• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Keislaman

Tiga Tingkatan Orang Berpuasa Menurut Imam Al-Ghazali

Tiga Tingkatan Orang Berpuasa Menurut Imam Al-Ghazali
Tingkatan Orang Berpuasa di Bulan Ramadhan Menurut Imam Al-Ghazali. (Foto: NU Online Jabar)
Tingkatan Orang Berpuasa di Bulan Ramadhan Menurut Imam Al-Ghazali. (Foto: NU Online Jabar)

Bandung, NU Online Jabar

Puasa secara etimologi berarti ‘shaum’ atau ‘shiyam’ yang artinya mengekang atau menahan diri dari sesuatu. Dalam pengertian lebih lanjut, puasa berarti menahan diri dari makan, minum, bercampur dengan istri (jima’) dan lain-lain hal sebagaimana telah diperintahkan kepada kita untuk menahannya. 


Di bulan Ramadhan ini, Allah Swt memerintahkan umat Muslim untuk berpuasa sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya QS Al-Baqarah ayat 183: 


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ


Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183)


Sebagai bulan yang penuh dengan keberkahan, banyak sekali keutamaan yang didapat ketika menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan. Salah satunya yakni bahwa orang yang berpuasa di bulan Ramadhan akan mendapatkan kemuliaan di sisi Allah Swt. 


Namun, kemuliaan yang didapat sesuai dengan tingkatan puasa yang dijalani. Lalu apa saja tingkatan orang yang berpuasa?


Pengurus Lembaga Dakwah PWNU Jawa Barat, ustadz Ahmad Faishal Adha menjelaskan bahwa dalam kitab Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali membagi tingkatan puasa menjadi 3 golongan. Pertama adalah golongan orang awam. Kedua, golongan orang khusus. Ketiga golongan orang yang sangat khusus.


“Golongan yang pertama ini mereka hanya melaksanakan puasa itu menjaga agar supaya tidak ada yang masuk dari lubang atasnya, maupun ada yang keluar dari lubang bawahnya. Mereka menjaga puasanya hanya supaya tidak batal dari makan dan minum dan juga tidak berhubungan suami istri,” jelasnya. 


Adapun golongan kedua, lanjut ustadz Adha menjelaskan, mereka adalah golongan orang khusus yakni mereka yang setelah menjaga mulutnya, perutnya daripada makanan yang membatalkan puasa dan juga menjaga syahwatnya, mereka pun menjaga matanya, telinganya dan lisannya beserta anggota tubuh yang lainnya daripada berbuat dosa dan maksiat. 


Sementara itu, derajat yang ketiga yakni mereka adalah orang-orang yang sangat khusus, karena hanya sedikit orang yang mampu mencapai derajat ini. Mereka adalah golongan yang telah melewati golongan yang pertama dan kedua. 


“Mereka ini yang telah menjaga hatinya, hatinya betul-betul tidak memikirkan di bulan Ramadhan ini kecuali hanya Allah Swt. Hatinya dijaga betul-betul, apa yang terlintas di dalam hatinya hanya memikirkan bagaimana menambah kecintaannya kepada Allah dan Rasulnya. Dan menjauhkan hatinya dari pemikiran-pemikiran tentang duniawi,” tutunrya. 


Dengan demikian puasa bukan saja menahan diri dari lapar dan haus, akan tetapi puasa juga melatih jiwa dan hati untuk taat menjalani perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Semoga kita dapat menjalani ibadah puasa Ramadhan ini dengan tingkatan yang paling baik sebagaimana dijelaskan di atas. Wallahua’lam


Pewarta: Agung Gumelar


Keislaman Terbaru