• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 23 April 2024

Ngalogat

Beda Tafsir Itu Biasa

Beda Tafsir Itu Biasa
Ilustrasi (NU ONline)
Ilustrasi (NU ONline)

Oleh Muhyiddin

Mendadak Nasrudin dipanggil ke istana. Pengawal menyampaikan kepadanya bahwa di istana hadir seorang ilmuwan dari negara lain yang menantang kerajaan: apakah ada orang yang ilmunya hebat untuk melawan dia?

Di istana sudah berkumpul banyak orang. Kabar tersebar bahwa ilmuwan itu akan dihadapkan dengan Nasrudin. Pertandingan ilmu itu akan diselenggarakan bukan melalui wicara atau lisan melainkan lewat isyarat dan tanda. 

Waktunya tiba. Keduanya saling berdiri berhadapan. Sang ilmuwan dari negeri asing itu berjalan ke tengah dan dengan tongkatnya membuat lingkaran. Dia memandang Nasrudin, tersenyum sambil menunggu jawaban.

Nasrudin tanpa ragu berjalan ke arah lingkaran itu dan membagi lingkaran menjadi dua bagian. Dia memandang sang ilmuwan sejenak, kemudian membaginya lagi menjadi empat bagian. Dengan jarinya Nasrudin menunjuk tiga bagian ke arah tempat dia berdiri dan satu bagian ke arah ilmuwan itu.

Ilmuwan itu mengangguk-angguk puas dengan jawaban Nasrudin. Selanjutnya ilmuwan itu membuat gerakan tangan mencengkeram ke bawah dan membalikkan kedua telapak tangannya ke atas sambil mengangkat tangan ke udara naik turun beberapa kali. Nasrudin menjawab sebaliknya, membuka jemari tangannya ke arah bawah, membuat gerakan menabur  dan membuka tangannya kembali.

Ilmuwan itu pun tersenyum mengangguk-angguk menyetujui jawaban Nasrudin. Setelah itu ilmuwan berjalan merangkak sambil menepuk-nepuk perutnya. Nasrudin menjawab dengan mengeluarkan telur dari sakunya dan membuat gerakan seolah-olah akan terbang.

Ilmuwan itu terkagum-kagum dan berkata kepada raja serta hadirin: “Sangat luar biasa. Saya percaya di sini ada cerdik pandai yang sangat cerdas dan memahami ilmu sangat mendalam.” Dia pun mohon izin pamit untuk kembali ke negerinya.

Orang-orang penasaran dan menyusul sang ilmuwan sambil bertanya: “Kami tidak tahu tanda atau isyarat semua itu. Sudikah Anda menjelaskan kepada kami?” Ilmuwan itu menyampaikan:

“Saya telah mempelajari tentang pandangan ahli filsafat Yunani dan Romawi tentang terbentuknya alam semesta. Saya ingin tahu pandangan dari ilmuwan Islam. Saya membuat lingkaran bumi, Syekh Nasrudin membaginya menjadi dua: bumi belahan utara dan selatan. Bahkan dia membagi lagi menjadi empat bagian. Tiga bagian adalah lautan dan satu bagian adalah daratan.

Selanjutnya kuisyaratkan bahwa di dalam bumi terdapat barang-barang tambang, mineral, dan zat-zat yang menumbuhkan berbagai tanaman di permukaan hingga pepohonan yang tinggi. Syekh Nasrudin menjawab dengan benar, dia menjelaskan ada air hujan yang turun dari langit dan menumbuhkan semua kehidupan di muka bumi. Juga sinar matahari dan pengaruh luar angkasa bagi makhluk-makhluk yang ada.

Terakhir aku mengisyaratkan ada hewan-hewan melata dan melahirkan anaknya. Syekh Nasrudin mengingatkan pada saya bahwa ada juga hewan yang bertelur dan menetaskan anak-anaknya.”

Orang-orang terkagum-kagum dan memuji-muji Nasrudin. Kemudian mereka bersama-sama kembali menemui Nasrudin dan berkata: “Anda luar biasa Syekh. Mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sangat sulit.” Nasrudin pun menjawab:

“Itu sangat sederhana dan mudah bagiku. Orang itu sama denganku, sama-sama lapar. Dia menggambar roti besar. Kubagi menjadi dua, separuh untuknya dan separuh untukku. Dia masih ragu. Maka kubagi lagi menjadi empat. Tiga bagian untukku dan satu bagian untuknya. Dia sepakat karena menghormatiku.

Kemudian dia membuat isyarat, mengambil bahan makanan yang banyak ditaruh di atas api besar. Asapnya sampai membumbung tinggi. Kusampaikan padanya harus ditaburi berbagai bumbu dan rempah agar masakan makin sedap. 

Lantas dia menyampaikan bahwa perutnya yang lapar sampai membuatnya merangkak-rangkak tidak bisa jalan. Kusampaikan padanya, aku punya sebutir telur rebus dan rasa laparku hampir membuat nyawaku terbang.”

Orang-orang kaku terdiam. Melongo…

Penulis adalah Sekretaris Redaksi NU Online Jabar


Ngalogat Terbaru