Ngalogat HARLAH KE-102 NU DAN MUSKERWIL 2025

Harlah ke-102 NU: Aswaja An-Nahdliyah sebagai Role Model Beragama dan Kemanusiaan 

Jumat, 31 Januari 2025 | 14:43 WIB

Harlah ke-102 NU: Aswaja An-Nahdliyah sebagai Role Model Beragama dan Kemanusiaan 

Harlah ke-102 NU. (Foto: NU Online Jabar).

Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) An-Nahdliyah adalah pandangan keagamaan yang menjadi dasar bagi Nahdlatul Ulama (NU) dalam menjalankan ajaran Islam yang moderat, toleran, dan inklusif. Sebagai bagian dari tradisi Islam yang kaya akan pemikiran intelektual dan spiritual, Aswaja An-Nahdliyah memainkan peran penting dalam membentuk pola keberagamaan yang tidak hanya relevan dengan nilai-nilai agama, tetapi juga mendukung prinsip-prinsip kemanusiaan universal.


Di tengah tantangan global, seperti konflik ideologi, radikalisme, dan ketimpangan sosial, Aswaja An-Nahdliyah menawarkan paradigma yang mampu menjawab persoalan-persoalan ini dengan pendekatan yang humanis dan kontekstual. Dengan pijakan pada nilai-nilai tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), dan i'tidal (adil), Aswaja tidak hanya berfungsi sebagai model keberagamaan, tetapi juga sebagai fondasi dalam memperkuat kehidupan sosial dan kemanusiaan.


Pendekatan ini relevan dengan pandangan ulama klasik seperti Imam Al-Ghazali, Imam Asy’ari, dan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, yang menekankan pentingnya keseimbangan antara aspek spiritual dan intelektual. Dalam konteks modern, tokoh-tokoh NU seperti KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memperkuat posisi Aswaja sebagai panduan hidup yang menjunjung tinggi prinsip harmoni antarumat beragama dan keadilan sosial.


Konsep dan peran Aswaja An-Nahdliyah sebagai role model dalam membangun kehidupan yang religius dan humanis. Hal ini menjadi penting untuk memberikan landasan teologis dan sosial bagi keberlangsungan hidup yang harmonis di tengah pluralitas masyarakat.


Aswaja An-Nahdliyah merupakan landasan teologis dan sosial Nahdlatul Ulama (NU) dalam menjalankan ajaran Islam. Aswaja An-Nahdliyah berakar pada tradisi Islam yang moderat, toleran, dan berpijak pada prinsip keseimbangan antara agama dan kemanusiaan. Sebagai role model beragama dan kemanusiaan, konsep ini relevan dengan konteks modern yang sering diwarnai konflik sosial, ideologi ekstrem, dan tantangan globalisasi.


Mengacu pada pemikiran tokoh-tokoh intelektual dan ulama, baik klasik maupun kontemporer, yang menjadi rujukan utama dalam memahami dan mengimplementasikan Aswaja An-Nahdliyah.


Konsep Aswaja An-Nahdliyah


Aswaja An-Nahdliyah adalah pandangan keagamaan yang mengacu pada tiga pilar utama:

  1. Teologi: Mengikuti aliran Asy'ariyah dan Maturidiyah yang menekankan keseimbangan antara akal dan wahyu.
  2. Fiqh: Mengacu pada salah satu dari empat mazhab, terutama Mazhab Syafi'i.
  3. Tasawuf: Mengikuti ajaran tasawuf akhlaki seperti yang diajarkan oleh Imam al-Ghazali dan Imam Junaidil Baghdadi.

Di tengah tantangan global, seperti konflik ideologi, radikalisme, dan ketimpangan sosial, Aswaja An-Nahdliyah menawarkan paradigma yang mampu menjawab persoalan-persoalan ini dengan pendekatan yang humanis dan kontekstual. Dengan pijakan pada nilai-nilai.


Prinsip utamanya adalah tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), dan i'tidal (adil). Nilai-nilai ini bertujuan untuk menciptakan harmoni antara aspek spiritual, intelektual, dan sosial.


Peran Aswaja An-Nahdliyah dalam Beragama :

 
  1. Moderasi Beragama,Aswaja An-Nahdliyah menolak ekstremisme dalam beragama. Ini sesuai dengan pandangan Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin bahwa keimanan harus diiringi dengan sikap rahmat dan kasih sayang.
  2. Dialog dan Toleransi, sangat  Mengutamakan musyawarah dan dialog dalam menghadapi perbedaan pendapat, sebagaimana dicontohkan oleh Imam Asy'ari.
  3. Pendidikan Islam Humanis: Menekankan pentingnya pendidikan agama yang inklusif dan humanis. Hal ini sejalan dengan pandangan KH. Hasyim Asy'ari, pendiri NU, yang menekankan pentingnya pendidikan moral dan akhlak.

Peran Aswaja An-Nahdliyah dalam Kemanusiaan

  1. Kesetaraan dan Keadilan Sosial: Aswaja mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki hak yang sama, sesuai dengan prinsip hablun min al-nas. Hal ini ditekankan oleh KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang menyebut bahwa nilai-nilai kemanusiaan universal adalah bagian dari ajaran Islam.
  2. Perdamaian Global: NU aktif dalam menyuarakan perdamaian dunia. Resolusi jihad 1945 oleh KH. Hasyim Asy’ari mencerminkan perlawanan terhadap penjajahan sebagai bentuk pembelaan terhadap hak asasi manusia.
  3. Pengentasan Kemiskinan dan Pendidikan: Aswaja An-Nahdliyah mendorong pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Imam Al-Ghazali: Dalam Ihya Ulumuddin, Imam Al-Ghazali menjelaskan pentingnya keseimbangan antara ilmu lahir (syariat) dan ilmu batin (tasawuf) untuk menciptakan kehidupan yang harmonis.


Imam Asy'ari: Tokoh utama teologi Aswaja ini menekankan pentingnya akidah yang kokoh tanpa menafikan dialog rasional.


KH. Hasyim Asy'ari: Sebagai pendiri NU, beliau menekankan pentingnya ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariyah dalam kehidupan bermasyarakat.


KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur): Pemikiran Gus Dur mengenai pluralisme, demokrasi, dan hak asasi manusia memberikan paradigma baru dalam memahami Islam yang inklusif.


Implementasi Aswaja An-Nahdliyah Sebagai Role Model

  • Pendidikan Berbasis Nilai Aswaja: Menanamkan nilai-nilai toleransi, moderasi, dan cinta kemanusiaan sejak dini.
  • Kepemimpinan Agama: Ulama NU sebagai role model menunjukkan kepemimpinan yang humanis dan berpijak pada nilai-nilai Aswaja.
  • Gerakan Sosial: NU melalui lembaga-lembaganya (seperti LPBI NU dan LAZISNU) aktif dalam pengentasan kemiskinan, tanggap bencana, dan bantuan sosial.

Aswaja An-Nahdliyah bukan hanya sebuah konsep teologis, tetapi juga pedoman dalam menjalankan kehidupan beragama dan bermasyarakat. Dengan pijakan pada nilai-nilai moderasi, toleransi, dan kemanusiaan, Aswaja An-Nahdliyah mampu menjadi solusi atas tantangan global. Pemikiran para tokoh intelektual dan ulama dalam tradisi ini menjadi landasan untuk membangun dunia yang lebih damai dan berkeadilan.


H Supendi Sami’an, Ketua STIDKI NU Indramayu