• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Ngalogat

Pesantren Perpaduan Tradisi Ilmiah dan Sufistik

Pesantren Perpaduan Tradisi Ilmiah dan Sufistik
Santri putri sedang mengaji (Foto: NU Online)
Santri putri sedang mengaji (Foto: NU Online)

Oleh KH Samsudin Ak

Kebutuhan pokok manusia itu sudah umum diketahui. Selain sandang pangan dan papan juga ilmu pengetahuan. Namun demikian ada yang membaginya kebutuhan manusia itu menjadi dua bagian besar, yaitu kebutuhan lahiriyah dan ruhaniyah. Kebutuhan lahiriyah adalah sehatnya badaniah (jasadiyah) yaitu sandang pangan dan papan. 

Adapun kebutuhan ruhani terbagi empat, yaitu kebutuhan akal (ilmu pengetahuan), kebutuhan nafsu (kepuasan), kebutuhan hati (kedamaian) dan kebutuhan ruh yaitu cinta dan kebahagiaan. Jika kebutuhan tersebut terpenuhi, maka kebahagiaan manusia akan tercapai.

Ada berbagai macam cara manusia untuk mencapai kebahagiaan, baik di dunia ketika hidup maupun kebahagiaan akhirat pada kehidupan akhir nanti.

Kesejahteraan manusia berhubungan erat dengan pemenuhan kebutuhan pokok di atas, baik kebutuhan pokok lahiriyah maupun ruhaniyah.

Maka dengan demikian, sangatlah penting bagi kita untuk belajar lebih banyak dan dalam mengenai cara mendapatkan segala kebutuhan pokok ini.

Bisa jadi manusia sudah sehat lahiriyahnya, namun belum sehat ruhaninya atau kebutuhan lahiriyahnya sudah cukup namun kebutuhan ruhaninya masih kosong atau sebaliknya kebutuhan ruhaninya ia kejar tapi kebutuhan lahiriyahnya terabaikan.

Upaya pemenuhan kebutuhan pokok ini harus seimbang, agar lahir batin tercukupi sehingga hidup kita akan tenang, aman, nyaman, damai, sejahtera dan bahagia.

Berbicara tentang upaya tentunya akan masuk pada wilayah pendidikan. Pendidikan yang dapat mentransformasikan ilmu tentang cara dan bagaimana agar manusia mengetahui cara mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin.

Satu hadits yang shoheh menyampaikan "siapa saja yang menghendaki dunia (lahiriyah) dapatkanlah dengan ilmu dan siapa saja yang menginginkan akhirat (ruhaniyah) dapatkanlah dengan ilmu dan siapa saja yang menghendaki keduanya dapatkanlah dengan ilmu".

Catatan penting dalam hadits di atas adalah kebutuhan duniawi (lahiriyah) dan kebutuhan akhirat (ruhaniyah) maka kedua duanya dengan ilmu.

Bicara tentang ilmu tentunya kita ingat dengan filsafat barat yang mengarah pada tradisi ilmiah dengan objek kajiannya adalah hal hal yang ada (empiris) dan yang rasional rasional (logis) atau bisa kita sebut yang segala sesuatu yang lahiriyah saja.

Tradisi ilmiah ala Barat ini diejawantahkan oleh pendidikan formal mulai TK, SD, SLTP, SLTA dan perguruan tinggi atau universitas umum (non-agama). Sedangkan untuk mencapai serta mendapatkan ilmu atau cara memenuhi kebutuhan ruhani diwakili oleh timur dengan epistemologi intuisinya yang dikembangkan oleh kaum sufi dengan ajaran tarekatnya.

Di sini, di Indonesia telah hadir pendidikan ala pesantren yang memadukan kedua tradisi ilmiah Barat dan tradisi sufi Timur.

Pesantren pun terdiri dari dua bagian besar. Ada pesantren tradisional salafi dan ada juga pesantren modern.

Pesantren tradisional salafi kecenderungan besar terpengaruhi oleh tradisi Timur (kaum sufi), sedangkan pesantren modern memadukan antara tradisi ilmiah Barat dengan tradisi epistemologi intuisi Timur.

Pesantren modern lebih kecenderungan mengembangkan tradisi ilmiah Barat dengan diselenggarakannya pendidikan formal dan tidak melupakan ajaran sufi dengan ajaran tarekatnya.

Penulis adalah pengasuh Pondok Pesantren At-Tamur Kabupaten Bandung 


Ngalogat Terbaru