• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 19 April 2024

Nasional

Kang Bakang Ungkap Qiyas Anjuran Bermasker Berdasar Hadits Nabi hingga Ilmu Manthiq

Kang Bakang Ungkap Qiyas Anjuran Bermasker Berdasar Hadits Nabi hingga Ilmu Manthiq
Rais Syuriyah PWNU Jawa Barat KH Nuh Addawami kampanye bermasker (Foto: NU Online Jabar)
Rais Syuriyah PWNU Jawa Barat KH Nuh Addawami kampanye bermasker (Foto: NU Online Jabar)

Bandung, NU Online Jabar
Wakil Ketua PWNU Jawa Barat KH Abubakar Sidik menjelaskan Nabi Muhammad mengukur kebaikan orang dari kebermanfataannya. Hal itu termaktub dalam satu sabdanya, Khairukum anfa'ukum lin nas. Artinya, semakin banyak memberi manfaat kepada orang banyak, ia dinilai semakin baik. 

Manfaat yang dimaksud Nabi, menurut salah seorang ajengan di Pondok Pesantren Al-Masthuriyah Kabupaten Sukabumi ini, bukan hanya kepada orang lain, tetapi juga kepada dirinya sendiri. Pasalnya, tak bagus seperti lilin, menerangi orang, tapi menghancurkan diri sendiri. 

Makanya, kata Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Masthuriyah ini, kalau punya rezeki, jangan semua dishadaqahkan, perhatikan dulu diri, keluarga, dan kerabat terdekat. Manfaat juga bisa dimaknai dengan tidak memberi mudarat (manfaat pasif) 

“Artinya, jadilah kamu orang yang bermanfaat,” katanya. “Ini analisa dalam ushul fiqh dikategorikan amar yang dalam manthiq disebut mafhum nuwafaqah dan dalam balaghah disebut insyaiyyah,” katanya. “Makanya, jangan menyusahkan orang dan jangan menyengsarakan orang. Jangan memudaratkan orang. Ini analisa dalam ushul fiqh disebut nahyi, dalam manthiq disebut mafhum mukhalafah, dan dalam balaghah disebut insyaiyyah,” jelasnya. 

Kemudian ia menganalogikan pada penggunaan masker. Orang bermasker memberi manfaat kepada dirinya karena mencegah dirinya dari penularan dari orang lain. Bermasker juga memberi manfaat kepada orang lain, yaitu mencegah penularan dari diri kita kepada orang lain. 

Ringkasnya, kata dia, orang bermasker itu orang baik atau orang baik itu orang bermasker. Dakwahnya, mari bermasker. Jangan dengarkan suara tasykik, yang hanya meragukan kebenaran ilmiah yang mutawatir soal virus menular. 

“Ini penerapan agama secara deduktif sambil diharmonikan dengan sains. Ternyata agama dan sains bisa diharmonikan,” pungkasnya.

Pewarta: Abdullah Alawi 
 


Nasional Terbaru