• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Ngalogat

Keagungan Kitab Ihya Ulum al-Din Imam Ghazali

Keagungan Kitab Ihya Ulum al-Din Imam Ghazali
(Ilustrasi: NU Online).
(Ilustrasi: NU Online).

Terinspirasi dari tulisan Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) MWCNU Karangpawitan Garut A Deni Muharamdani dalam judul Ta'limul Muta'allim, saya mencoba untuk mengurai keagungan kitab Ihya Ulum al-Din karya Abu Hamid al-Ghazali atau orang menyebutnya Imam Ghazali, seorang Hujatul Islam kelahiran Thus Persia 1058 M yang wafat pada tahun 1111 M.


Sama seperti kitab Ta'limul Muta'allim yang lahir dari kerisauan pengarangnya-Imam Az-Zarnuji-saat melihat kecenderungan para pencari ilmu yang abai dalam memahami hakikat ilmu itu sendiri. 


Menurut Imam Az-Zarnuji, para pencari Ilmu seyogianya harus mampu menyingkap tabir hakiki yang ada pada sebuah ilmu. Hakikat ilmu sejatinya merupakan sifat yang melekat pada setiap jiwa pencari ilmu untuk menyingkap suatu objek ilmu yang dipelajari. 


Ilmu harus dipahami sebagai sesuatu yang berasal dari Allah. Oleh karena itu untuk memperolehnya, tidak cukup hanya dengan mengandalkan intuisi fisik saja, tetapi juga harus mengandalkan pengalaman intuisi batin yang mendalam sehingga ilmu yang diperoleh akan penuh dengan makna. 


Dengan demikian betapapun luasnya, hebatnya kedalaman ilmu seseorang, jika ia tidak bisa memahaminya secara batin, maka ilmunya itu akan kering kerontang, tak berarti, tak bermakna, dan kurang keberkahan. 


Sama halnya dengan Imam Ghazali, kitab Ihya Ulum al-Din lahir saat ia sedang mengalami krisis spritual. Kedalaman ilmu (Kalam, Filsafat, Logika, Dialektika, Fikih) yang dimilikinya tak membawa ketenangan dan kedamaian hidup. Pertikaian antar madzhab dan antar pemikiran pada masanya berdampak pada pertentangan batin dalam diri Imam Ghazali.


Imam Ghazali meragukan dan mempertanyakan fungsi akal (rasio) di kalangan ahli Kalam dan Filsuf dalam menggapai kebenaran final tentang Tuhan. Hingga akhirnya ia mengatakan bahwa filsafat akan berguna dan benar jika diletakan dalam kerangka agama dan hukum-hukum Islam. Intinya, filsafat tak boleh melewati dan berada di luar hukum yang sudah baku di dalam Al-Qur'an. 


Dalam isi kitab Ihya Ulum al-Din, Imam Ghazali tidak hanya mencantumkan pembahasan-pembahsan yang terkait dengan amalan hukum fikih saja, tetapi juga terkait dengan sisi hikmah dan makna batin dari amalan fikih. 


Dalam kitab Ihya Ulum al-Din, Imam Ghazali pun secara berani mampu memadukan dua unsur yang pada saat itu jarang dilakukan, yakni memadukan dimensi yang bersifat mistik dari agama yang diwakili oleh tasawuf dengan dimensi lahir yang bersumber dari hukum syariat atau kaidah fikih. Sehingga karena itulah, ajaran Imam Ghazali sering disebut sebagai tasawuf yang bersyariat. 


Untuk diketahui, kitab Ihya Ulum al-Din yang artinya menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama sendiri terdiri dari empat jilid besar atau empat rubu' yakni: rubu' ibadah, rubu' adat kebiasaan, rubu' al-Muhlikat (perbuatan yang membinasakan), dan rubu' al-Munjiyat (perbuatan yang menyelamatkan). Sementara setiap rubu' itu terdiri dari sepuluh kitab atau pembahasan. Dengan demikian keseluruhan kitab Ihya Ulum al-Din berjumlah empat puluh kitab atau pembahasan yang lebih lengkapnya sebagaimana berikut:


Rubu' Ibadah

  1. Kitab ilmu
  2. Kitab akidah
  3. Kitab hikmah bersuci
  4. Kitab hikmah shalat
  5. Kitab hikmah zakat
  6. Kitab hikmah puasa
  7. Kitab hikmah haji
  8. Kitab adab membaca Al-Qur'an
  9. Kitab dzikir dan doa
  10. Kitab tertib wirid pada masing-masing waktunya

Rubu' adat kebiasaan

  1. Kitab adab makan
  2. Kitab adab perkawinan
  3. Kitab hukum bekerja
  4. Kitab halal dan haram
  5. Kitab adab berteman dan bergaul
  6. Kitab uzlah7.  Kitab adab musafir
  7. Kitab mendengar dan merasa
  8. Kitab amar ma'ruf nahi munkar
  9. Kitab adab kehidupan dan akhlak kenabian

Rubu' pekerjaan yang membinaskan

  1. Kitab menguraikan keajaiban hati
  2. Kitab latihan diri (jiwa)
  3. Kitab bahaya nafsu perut dan kemaluan
  4. Kitab bahaya lidah
  5. Kitab bahaya marah, dendam, dan dengki
  6. Kitab tercelanya dunia
  7. Kitab tercelanya harta dan kikir
  8. Kitab tercelanya suka kemegahan dan riya
  9. Kitab tercelanya sifat takabur dan ujub
  10. Kitab tercelanya sifat tertipu dengan kesenangan duniawi

Rubu' perbuatan yang menyelamatkan

  1. Kitab tobat
  2. Kitab sabar dan syukur
  3. Kitab takut dan harap
  4. Kitab fakir dan zuhud
  5. Kitab tauhid dan tawakal
  6. Kitab cinta kasih dan rida
  7. Kitab muraqabah dan muhasabah
  8. Kitab niat, benar, dan ikhlas
  9. Kitab tafakur
  10. Kitab ingat mati


Rudi Sirojudin Abas, salah seorang peneliti kelahiran Garut yang sehari-hari bekerja sebagai tenaga pendidik


Ngalogat Terbaru