Kader PMII dan Krisis Identitasnya: Terperangkap Pemikiran Kiri-Kanan, Menjauh dari Aswaja dan NDP
Rabu, 28 Mei 2025 | 16:21 WIB

PKC PMII Jabar saat demonstrasi omnibuslaw di depan Gedung Sate, Kota Bandung pada 10 Oktober 2020. (Foto: FB/pkcpmiijabar)
Ilham Abdul Jabar
Kontributor
Oleh Ilham Abdul Jabar
Saya ingin mengajak Anda, khususnya para kader PMII di Jawa Barat, untuk sejenak merenung dan menengok kembali perjalanan organisasi yang kita cintai ini. PMII bukan sekadar organisasi mahasiswa biasa. Ia lahir dengan fondasi kuat, berpegang pada Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) sebagai manhajul fikr wal harokah—kerangka berpikir dan bergerak—yang menjadi dasar dalam Nilai Dasar Pergerakan (NDP) sebagai kerangka teologi, aksi, dan refleksi kader. Ini adalah pedoman utama dalam segala langkah dan pemikiran kader PMII.
Namun, kenyataan yang saya lihat saat ini cukup memprihatinkan. Mayoritas kader tampak mulai jauh dari landasan tersebut. Banyak dari kita yang justru lebih banyak mendalami ilmu yang bersumber dari pemikiran barat dan timur tanpa filter kritis dari perspektif Aswaja. Bahkan, ada yang hanyut terjebak dalam pemikiran kiri maupun kanan—baik dalam filsafat maupun Islam—yang seringkali cenderung ekstrem dan bertentangan dengan nilai-nilai moderasi, toleransi, dan keseimbangan yang diajarkan Aswaja.
Hal ini mengingatkan saya pada firman Allah SWT:
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
“Dan demikianlah Kami jadikan kamu umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi bagi (manusia) dan agar Rasul itu menjadi saksi bagi kamu.” (QS. Al-Baqarah: 143)
Kita diamanahkan menjadi umat wasat—moderat dan berimbang. Namun, jika kader PMII terus hanyut dalam pemikiran yang ekstrem, baik kiri maupun kanan, maka kita gagal menjalankan amanah itu.
Kurangnya pendalaman dan penerapan tujuan PMII sebagaimana tertuang dalam Bab 4 AD/ART, serta lemahnya pemahaman dan pengamalan Aswaja sebagai manhajul fikr, membuat kita kehilangan arah. Seharusnya Aswaja menjadi pisau analisis utama dalam mengkaji dan mengadvokasi isu-isu sosial maupun keagamaan, agar sikap kita selalu berlandaskan nilai-nilai tawazun (keseimbangan), ta’adul (keadilan), tasamuh (toleransi), dan tawasut (moderasi).
Sadarkah kita? Sekarang PMII sulit dibedakan dari organisasi lain yang tidak memiliki ciri khas keagamaan dan intelektual sebagaimana kita junjung. Memang, warna jas kita, warna bendera kita dan bentuk logo kita berbeda dengan organisasi mahasiswa lain, namun pembeda utama PMII bukan di warna Jas, warna bendera dan bentuk logo saja tetapi konsistensi kita dalam memegang teguh landasan berpikir Aswaja dan menjadikan NDP sebagai pijakan tertinggi dalam perjuangan menuju tujuan dan upaya PMII itu sendiri.
Ilmu pengetahuan dari berbagai sumber memang penting, namun masalah muncul ketika kita mengabaikan landasan Aswaja dalam menyaring dan mengkritisi ilmu tersebut. Jika terus membiarkan diri hanyut dalam pemikiran kiri dan kanan tanpa kendali nilai dasar, PMII hanya akan menjadi organisasi biasa yang kehilangan jati diri.
Untuk itu, saya mengajak kita semua para kader PMII untuk merefleksikan kembali: sudahkah kita mendalami dan mengamalkan NDP serta Aswaja manhajul fikr dalam kehidupan organisasi dan pribadi? Ataukah selama ini kita terlalu mudah mengikuti arus pemikiran tanpa sikap kritis yang moderat?
Demi mengembalikan marwah PMII sebagai organisasi yang kuat secara intelektual dan bermartabat secara moral. Mari kita jaga dan kembangkan kembali nilai-nilai dasar yang menjadi ruh perjuangan PMII agar temenjadi kekuatan perubahan sosial yang moderat, toleran, dan beradab.
Bisakah Ketua PKC terpilih nanti menjawab kritikan saya ini dan mengembalikan identitas kader PMII?
Penulis adalah Dewan Guru Pesantren Al Hikmah Mugarsari, Founder Lembaga Aswaja Center PMII Kota Tasikmalaya, Penulis Buku 'Aswaja: Nalar dan Gerakan Mahasiswa'
Terpopuler
1
Amalan 10 Hari Pertama dan 6 Hari Istimewa di Bulan Dzulhijjah
2
Kunjungi ITB, PWNU Jabar Bahas Penguatan Karakter dan Akses Pendidikan bagi Santri
3
Ansor Depok Dukung Camat Non-Muslim Pertama, Christine Desima: Simbol Toleransi Kota Depok
4
KH Amin Said Husni Ingatkan Pengurus NU Harus Betul-Betul Mengurus dan Bukan Sekadar Hadir di Rapat
5
PCNU Cianjur Terima Kunjungan BRI: Bahas Penguatan Ekonomi dan Program Sosial
6
Kemenag Umumkan 1.223 Peserta Lolos Seleksi Nasional ke Universitas Al-Azhar 2025, Download di Sini
Terkini
Lihat Semua