• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 30 April 2024

Opini

KOLOM NADIRSYAH HOSEN

Politik Mimpi Basah 

Politik Mimpi Basah 
Politik Mimpi Basah 
Politik Mimpi Basah 

Saat Khalifah ke-17 Abbasiyah, al-Muktafi (31 tahun) mendekati ujung hayatnya, adiknya yang bernama Ja’far ditanya apa sudah akil baligh belum? Ja’far menjawab bahwa dia sudah mimpi basah. Maka begitu Khalifah al-Muktafi wafat, Ja’far diba’iat sebagai Khalifah ke-18 dalam usia 13 tahun. Jadilah dia Khalifah termuda. Dia berkuasa dengan gelar al-Muqtadir Billah pada 13 Agustus 908 Masehi.


Al-Muqtadir yang berusia 13 tahun, lebih muda dari para Khalifah remaja lainnya, misalnya Khalifah ketiga Umayyah, Mu’awiyah bin Yazid bin Mu’awiyah (dikenal sebagai Mu’awiyah II) yang berkuasa saat berusia 17 tahun. Khalifah ketiga belas Abbasiyah, yaitu al-Mu’tazz berkuasa saat berusia 19 tahun. Begitu pula Khalifah kedua puluh delapan kelak, yaitu al-Mustazhir Billah, yang berusia 16 tahun saat dibai’at menjadi Khalifah.


Para Khalifah yang masih belia ini bukan saja miskin pengalaman mengabdi di pemerintahan, tapi juga secara emosional belum matang, dan mudah dipengaruhi pejabat di sekitarnya. Nabi Muhammad saja diangkat menjadi Nabi saat berusia 40 tahun, usia yang dianggap cukup matang. 


Terpilihnya remaja ini menjadi Khalifah akibat permainan politik sang perdana menteri, al-Abbas bin al-Hasan al-Jarjara’i, yang ingin mengontrol jalannya kekuasaan dengan menjadikan Khalifah sebagai boneka saja. Menurut catatan Imam Suyuthi, sebenarnya al-Muqtadir ini bukan remaja bodoh, namun dia punya berbagai kelemahan. Imam Suyuthi menulis:


وكان المقتدر جيد العقل، صحيح الرأي لكنه كان مؤثرا للشهوات والشراب مبذرا، وكان النساء غلبن عليه، فأخرج عليهن جميع جواهر الخلافة ونفائسها


“Al-Muqtadir seorang yang baik akalnya, dan sahih pandangannya. Akan tetapi, beliau sering mengumbar syahwat, minum-minum dan boros. Dan para perempuan banyak mempengaruhi dia. Maka dia berikan kepada para perempuan semua permata yang ada di istana Khilafah.”


Dan juga berkata Imam adz-Dzahabi: “negara mengalami kemunduran pada masa al-Muqtadir berkuasa karena dia masih terlalu muda untuk memimpin,”.


Sekali lagi, kematangan emosional, intelektual, spiritual menjadi penting untuk memilih seorang pemimpin, ketimbang hanya memenuhi syarat minimal telah mimpi basah. 


Nadirsyah Hosen,  salah seorang Dosen Senior Monash Law School


Opini Terbaru