• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Opini

Merdeka?

Merdeka?
Merdeka?
Merdeka?

Ada sebuah pertanyaan yang sangat serius: "Apakah kita sudah mencapai kemerdekaan yang sejati atau baru sampai pada pintu gerbang kemerdekaan?"


Memang demikian jika kita melihat alinea 1 dan 2, Pembukaan UUD '45. Tapi di alinea ke 3 telah dinyatakan  "kemerdekaan", ditambah tujuan negara merdeka pada alinea 4.


Merdeka adalah suatu kondisi dimana seseorang atau kelompok masyarakat telah bebas melakukan aktivitas tanpa tekanan dari pihak lain, atau lawan dari terjajah yang sama sekali kebebasan dibatasi.


Sesungguhnya secara politik bangsa Indonesia sudah merdeka dari campur tangan bangsa lain, namun dalam sejumlah hal kita masih dikendalikan oleh mereka. Terlebih kemerdekaan yang hakiki sangat kecil kemungkinan mendapatkannya.


Negara-negara di dunia terbagi ke dalam 3 kategori; negara maju, berkembang, dan miskin. Bagi negara berkembang dan miskin, kemerdekaan praktis sangat kecil karena ketergantungan pada ketentuan yang ditetapkan negara donor. Kecuali negara maju, ketergantungan kepada negara lain sangat kecil, namun tetap mereka pun harus tunduk pada aturan persatuan negara-negara dunia, atau kelompok negara tertentu.


Apalagi secara hakiki yg menyangkut individu, maka kemerdekaan itu hanya sebuah istilah. Ketika manusia lahir, sepertinya merdeka tanpa beban, namun sesungguhnya sebelum dunia tercipta Sang Penguasa telah menetapkan 2 pilihan; bahagia atau celaka, dan itu telah dituangkan dalam kitab suci sebagai wahyu. Ada perintah dan ada larangan disertai reward dan funishment (pahala dan sanksi). Jika mengikuti perintah dan menjauhi larangan, dia akan selamat, namun jika sebaliknya dia mendapat celaka. Dan biasanya orang yang bebas tanpa terkendali itulah yang celaka.


Secara spiritual, manusia masih banyak yang belum merdeka secara hakiki karena masih dapat dikendalikan hawa nafsu, dan di situ setan berperan mempengaruhi nafsu agar kelak dia mendapat teman di neraka.


Perang melawan hawa nafsu termasuk "Jihadul Akbar", perang yang sangat besar karena musuh ada dalam jiwa kita dan tak terlihat secara nyata. Sementara perang melawan musuh dikategorikan sebagai "Jihadul Ashghar", perang yang sangat kecil, musuh dapat terlihat secara nyata.


Sepulangnya dari Perang Badar, Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabat, "Kita berpulang dari perang yang sangat kecil menuju perang yang lebih besar". Para sahabat kaget karena selama mereka berperang, Perang Badar lah yang sangat besar, lalu mereka bertanya, "Apakah gerangan jihad yang paling besar itu ya Rasulullah?".Rasul menjawab, "Jihaadunnafsi", memerangi hawa nafsu.


Jadi, merdeka yang hakiki adalah merdeka yang bebas dari segala penindasan yang menjurus pada bencana dan mampu mengendalikan hawa nafsu serta tidak menjadikan setan sebagai teman, di samping bebas dan tenang dalam mendekatkan diri pada kasih sayang Sang Penguasa Tunggal.


Semoga dalam menyongsong HUT kemerdekaan ini kita mendapat petunjuk (taufiq dan hidayah) Allah SWT agar tergolong orang yg selamat, bahagia duniawi dan ukhraowi, serta terhindar dari malapetaka dan api neraka. Aamiin Yaa robbal 'aalamiin.


KH Awan Sanusi, salah seorang A'wan PWNU Jawa Barat


Opini Terbaru