Fenomena Pengibaran Bendera One Piece: Ketika Ekspresi Seni Berbicara Tentang Nasionalisme Jelang HUT RI ke-80
Selasa, 12 Agustus 2025 | 10:31 WIB
Rudi Sirojudin Abas
Kontributor
Dalam dunia seni, suatu karya lahir hasil dari imajinasi atau perenungan batin si penciptanya dalam memahami realita kehidupan di lapangan. Imajinasinya mewujud dalam bentuk kata-kata (sastra), visual, gerak, musik, atau audio visual yang kesemuanya itu memiliki simbol dan pesan tertentu sesuai dengan pikiran si penciptanya.
Karena kekhasannya, karya seni yang dilahirkan itu kemudian menjadi satu identitas yang melekat pada diri penciptanya yang terlembagakan dalam sebuah komunitas tertentu. Tak sedikit dari karya seni itu kemudian menjadi sebuah alat penyampai pesan kepada khalayak umum. Lebih jauhnya lagi, karya seni kadang menjadi sebuah ungkapan ekspresi dari setiap orang dalam memahami realita kehidupan di lapangan.
Seperti yang terjadi hari-hari ini menjelang perayaan HUT Kemerdekaan Indonesia yang ke-80, yakni munculnya pengibaran bendera bajak laut dari anime One Piece di sejumlah tempat oleh sebagian masyarakat tertentu, terutama masyarakat yang termarginalkan. Bendera One Piece tersebut berkibar di halaman rumah, di pagar rumah, di truk, di kaca spion, di dinding kota, dan yang paling unik berkibar disandingkan dengan bendera pusaka merah putih. Kejadian ini sontak memicu perdebatan-perdebatan di ruang sosial. Ada yang menyayangkan. Ada yang simpati. Ada pula yang tergugah dan terinspirasi.
Film One Piece merupakan sebuah seri film bebentuk anime hasil karya seniman Jepang, Eiichiro Oda. Kesemuanya berjumlah 112 seri/volume. Jika dicermati seutuhnya, akan didapat kesimpulan bahwa bendera tengkorak bertopi jerami yang dikenal sebagai Jolly Roger milik kru topi jerami pimpinan Monkey D. Luffy merupakan simbol perlawanan terhadap tirani, pencarian kebebasan, dan loyalitas terhadap sesama kru. Dalam serial itu dikisahkan, keadilan yang timpang menjadi titik tolak utama sebuah pergerakan itu lahir.
Sudah menjadi kelaziman bagi setiap pegiat seni, ketika ia risau atas realita kehidupan di lapangan, ia ungkapkan ekspresi itu lewat sebuah karya seni. Baginya, kata-kata, visual, atau narasi apapun yang kemudian diekpresikan melalui karya seni akan lebih bermakna dan efisien dari pada harus turun ke jalanan. Lebih jauhnya lagi, karya seni yang dihasilkan dipandangnya akan abadi yang bisa jadi di kemudian hari akan tetap relevan digunakan untuk menyuarakan hal yang sama.
Di tanah air, kita mengenal beberapa seniman yang gemar menyuarakan realita kehidupan baik sebagai kritikus sosial maupun pembangun optimisme kebangsaan. Di dunia sastra kita mengenal W.S Rendra dan Taufik Ismail. Di dunia musik ada Iwan Fals maupun Doel Sumbang. Mewakili ormas keagamaan, kita tentu paham bagaimana peran KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dalam menyuarakan narasi realita kehidupan di masa Orde Baru.
Terbaru, kita tentu ingat kemunculan band Sukatani yang berani mengkritisi perilaku beberapa oknum polisi. Belum lagi komunitas-komunitas seni yang tak muncul ke permukaan, menandakan eksistensinya jangan dianggap sebelah mata. Kehadiran mereka sebenarnya mewakili ekspresi, kesedihan, serta kebimbangan yang dirasakan oleh kaum marginal yang mungkin belum tersentuh oleh penguasa.
