• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Ngalogat

Menjadi Kiai Noer

Menjadi Kiai Noer
KH Nur Iskandar SQ
KH Nur Iskandar SQ

Oleh Alamsyah MDJ

Suatu masa, saya pernah bercita-cita menjadi mubaligh seperti Zainuddin MZ. Setelah menjadi santri Ashidiqiyyah, tokoh idola saya bertambah: KH Nur Iskandar SQ. Tentu saja idola pertama adalah bapak saya, guru ngaji di pulau dan khatib Jumat atau shalat hari raya.

Bapak saya yang memperkenalkan dengan tradisi kitab kuning. Tetapi yang memperkenalkan saya pada Ashidiqiyyah adalah Emak. Saya tak tahu bagaimana Emak pertama kali mengenal Kiai Noer dan Ashidiqiyyah. 

Ketika saya menjadi santri, sudah ada beberapa orang dari kampung mondok di sini. Saya juga tak tahu bagaimana pertama kali orang tua mereka mendengar nama Kiai Noer. Kuat dugaan lewat radio dan mungkin jejaring NU yang waktu itu tidak populer. 

Saya menyukai gaya Kiai Noer yang berapi-api dan tentu saja penuh humor. Massa disiram dengan intonasinya yang naik-turun. Meledak-ledak, tertawa, lalu menangis. Berbeda lagi dengan gayanya di atas kursi saat mendaras Tafsir Jalalain atau Ta'lim al-Mutaallim. 

Di atas nama besarnya sebagai mubalig kondang dan politisi, Kiai Noer tetap saja seorang pendidik, pekerja keras, dan disiplin. Tanpa gabungan itu semua, mustahil warisannya saat ini membentang luas: santri-santri Ashidiqiyyah. 

Semalam, Mukhlisin, seorang alumni Ashidiqiyyah mengabari buku tentang Kiai Noer sudah terbit. Saya memilih judul layaknya seorang santri saja: Shalat Hajat untuk Santri Nakal. Dalam usia sekarang, saya juga masih bermimpi suatu saat bisa mendirikan pesantren seperti Kiai Noer melakukannya. 

Masalahnya, saya tak punya potongan seorang kiai. Jadi, jika itu gagal terwujud saya akan mengubah mimpi, yaitu membantu teman-teman saya yang sudah mengembangkan pesantren. Minimal membantu doa. Inilah selemah-lemahnya mimpi. 

Kalimulya, 5 Agustus 2021

Penulis adalah santri Kiai Noer, alumnus Ashidiqiyyah angkatan 1997


Ngalogat Terbaru