• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Opini

Merawat Kemerdekaan (1)

Merawat Kemerdekaan (1)
Merawat Kemerdekaan (1)
Merawat Kemerdekaan (1)

17 Agustus 1945 yang lalu bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya setelah sebelumnya, sekian lama ada dalam kekuasaan bangsa asing. Tentunya, kemerdekaan yang diraih saat itu tidak terjadi begitu saja. Kesadaran kolektif diantara sesama warga atas senasib sepenanggungan ditambah dengan situasi kondisi geopolitik dunia yang menguntungkan bangsa Indonesia menyadarkan para founding father saat itu untuk segera memproklamirkan kemerdekaan bangsa yang dicintainya.


Ibarat letupan gunung es yang membuncah, penderitaan yang dirasakan begitu lama dan keinginan kuat untuk segera terbebas dari belenggu penjajahan menjadi daya penyemangat perjuangan yang begitu kuat untuk direalisasikan. Oleh karenanya wajar jika tiba di setiap perayaan hari kemerdekaan bangsa Indonesia, dari dulu hingga sekarang semua komponen bangsa selalu merayakannya dengan penuh semangat dan disertai dengan penuh rasa suka cita.


Beragam cara yang dilakukan senyatanya semata- mata sebagai wujud ekspresi ungkapan rasa syukur atas nikmat kemerdekaan yang telah diraih. 


Seyogianya semangat kemerdekaan harus tetap terjaga untuk kemudian diaplikasikan ke dalam sendi-sendi kehidupan sehari-hari. Kegembiraan merayakan kemerdekaan secara seremonial memang perlu dilakukan sebagai upaya mengenang jasa para pahlawan bangsa. Namun, optimisme untuk mewujudkan masa depan bangsa Indonesia yang lebih cerah sangat penting untuk dimiliki.


Dari hal itu kita sadar, bahwa tugas untuk menjaga keutuhan dan kemerdekaan bangsa senyatanya tidak mudah, mengingat kompleksitas berbagai persoalan bangsa dan negara masih tetap tampak di depan mata. Egosentrisme kesukuan, perilaku pejabat publik yang masih korup, ujaran kebencian diantara sesama, oligarki kekuasaan, dan janji manis para politikus yang membius menjadi keprihatinan tersendiri di tengah-tengah sebagian komponen bangsa yang lain masih berjuang melawan realitas ketidakadilan yang belum selesai.


Bahkan, dari dulu hingga saat ini dan sampai nanti sekalipun, semua komponen bangsa tetap memikul tanggung jawab yang sama besarnya untuk mewujudkan kondisi bangsa Indonesia yang  baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur, aman dan tentram dengan selalu mendapatkan limpahan rahmat dan ampunan dari Tuhan Yang Maha Esa, sehingga negara aman dan subur makmur sepanjang hayat yang dicita-citakan bersama bukan semata angan-angan belaka. 


Setelah bangsa ini lama merdeka, harapan untuk menjadi bangsa yang mandiri dan berdikari bukan hanya sebatas impian semu belaka. Harapan itu akan mudah terlaksana apabila semua komponen bangsa sadar untuk mewujudkannya. Tugas, hak dan kewajiban setiap warga tidak hanya melekat menjadi sebuah identitas yang ramai diperbincangkan sebatas retorika belaka, namun harus menjadi sebuah identitas yang kebermanfaatannya benar-benar dapat terasa oleh semua orang. Oleh karenanya, optimisme menjadi frase yang tepat untuk selalu didengungkan. 


Dalam waktu dekat, memasuki bulan Oktober 2023 tahapan pesta demokrasi pemilihan umum serta pemilihan presiden & wakil presiden sudah akan dimulai dan puncaknya akan terjadi pada 14 Februari 2024. Sepertinya ruang publik akan segera dipenuhi dengan reaksi masyarakat yang saling membanggakan pilihan masing-masing.


Kita berharap tidak akan ada lagi ujaran kebencian dan saling menghujat diantara sesama calon. Seluruh pendukung paslon yang berlaga pada kontestasi demokrasi tidak akan lagi saling gemar mencermati daftar kesalahan paslon lain. Janji manis politik sudah bukan cara efektif lagi untuk dijadikan sebagai pemikat hati rakyat. Yang kita harapkan adalah adu program, visi, dan misi yang akan menjadi sebuah retorika utama dalam meyakinkan para pemilik suara. 


Politik, seperti dikatakan Hannah Aredt, seyogianya harus mampu menjadi sesuatu yang dapat menularkan kebermanfaatan kepada seluruh masyarakat yang ada sehingga keberadaban dan pikiran sehat akan tetap menjadi hal yang utama. Politik yang baik adalah politik yang selalu mengedepankan kemaslahatan bagi setiap jiwa meskipun suasana pertarungan demokrasi tentu akan sangat melelahkan.


Mudah-mudahan momen peringatan 17 Agustus kali ini tetap mampu memberikan dampak yang positif bagi keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Tak terkecuali bagi mereka yang akan berkontestasi pada pemilu 2024, termasuk di dalamnya para pendukung panatik setiap pasangan calon. 


Melalui semangat kemerdekaan, semoga semua sendi kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara Indonesia akan lebih baik dari sebelumnya. Bersambung.


Rudi Sirojudin Abas, salah seorang peneliti kelahiran Garut.


Opini Terbaru