• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Ngalogat

Relasi Pesantren

Relasi Pesantren
Penulis Kang Iip Dzulkipli Yahya, penerbit Mas Hamzah Sahal, dan yang menuliskan pengantar, KH. Yahya Cholil Staquf dan Imam Mudofar sebagai moderator pada acara bedah buku ajengan cipasung (Foto: NU Online Jabar)
Penulis Kang Iip Dzulkipli Yahya, penerbit Mas Hamzah Sahal, dan yang menuliskan pengantar, KH. Yahya Cholil Staquf dan Imam Mudofar sebagai moderator pada acara bedah buku ajengan cipasung (Foto: NU Online Jabar)

Oleh Imam Mudofar
Saat talkshow bincang buku Ajengan Cipasung, entah siapa yang memulai. Ketiga tokoh yang menjadi pembicara itu ternyata Krapyak Conection. Meski dalam kurun waktu yang berbeda, ketiga tokoh itu (penulis Kang Iip Dzulkipli Yahya, penerbit Mas Hamzah Sahal, dan yang menuliskan pengantar, KH. Yahya Cholil Staquf) pernah sama-sama nyantri di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. 

Sontak saya yang pupuk bawang ini merasa kikuk dan clingak-clinguk. Ada perasaan canggung dan kagok. Rupanya di siang hari yang penuh berkah itu, saya yang pernah nyantri di Queen Al Falah Ploso ini tengah berada di tengah-tengah Krapyak Conection. Dan pada akhirnya saya juga tau jika ternyata sebelum di Krapyak, Mas Hamzah juga pernah nyantri di Ploso. 

Namun belakangan, saya diingatkan oleh Prof. Amin Mudzakkir jika ternyata pada momen-momen tertentu, story dan history yang pernah kita lalui terkadang menjadi penting. Asal ditempatkan pada momen dan waktu yang tepat. Saya pun akhirnya paham jika sanad keilmuan Pondok Ploso dan Krapyak itu ketemu di Syaikhuna Kholil Bangkalan dan selanjutnya di Syekh Mahfud At Termasi. Sebab sanad ini menjadi bagian terpenting dalam relasi (hubungan) antar pesantren selain dari pernikahan. 

Dan saya pun diingatkan oleh Ajengan Yayan Bunyamin Rama Qaisra jika penamaan itu menjadi penting dalam relasi pesantren. Sebagaimana Ajengan Yayan Bunyamin yang kerap disangka dan dikira sebagai putra dari Pengasuh Ponpes Cipasung sekaligus Rais Syuriah PCNU Kab. Tasikmalaya, KH. Abun Bunyamin karena kesamaan nama belakangnya.

Dan akhirnya saya paham dan semakin yakin jika NU adalah gudangnya berkah. Jangankan mondok dan khidmah, nama yang disematkan sebagai bentuk perwujudan doa berkahnya betul-betul terasa. Di titik inilah kita sebagai bagian dari jamiyah patut bersyukur dan berbangga. Semoga keistiqomahan senantiasa mengiringi segala langkah kita. Amin.

Penulis adalah Alumnus Pondok Pesantren Queen Al Falah Ploso-Kediri. Alumnus FIB Unair Surabaya. Saat ini aktif di Banser sebagai Kasatkorcab Banser Kabupaten Tasikmalaya.


Ngalogat Terbaru