Kemunculan kibaran bendera One Piece menjelang HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang Ke-80, tidak bisa dibilang sebagai satu kemunduran rasa nasionalisme dari warga. Fenomena ini hanya sebagai ungkapan ekspresi masyarakat yang merasa dirinya belum mendapatkan perhatian lebih pemerintah.
Melalui kasus ini, pemerintah secepatnya harus mampu memberikan solusi terbaik dengan aksi nyata di lapangan dengan terus memberikan pelayan tanpa henti bagi warganya tanpa mematikan jiwa ekpresi kaum muda. Kita mesti sadar, generasi muda hari ini tumbuh dalam dimensi ruang hiperaktif beragam media sosial. Oleh karena itu, langkah terbaik adalah dengan membuka ruang dialog. Paling tidak dengan dialog, persepsi-persepsi yang selama ini rancu akan tercerahkan kembali dengan baik.
Terakhir, memang kesakralan bendera pusaka merah putih menjadi salah satu pijakan warga dalam menumbuhkan rasa nasionalismenya. Mengibarkan identitas satu bendera selain bendera pusaka di momen sakral HUT Kemerdekaan sedikit menciderai rasa kebahagiaan. Tapi apalah daya semua telah terjadi. Senyatanya, fenomena pemasangan bendera One Piece bukanlah anti kemerdekaan, melainkan harus dibaca sebagai bentuk nasionalisme kaum muda zaman now yang kreatif, ekpresif, dan interpretatif.
Selain itu, kita mesti sadar bahwa kehadiran kaum muda di tengah era disrupsi ini menjadi satu kekuatan kita untuk maju melangkah lebih cepat ke depan. Oleh karenanya, kemampuan serta kecerdikan kita membaca pikiran-pikiran anak muda menjadi satu yang perlu dikedepankan. Kita tentu ingin, di HUT Kemerdekaan Indonesia yang ke-80 bahkan ke-100 nanti, yang menjadi pelakunya adalah para generasi pemuda (emas) kita. Yang tentu cara mengekspresikannya bisa jadi tidak akan sama dengan para pendahulunya.
Setiap tiba di hari perayaan kemerdekaan kita, memang kita selalu diperintahkan untuk memeriahkannya dengan semeriah mungkin sebagai bentuk rasa syukur. Perayaan-perayaan lokal seperti biasa memang perlu tetap digelar. Namun yang tidak kalah pentingnya juga yakni merayakan perayaan-perayaan dalam bentuk ruang media sosial sebagai bagian ekspresi kaum muda di zaman sekarang.
Semua pihak mesti bijak, bahwa bendera merah putih merupakan lambang perjuangan dan kebebasan. Tetapi kita juga perlu sadar, tidak semua orang paham akan hal itu. Oleh karena itu, biarkan anak muda kita menafsirkan kemerdekaan dalam visual yang mereka pahami yang tentunya tafsiran itu tidak keluar dari norma ketimuran kita.
Rudi Sirojudin Abas, salah seorang peneliti kelahiran Garut
Terpopuler
1
Mengenal Lebih Dekat KH Aceng Abdul Mujib: Ulama Fauzan yang Kini Pimpin MUI Kabupaten Garut
2
Blokir 31 Juta Rekening Dormant: Kebijakan PPATK yang Menguji Soliditas Pemerintah dan Kepercayaan Publik
3
Innalillahi, Wakil Katib Syuriah PWNU Jabar KH Awan Sanusi Meninggal Dunia
4
Resmi, Ustadz Saepulloh Husen Pimpin Pergunu Klapanunggal Masa Khidmah 2025–2030
5
Cetak Pemuda Tangguh, GP Ansor Indramayu Gelar Diklatsar Banser
6
MA Plus Al Hikam Gelar Talkshow Inspiratif Perjalanan Hafidz ke Panggung Dunia
Terkini
Lihat Semua