• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Hikmah

Pentingnya Mengingat Mati

Pentingnya Mengingat Mati
Ilustrasi: NU Online
Ilustrasi: NU Online

Oleh Rudi Sirojudin Abas

Allah SWT berfirman: 

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ.

Artinya: “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. ali-Imran [3]: 185).

Ayat di atas menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan manusia di dunia ini hanya bersifat sementara. Sementara kehidupan yang abadi hanya ada di akhirat nanti. 

Berkenaan dengan kematian, kematian akan selalu menghampiri manusia kapan dan di mana saja. Kematian pun bisa datang secara tiba-tiba. Prosesnya tidak mengenal waktu dan tempat. Dan akan menimpa kepada siapa saja, baik muda maupun tua, dalam keadaan sehat maupun sakit. Berkenaan dengan hal ini Allah SWT berfirman:

اَيْنَمَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ 

Artinya: “Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS an-Nisa [4]: 78).

Oleh karena itu, sebagai orang yang beriman, seyogianya kita harus selalu ingat akan datangnya kematian. Dan tidak lupa untuk selalu mempersiapkan diri dengan amal kebaikan. Memperkuat ketakwaan. Mempersiapkan diri dengan berbagai bekal ketakwaan demi menyongsong kehidupan yang abadi dan hakiki nanti, yaitu akhirat.

Allah SWT berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ.

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Hasyr [59]: 18).

Di beberapa ayat yang lain, Allah SWT juga memperingatkan kepada kita dengan kematian. Kematian seolah-olah menjadi pintu pertama untuk menuju kehidupan akhirat. Sehingga segala apa yang menimpa pada diri kita di dunia ini, baik berupa keburukan maupun kebaikan, itu semua hanya sebagai ujian saja. Yaitu ujian untuk mengetahui siapa yang terbaik perbuatannya. Maka dengan berbekal melalui perbuatan baik yang ada pada diri kita, harapan terbaik bagi kita nanti adalah dapat berjumpa dengan Allah SWT. 

Dalam QS al-Anbiya pada ayat 35 Allah SWT berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗوَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ.

Artinya: “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu akan dikembalikan.” (QS al-Anbiya [21]: 35).

Berkenaan dengan segala hal yang ada di dunia ini sebagai sebuah ujian untuk Allah mengetahui siapa saja dari manusia yang terbaik perbuatannya, Allah SWT berfirman:

اِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْاَرْضِ زِيْنَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ اَيُّهُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا.

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka, siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (QS al-Kahfi [18]: 7).

Allah SWT juga berfirman:

تَبٰرَكَ الَّذِيْ بِيَدِهِ الْمُلْكُۖ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌۙالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ

Artinya: “Mahasuci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amal perbuatannya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS al-Mulk [67]: 1-2).

Sementara bagi orang mukmin yang akan Allah pertemukan mereka dengan-Nya, Allah SWT berfirman:

وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ نَّاضِرَةٌ اِلٰى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ ۚ

Artinya: “Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhan-nya lah mereka akan melihat.” (QS al-Qiyamah [75]: 22-23).

Hal-hal kematian tersebut di atas seolah memberi sinyal kepada kita bahwa kematian adalah sesuatu yang akan pasti terjadi dan harus selalu diingat. Sehingga dalam mengarungi kehidupan dunia ini, kita tidak boleh terperdaya dengan godaan dunia. Waktu luang yang kita miliki tak boleh begitu saja berlalu tanpa kita dengan amal kebaikan. Inilah prinsip yang harus kita jaga dan miliki. Prinsip Muslim sejati sebagai persiapan menuju kehidupan akhirat yang hakiki sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT.

Allah SWT berfirman: 

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتّٰى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ .

Artinya: “Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS al-Hijr [15]: 99).

وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ.

Artinya: “… dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Hasyr [59]: 18).

Sementara pada satu hadits, Rasulullah SAW memberitahukan kepada kita perihal orang yang paling cerdas dan mulia di dunia ini. Orang yang paling mulia dan cerdas menurut Rasulullah yaitu orang yang paling banyak mengingat akan kematian.

Pada suatu ketika, Nabi Muhammad SAW pernah ditanya oleh seorang sahabat anshor. "Siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia? Nabi SAW menjawab, "orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling siap menghadapinya, mereka itulah orang-orang yang cerdas, mereka pergi membawa kemuliaan dunia dan kehormatan." (HR Ibnu Majah). 

Alhasil berdasarkan penjelasan di atas,  kita pun menyadari bahwa kunci keberhasilan seseorang manusia terletak pada sejauh mana dalam mengingat kematian. Bukan mati sembarang mati. Tetapi mati secara husnul khatimah yang disertai dengan iman dan takwa kepada Allah SWT, sehingga di akhirat nanti, kita dapat meraih kebahagiaan yang hakiki dan abadi. Aamiin.

Penulis adalah peneliti kelahiran Garut


Hikmah Terbaru