Opini KOLOM NADIRSYAH HOSEN

Utang Budi

Sabtu, 28 September 2024 | 12:00 WIB

Utang Budi

(ilustrasi: NU Online).

Mana ada sih manusia yang bisa mencapai kesuksesan tanpa bantuan orang lain? Pada akhirnya, begitu banyak orang yang telah mendoakan, mendukung dan juga menemani perjalanan hidup kita. Pada titik ini kita megenal istilah “utang budi”. 


Saya selalu berdoa: “Ya Allah sesiapa yang telah membantu hidup saya, beri saya kemampuan dan kesempatan membalas kebaikannya. Kalau bukan saya, ijinkan keturunan saya yang nanti membalas budi baiknya lewat keturunannya juga”


Utang budi itu memang turun temurun. Suatu saat harus dibayar lunas dan tuntas. Itu prinsip hidup saya.


Namun belakangan saya pun mengalami semacam pengayaan makna soal utang budi ini karena ada pihak tertentu yang merasa berjasa dan justru memanfaatkan soal utang budi.


Ketika seorang mentor yang saya hormati berubah sikapnya, saya gamang dan tak kuasa melawan karena merasa berutang budi padanya. Begitu pula beberapa kolega saya. Kami ingin meninggalkannya pindah ke kampus lain, tapi nanti dianggap tidak tahu berbalas budi. Sampai akhirnya seorang profesor senior menasehati kami para akademisi muda saat itu (ini kejadian sekitar tahun 2014-2015).


“Dia berjasa pada karir kalian, iya benar. Tapi kalian tidak berutang budi seumur hidup padanya. Karena kalian juga punya kemampuan dan kapasitas untuk sukses. Kalau bukan dia, pasti ada orang lain yang juga melihat kemampuan itu dan memberi pekerjaan yang layak buat kalian. Utang budi itu kalau kalian sebenarnya tidak layak, tapi dia katrol dan dorong seolah kalian mampu dan akhirnya mendapat posisi yang tinggi tanpa effort. Suksesnya kalian itu juga mendatangkan kesuksesan pada tim dan dia juga. Dia juga beruntung punya anak didik sehebat kalian. Jadi kalau dia berubah, tinggalkanlah. Kalian maju terus, dia pun juga melaju di lintasannya. Masing-masing kini ada jalurnya. Move on lah. Enough is enough


Nasehat yang mengubah cara pandang saya soal hutang budi. Lagian nama dia juga bukan budi kok.

 

Kesantunan dan kebaikan secara personal pada orang yang kita hormati jangan sampai justru menghambat hidup kita, apalagi kalau ternyata orang tersebut tindak tanduknya manipulatif dan tidak terlalu terhormat perilakunya.

 

KH Nadirsyah Hosen, Dosen di Melbourne Law School, the University of Melbourne Australia