
المحافظة على القديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح (وزاده كياهي الحاج معروف أمين رئيس الشورية العامة لجمعية نهضة العلماء سابقا: والإصلاح إلى ما هو الأصلح ثم الأصلح فالأصلح)
”Melestarikan sesuatu peradaban lama yang maslahat, dan mengambil sesuatu peradaban baru yang lebih maslahat (dan ditambahkan oleh KH Ma’ruf Amin Mustasyar PBNU) dan berkreasi atau berinovasi kepada sesuatu yang lebih maslahat, lebih bermaslahat lagi, dan paling maslahat).”
Alhasil melalui perpaduan kemajuan teknologi dengan nilai-nilai etika, keterampilan kritis, intelektualitas, ghirrah ke-islaman yang inklusif empatik toleran kita dapat melahirkan generasi militan tangguh yang berpegang teguh pada kemaslahatan dan etika sosial.
اللهم اجعلنا واولادنا وتلامذنا وأهلنا من أهل العلم وأهل الخير ولاتجعلنا واياهم من أهل الشرّ والضير
Artinya: "Ya Allah, jadikanlah kami, anak-anak kami, santri-santri kami, keturunan keluarga kami dari golongan orang-orang yang berilmu dan orang-orang baik, janganlah Engkau jadikan kami dan mereka itu dari golongan orang-orang jahat dan orang-orang yang membuat kerusakan".
Ahmad Nurun, salah seorang Ustadz di Pondok Pesantren Mahasiswa Universal
Terpopuler
1
Koperasi Pertama Lahir di Ciparay Bandung
2
Pesantren Ketitang Cirebon Jadi Teladan Kemandirian, Kemenag Beri Apresiasi
3
Ziarah yang Terganggu: Refleksi Sosial atas Fenomena Peminta-Minta di Obyek Wisata Sunan Gunung Jati
4
Studio Podcast Jadi Magnet Dakwah dan Ekonomi, Pesantren Ketitang Cirebon Tunjukkan Lompatan Digital
5
Kemenag Siap Cairkan BOP RA dan BOS Madrasah Triwulan Kedua 2025 Senilai Rp1,79 Triliun
6
Khutbah Jumat Singkat: Menghidupkan Takwa dalam Seluruh Aspek Kehidupan
Terkini
Lihat Semua