• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Ngalogat

Mungkin Tuhan Bosan Ditemui Kerumunan

Mungkin Tuhan Bosan Ditemui Kerumunan
Beribadah sendirian (Ilustrasi: https://muslim.sg/)
Beribadah sendirian (Ilustrasi: https://muslim.sg/)

Oleh Iin Rohimin
Setiap kali musibah atau bencana menimpa, pasti selalu ada hikmah yang tersembunyi di baliknya. Kata-kata itu sangat mudah diucapkan oleh orang yang tidak merasakan secara langsung musibah yang terjadi, tetapi bagi yang merasakannya yakni para korban, keluarga dan orang-orang terdekatnya tentulah sangat berat untuk bisa berkata bahwa ada hikmah di balik musibah tersebut.
Tetapi bagi seorang yang beriman, tentu harus menerima segala musibah dan bencana yang terjadi serta mencoba memetik hikmah di balik semua itu, termasuk saat menghadapi musibah dunia berupa pandemi virus corona yang banyak menelan korban jiwa. 

Beberapa hikmah atau pelajaran yang dapat kita ambil dari pandemi Covid-19 ini, di antaranya adalah kita tidak boleh menyepelekan atau tidak peduli dengan pandemi virus corona, karena tindakan itu sangat tidak bertanggung jawab, selain membahayakan diri sendiri juga dapat membahayakan orang lain. Apalagi jika kita mengabaikan anjuran pemerintah dan tidak mengindahkan ketentuan yang dibuat oleh pihak berwenang soal penyebaran virus corona, maka hal itu merupakan perilaku sombong yang dapat menghambat upaya bersama yang tengah digalakkan untuk memutus mata rantai penyebaran virus korona.

Pemerintah sebenarnya beberapa waktu lalu telah mampu menekan angka angka penyebaran  dan sempat membuat grafik  penyebaran Covid-19 mengalami penurunan secara signifikan, dengan menerapkan kebijakan kembali ke rumah, beribadah di rumah dan bekerja dari rumah, namun kebijakan tersebut dicabut kembali dengan menerapkan pola hidup kenormalan baru (new normal) atau Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).

Nyatanya setelah kebijakan itu dilonggarkan, karena mengingat dampak ekonomi yang kian mengkhawatirkan dan manusia Indonesia kembali bebas berkeliaran (meskipun dengan anjuran penerapan prokes), PSBB dihentikan, ibadah di luar rumah kembali diperbolehkan, keramaian, pesta, perayaan dan berbagai kegiatan kemasyarakatan diizinkan, kini korona kembali merajalela, penyebarannya tak terkendali dan angka positif serta kematian mulai tak terkendalikan. 

Maka saatnya kita kembali ke rumah, menjaga diri, menjaga keluarga, bekerja dari rumah dan beribadah di rumah, sebelum semuanya terlambat dan terjadi malapetaka yang mengenaskan. Dengan kembali ke rumah, hikmahnya adalah kita diperintahkan untuk menemui Tuhan dalam kesendirian, tidak usah bergerombol apalagi membawa pasukan atau rombongan, cukup sendirian saja, dalam kesyahduan, dalam kesunyian, tiada batas antara kita dan Sang Pencipta. 

Mungkin Tuhan sudah  bosan didatangi dengan secara bergerombol puluhan, ratusan, ribuan atau bahkan jutaan massa yang mengatasnamakan jamaah, jamiyah, doa bersama, bershalawat dan lain sebagainya. Apalagi selalu diminta dan “dituntut” berbagai hal, ada yang meminta rezeki, kekayaan,  jodoh, naik jabatan, anak saleh dan lain-lain. 

Sekarang pasukan Corona bergerak mengusir kerumunan itu, kita dipaksa meninggalkan surau, mushala, masjid dan berbagai tempat ibadah lainnya. Kita dipaksa untuk kembali ke rumah, berdiam diri bersama keluarga. 

Tetapi jangan sampai kita merasa terpaksa dan melakukan perlawanan dengan tindakan bodoh dan ceroboh yang dapat menambah runyam suasana. Saatnya kembali ke rumah, berdiamlah di dalam rumah, jangan ke mana-mana. Hentikan sejenak segala hal yang selama ini kau lakukan di luaran sana. 

Allah membuka japri alias jalur pribadi, di rumahmu sendiri, bukan lagi di surau, mushala, masjid atau majelis taklim dan tempat lainnya. Segera  temui, ayo cepat, siapa cepat dia dapat. Sebelum server down karena semua akan menjapri Allah dengan seabrek permintaan lagi. 

Kita di rumah bukan berarti takut korona. Karena yang kita takutkan hanya Allah semata. Tetapi kita takut menjadi manusia berdosa, karena telah menularkan virus berbahaya, menambah panjang mata rantai penyebaran Covid-19 yang dapat membunuh jutaan manusia.

Kita di rumah bukan berarti anti jamaah, anti kebersamaan dan anti persatuan sesama umat Islam dalam beribadah. Tetapi kita ingin menyelamatkan diri kita, keluarga, jamaah kita dan saudara-saudara kita dari serangan virus mematikan bernama korona. Apalagi ini hanya bersifat sementara, toh nanti setelah korona pergi, setelah semuanya kembali berjalan normal apa adanya, kita bisa kembali ke luar rumah, bekerja, bermasyarakat, beribadah, berjamaah seperti sediakala. 

Musibah penyebaran covid-19 juga memberikan pelajaran kepada kita akan gambaran nyata saat datangnya kiamat. Lihatlah  Ka'bah ditutup, tempat-tempat ibadah dihentikan aktivitasnya, tiada  lagi Shalat Jumat dan anjuran untuk beribadah di rumah. Inilah sinyal yang dikirimkan Allah kepada kita, bahwa di akhir zaman nanti hal ini akan benar-benar terjadi. Ini baru korona yang datang, bagaimana nanti jika Dajjal yang menyerang? Bukan lagi kita dilarang menjalankan ibadah, segala hal akan diputarbalikkan. Kebenaran akan terlihat salah. Kemungkaran akan terlihat benar. Surga seperti neraka dan neraka seperti surga. Yang haram semanis halal dan yang halal sepahit haram.

Mari belajar dari corona. Dia mampu memutar balikkan segalanya.  Dengan corona bersatu jadi runtuh dan berpisah jadi kuat. Bersama jadi bahaya, berpisah jadi aman. Semoga musibah pandemi corona segera berahir dan semoga kita dapat memetik hikmah dibalik corona ini, sehingga kita akan benar-benar siap menghadapi segala kemungkinan terburuk dalam kehidupan selanjutnya.  

Penulis adalah pewarta NU Online Jabar, tinggal di Indramayu
 


Ngalogat Terbaru