• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Opini

NU Sudah Satu Abad, Selanjutnya Apa yang Harus Dilakukan?

NU Sudah Satu Abad, Selanjutnya Apa yang Harus Dilakukan?
NU Sudah Satu Abad, Selanjutnya Apa yang Harus Dilakukan?
NU Sudah Satu Abad, Selanjutnya Apa yang Harus Dilakukan?

Nahdlatul Ulama (NU) lahir 16 Rajab 1344 H. Pada 16 Rajab 1444 H, itu artinya NU genap berusia 100 tahun, suatu usia matang dalam perjalanan sebuah organisasi sosial keagamaan di Indonesia. Apresiasi yang setinggi-tingginya bagi NU karena masih tetap eksis hingga saat ini meskipun keberagaman persoalan dan permasalahan kehidupan umat di dalam dan di luar organisasi tak pernah sirna.  


Sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan, NU telah mampu menunjukkan eksistensinya di tengah-tengah kompleksitas persoalan kehidupan berbangsa dan bernegara. NU juga telah mampu mendedikasikan jati dirinya untuk kepentingan umat manusia berbagai lintas generasi dan komunitas.


Setelah satu abad, berarti NU menyongsong abad kedua. Ada harapan besar bahwa NU akan menjadi role model bagi sebuah organisasi yang akan terus bertahan serta adaptif terhadap perubahan dan perkembangan jaman. Untuk mewujudkannya, tentu diperlukan kerja keras dari semua pemangku kebijakan NU sehingga peran serta NU tidak saja dirasakan oleh warganya sendiri, tetapi juga oleh semua umat manusia secara keseluruhan. 


Harapan dalam menyongsong abad kedua tampaknya tercermin dalam tema peringatan satu abadnya: Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru. 


Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dalam sambutan puncak resepsi satu abad NU mengingatkan kepada semua warga NU agar tetap berhidmat dengan sekuat tenaga, kerja keras  dan cerdas disertai dengan penuh keikhlasan dalam mengawali abad kedua NU. Meskipun tampak sederhana, pernyataan Gus Yahya itu mempunyai makna yang sangat dalam.


Kunci keberhasilan dan kedigdayaan NU itu terletak pada sejauh mana bentuk pengabdian dan hidmat warganya untuk membesarkan dan membumikan NU dimanapun berada. 


Sebagaimana kita ketahui, fokus utama NU di abad kesatu adalah bidang keagamaan, kebangsaan, kebhinekaan, toleransi dan isu radikalisme. Maka di abad kedua ini, NU harus menambah prioritas-prioritas pelayanan kemanusiaan, misalnya pelayanan di bidang pendidikan, hukum, sosial, kesehatan, maupun ekonomi. Menjaga dan mengembangkan potensi keagamaan dan potensi sosial dalam organisasi menjadi sebuah kewajiban bagi warga NU sebagai bagian mendigdayakan NU sehingga kekuatan di dalam dan di luar organisasi akan mudah dimiliki.


Dalam menyongsong abad kedua ini, salah satu yang dapat dilakukan NU adalah dengan memperkuat jaringan bersama komunitas-komunitas secara global. Karakteristik NU yang moderat menjadi modal utama bagi NU untuk menjalin komunikasinya dalam menawarkan ide gagasannya kepada dunia internasional sehingga peran serta NU tidak saja dapat dipahami tetapi juga dapat dirasakan kebermanfaatannya. 


Hal itu sebenarnya sudah tampak di periode abad kesatu NU. Keberadaan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) yang tersebar di berbagai negara di dunia menjadi pintu awal gerbang NU mendunia. PCINU semestinya jangan hanya dijadikan sebagai wahana konsolidasi untuk mengakomodir kepentingan-kepentingan warga NU yang ada di negara bersangkutan, namun harus dijadikan sebagai titik utama pengembangan nilai-nilai ke NU an di negara bersangkutan. 


Untuk lebih membumikan NU di level nasional, posisi-posisi strategis dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara sudah semestinya menjadi prioritas NU. NU jangan lagi apatis menunggu dan membiarkan begitu saja kesempatan-kesempatan yang kiranya dapat diambil dengan mudah. Berawal dari hal inilah kemudian NU nantinya dapat memaksimalkan peran-peran yang diembannya. 


Untuk level internasional konsistensi NU dalam menjaga keutuhan bangsa dan negera semestinya sudah harus dikembangkan. 


Jika hari kemarin, NU fokus menjaga keutuhan bangsa dan negaranya sendiri, hari ini NU harus sudah memikirkan keutuhan peradaban semua bangsa di dunia. Forum R20 (Religion of Twenty 2022) yang digagas NU sebagai bagian rangkaian semarak satu abad NU kemarin menjadi gerbang utama dan strategis untuk mewujudkan keutuhan peradaban semua bangsa di dunia, karena tujuan utama R20 yaitu menjadikan agama sebagai bagian solusi perdamaian, bukan sebagai sumber permasalahan. Sebagaimana diketahui basic utama NU adalah keagamaan.


Muktamar Internasional Fikih Peradaban 1 yang digagas NU menjelang akhir abad kesatu menjadi bukti nyata keseriusan NU dalam menyongsong abad kedua. Selain sebagai ajang kajian ilmiah para ulama ahli fikih internasional, muktamar ini menjadi sebagai media eksistensi ulama-ulama NU di kancah internasional. Fikih peradaban juga disinyalir sebagai bagian tanggung jawab (responsibility) NU atas persoalan-persoalan dunia, termasuk di dalamnya persoalan relasi antara agama, negara, dan kemanusiaan.


Alhasil, sudah barang tentu, kita ingin segera melihat perjalanan NU di abad kedua ini menjadi organisasi sosial keagamaan yang lebih bermakna dan sekaligus menjadi organisasi yang mampu mengayomi seluruh umat manusia di dunia tanpa melihat asal usul suku bangsa, sekte, ras, etnis, maupun golongan. Kita sangat berharap, NU di abad kedua ini bakal membawa berkah bagi siapa saja, termasuk berkah bagi seluruh makhluk hidup yang ada di dunia.


Berkah NU adalah bekal masa depan yang paling mulia bagi kita semua. NU tidak akan pernah berhenti meyakini bahwa bumi yang dipijak ini adalah tanah yang dilimpahi dan diberkahi rida Allah SWT sebagai titik tolok ukur dan modal untuk menuju kehidupan masa depan yang lebih mulia dan bermakna demi terwujudnya kesejahteraan dan perdamaian seluruh umat manusia. Semoga.


Selamat satu abad NU, Selamat meyongsong abad kedua NU!


Rudi Sirojudin Abas, salah seorang peneliti kelahiran Garut.


Opini Terbaru