• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 19 April 2024

Hikmah

Sumnun, Si Pecinta yang Pemaaf 

Sumnun, Si Pecinta yang Pemaaf 
Foto/NU Online
Foto/NU Online

Abul Hasan Sumnun bin Abdullah (Hamzah) al-Khauwash adalah seorang sufi yang mempunyai julukan “Si Pecinta” karena tema pemikiran dan syair-syairnya mengenai cinta mistis. Padahal, ia sendiri menjuluki dirinya sebagai Sumnun si pendusta. 

Sumnun mempunyai keistimewaan karena doktrin pemikirannya yang berlawanan dengan mayoritas para tokoh sufi lainnya. Ia lebih mengutamakan doktrin mengenai cinta daripada doktrin mistiknya. Ia meninggal sekitar tahun 300 H/913 M. 

Suatu ketika, Sumnun difitnah oleh Ghulam al-Khalil karena ia menolak permintaan seorang wanita kaya raya yang memintanya untuk menikahi dirinya. Ghulam al-Khalil adalah orang yang ambisius dan rela melakukan apapun untuk mendapat kekuasaan. Ia selalu mempresentasikan dirinya di depan khalifah sebagai seorang sufi.

Di depan sang khalifah ia sering memfitnah para sufi dengan maksud agar para sufi mendapatkan hukuman yakni dengan cara diasingkan. Sehingga dengan begitu ia dapat memperoleh kekuasaan yang tidak tercela dan berharap tidak ada seorang pun yang menerima hikmah dan ajaran dari para sufi itu. 

Singkat cerita, wanita yang kaya raya ini datang kepada Sumnun dan memintanya untuk menikahi dirinya. “Lamarlah aku,” kata si wanita itu. Kemudian Sumnun menolak ajakan si wanita kaya raya itu, entah apa alasannya. Kemudian, si wanita tersebut pulang dan mengadukan perbuatan Sumnun kepada Junaid, sekaligus meminta Junaid untuk merayu Sumnun agar sudi menikahinya. Namun, Junaid justru malah memarahinya dan mengusirnya. 

Kemudian, si wanita kaya itu pergi mengadu kepada Ghulam al-Khalil dan menjelekkan Sumnun di depannya. Ghulam sangat senang mendengar pengaduan si wanita kaya raya itu, ia kemudian mengadukan perbuatan Sumnun kepada sang khalifah. 

Singkat cerita, akhirnya Sumnun mendapat hukuman pancung. Akan tetapi, ketika sang khalifah memanggil algojo untuk memenggal Sumnun, tiba-tiba ia menjadi bisu dan tak bisa berkata sepatah kata pun, lidahnya kelu menyumbat tenggorokan. 

Malam harinya, sang khalifah bermimpi dan pada mimpinya itu ia mendengar suara yang berkata kepadanya, “Kerajaanmu tergantung kepada hidup Sumnun”. Keesokan harinya Sumnun dibebaskan dengan segala hormat diperlakukan serta mendapat penghargaan yang setinggi-tingginya dari sang khalifah. Sejak kejadian itulah, kebencian Ghulam kepada Sumnun semakin menjadi-jadi. 

Di hari tuanya Ghulam menderita penyakit kusta, kemudian Sumnun berkata kepadanya. “Rupa-rupanya ada beberapa orang sufi yang belum sempurna telah berniat buruk dan melakukan perbuatan yang tidak baik terhadap dirinya. Memang Ghulam al-Khalil adalah orang yang menentang para tokoh sufi dan telah berulang kali menyusahkan mereka dengan perbuatannya. Semoga Allah menyembuhkan Ghulam al-Khalil”. 

Perkataan Sumnun itu kemudian sampai di telinga Ghulam al-Khalil yang akhirnya membuat Ghulam bertaubat. Ghulam berdoa dan meminta ampunan kepada Allah atas apa yang telah diperbuatnya, dan menyerahkan semua harta kekayaannya kepada para sufi. Akan tetapi, para sufi tidak mau menerima hartanya, entah apa alasannya tersebut. 

Dari sepenggal kisah di atas, semoga kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran bahwa harta dan kekuasaan bukanlah tujuan utama yang kita cari dalam hidup ini. Terbukti, ketika kita sedang diberi ujian oleh Allah swt dengan dicabutnya nikmat sehat, harta dan kekuasaan belum tentu dapat menolongnya. Dan sikap mudah memaafkan kesalahan orang lain yang ditunjukkan Sumnun kepada orang yang jelas-jelas sudah memfitnahnya dan hampir mencelakakan nyawanya, tetapi dengan mudanya Sumnun memaafkan kesalahan orang tersebut dan malah mendoakannya agar supaya diberi ampunan oleh Allah swt. Wallahu a’lam

Kisah di atas dinukil dari kitab Tadzkiratul Auliya karya Fariduddin Attar penyair sufi asal Persia

Penulis: Agung Gumelar


Hikmah Terbaru