• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Ngalogat

Meneguhkan Kembali Kualitas Pendidikan

Meneguhkan Kembali Kualitas Pendidikan
Meneguhkan Kembali Kualitas Pendidikan
Meneguhkan Kembali Kualitas Pendidikan

Masa libur sekolah semester 1 di tahun pelajaran 2022/2023 telah usai. Hal itu awali dengan masuk sekolah pada 9 Januari 2023 sebagai pertanda pembelajaran baru di semester 2 dimulai. Diharapkan semua guru dan siswa dapat meneguhkan kembali akan pentingnya budaya kerja yang baik, terutama terkait dengan kualitas pembelajaran dan pendidikan. 


Suasana awal tahun dan semester baru akan lebih berarti jika disikapi dengan penuh optimisme. Sebaliknya, jika disikapi dengan fesimis atau biasa-biasa saja maka yang akan tetap muncul adalah cerita-cerita lama, kebiasaan-kebiasaan lama yang boleh jadi tidak relevan lagi dilakukan di masa sekarang. Oleh karena itu, diperlukan berbagai rencana, strategi, maupun kecermatan dalam menyikapinya sehingga harapan dan keinginan untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik dan bermakna akan dapat mudah terlaksana.


Bagi peserta didik, semester 2 merupakan ajang refleksi atas hasil yang telah diraihnya di semester 1.


Peserta didik yang memperoleh hasil menggembirakan dituntut untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan prestasinya. Sementara, bagi peserta didik yang belum maksimal dalam meraih nilai maupun prestasi harus segera merubah pola dan kebiasaan belajar sehingga di akhir semester nanti mendapatkan nilai yang sesuai dengan yang diharapkan. 


Sementara bagi guru, selain wajib memiliki empat kompetensi (kepribadian, pedagogik, sosial, dan profesional), guru juga dituntut untuk dapat memahami dan mencermati berbagai kendala maupun permasalahan peserta didik dalam menyelesaikan target pembelajarannya.


Terkait dengan keberhasilan peserta didik dalam menyelesaikan capaian belajarnya, Muhibbin Syah (1995) mengutarakan lima hal yang kiranya dapat dijadikan pegangan untuk mengukur tingkat keberhasilan perolehan belajar siswa, termasuk di dalamnya terkait kualitas dan kuantitas hasil pembelajaran. Kelima hal itu yakni: tingkat kecerdasan/inteligensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa.


Untuk mewujudkan kualitas pembelajaran yang baik, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan.


Pertama, tentunya pemahaman terkait dengan kemampuan inteligensi atau tingkat kecerdasan (Intelligence Quotient) siswa yang berbeda-beda. Guru dapat menggunakan berbagai metode dan strategi dalam proses pembelajaran. Guru juga mesti memperhatikan tingkat kemudahan dan kesulitan belajar siswa.


Di sinilah pentingnya peran guru sebagai fasilitator dan motivator sehingga keperluan belajar semua peserta didik dapat terpenuhi dengan baik.


Kedua, menumbuhkan sikap (attitude)positif siswa terhadap guru dan mata pelajaran. Salahsatu kesulitan siswa dalam menyelesaikan target pembelajaran adalah tidak adanya atau kurangnya minat positif terhadap guru atau mata pelajaran. Langkah yang harus dilakukan guru adalah dengan senantiasa menghargai dan mencintai profesinya. Guru juga harus meyakinkan kepada peserta didiknya akan kegunaan dan manfaat dari bidang studi yang dipelajarinya bagi kehidupan mereka.


Dengan meyakini manfaat bidang studi yang diajarkan, dengan sendirinya siswa akan merasa membutuhkannya. Dari perasaan membutuhkannya itulah diharapkan muncul sikap positif terhadap bidang studi sekaligus terhadap guru yang mengajarkannya.


Ketiga, guru harus menjadi orang yang mampu menggali bakat dan potensi setiap peserta didik karena mereka tentunya mempunyai potensi masing-masing. Setelah itu guru kemudian harus mampu membimbing, mengarahkan, dan membina perserta didik sesuai dengan potensi dan keinginan yang dimilikinya. Jika hal demikian terjadi, maka kesan guru sebagai orangtua siswa di sekolah  memang benar adanya. Sebagai orangtua di sekolah, guru pun dituntut untuk siap menjadi tempat mengadu dalam memecahkan permasalahan-permasalahan peserta didik.


Keempat, seyogianya guru mampu untuk membangkitkan minat siswa dalam menguasai dan memahami seluruh bentuk tujuan pembelajaran. Kelima, diperlukannya usaha dari sekolah untuk memberikan penghargaan (reward) terhadap peserta didik yang berprestasi. Sementara bagi peserta didik yang belum berprestasi, tugas sekolah adalah memberikan motivasi dan tetap membangkitkan semangat belajar mereka.


Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan kualitas dan kuantitas pembelajaran dan pendidikan senyatanya menjadi sebuah keniscayaan yang harus diprioritaskan. Semua itu akan terwujud jika seluruh komponen pendidikan ikut serta dalam menyukseskannya. Guru, tenaga kependidikan, orangtua, dan siswa sejatinya menjadi faktor utamanya. Semoga.


Rudi Sirojudin Abas, salah seorang peneliti kelahiran Garut


Ngalogat Terbaru