• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Ngalogat

Agama Untuk Memanusiakan Manusia

Agama Untuk Memanusiakan Manusia
Ilustrasi: NUO
Ilustrasi: NUO

Rasul SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia manusia. Maka beliau contohkan langsung akhlak-akhlak yang mulia kepada orang-orang tidak beradab (jahiliyah) pada masanya. Sehingga beliau hadir untuk mengubah akhlak orang-orang tak beradab itu.


Berat sekali tugas beliau mengubah kebiasaan buruk umat manusia di sekitarnya. Karena saat beliau hadir, mereka memiliki tradisi jahili yang ekstrem, seperti permusuhan antar kabilah, mengubur anak perempuan hidup-hidup, mengawini ibu sendiri, dan keburukan jahiliyah lainnya.
Sebagian kejahiliahan manusia di mana Rasul hidup adalah kejahiliyahan eksklusif pada masanya. Sehingga sebagian keburukan mereka tidak ditemukan dalam tradisi manusia di belahan dunia lain.


Pada saat beberapa bangsa di belahan dunia lain telah memiliki peradaban tinggi, manusia saat Nabi Saw hadir  justru sedang berada dalam jahilisme yang ekstrem. Diksi jahiliyah sudah cukup menggambarkan kebobrokan sistem dan tradisi sosial masyarakat Arab pada masa itu.


Rasul hadir untuk memperbaiki akhlak kaum jahili yang ekstrem itu. Dan beliau deklarasikan misi kerasulannya untuk akhlak, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak." Innamaa bu'itstu li utammima makaarim al-akhlaaq.


Karenanya, misi agung kenabian adalah akhlak. Misi utama kerasulan juga akhlak. Dan agama yang membingkai kenabian dan kerasulan Kanjeng Nabi Muhammad Saw itu adalah untuk mengangkat derajat manusia, memanusiakan manusia, mengangkat manusia sebagai manusia. 
Bahkan beliau menunjukkan kemuliaan akhlak beliau itu universal, tanpa pandang bulu, menyentuh semua lapis dan ragam manusia. Kemuliaan akhlak tanpa sekat kasta, tanpa hijab ras dan warna, tanpa pemisah agama. Ketika jenazah seorang Yahudi lewat di hadapan beliau, beliau berdiri hormat. Saat orang memberitahunya bahwa jenazah itu seorang Yahudi, beliau berujar, "Bukankah dia manusia?"


Karenanya Islam yang diajarkan dan diteladankan oleh Rasul Saw adalah agama kemanusiaan. Kemanusiaan yang sesungguhnya. Karena agama dihadirkan untuk umat manusia, maka jelas agama harus sesuai dengan kemanusiaan.


Agama yang dibawa Nabi Saw hadir untuk menuntun manusia. Menuntun bisa dengan memberitahukan, atau mengajak, atau mengarahkan, juga dengan mengendalikan atau lainnya. 
Agama yang menuntun. Manusia yang dituntun. Agama menuntun manusia. Bukan sebaliknya. Agama yang mengendalikan. Manusia yang dikendalikan. Agama mengendalikan manusia. Bukan sebaliknya. 


Maka agama bukan alat bagi seseorang atau sekelompok orang untuk melampiaskan hasrat, nafsu, amarah, angkara, atau lainnya. Agama bukan pembenar bagi keburukan-keburukan jahiliyah tak beradab yang bersarang dalam nafsu-nafsu manusia, yang manifes dalam tindakan-tindakan angkara liar dan beringas.


Islam yang diyakini dan dianut ini hadir untuk menjadikan manusia sebagai manusia, makhluk yang beradab, berbudaya dan berakhlak. Dan agama terbebas dari kebodohan dan jahilisme orang-orang yang mengaku menganutnya.


Jika ada orang atau sekelompok orang melakukan tindakan jahiliyah, maka jangan glorifikasi jahilisme mereka itu dengan agama. Jangan teriakkan nama agama atau diksi agama, atau kalimat-kalimat yang berkonteks agama, untuk membela jahilisme mereka. Juga, jangan merasa sedang beragama jika yang dilakukan adalah tindakan yang menista kesucian dan kemuliaan agama.


Selain potensi baik (beradab), setiap orang memang mempunyai potensi buruk dan jahat (tidak beradab). Dan karena agama ini mengajarkan keberadaban, maka jika seseorang berbuat tidak beradab, jangan bungkus ketakberadaban dengan agama. Agama ini bebas (bara'ah) dari ketakberadaban orang-orang yang mengaku sebagai penganutnya. 


Jika seseorang masih merasa beragama, maka jangan kotori agama dengan ketakberadaban. Jika ia bertindak tidak beradab, ya itu memang keburukannya, yang harus diperbaiki dengan agama. 


Agama itu mengendalikan manusia---untuk berakhlak mulia dan beradab. Bukan sebaliknya: manusia mengendalikan agama--sebagai alat melampiaskan nafsu dan mewujudkan angkara murka.


Karena agama hadir untuk memanusiakan manusia. Dan teladan kemanusiaan adalah Nabi Saw yang berakhlak mulia.


Ashoff Mustadha, pengelola Channel Arabiyah TV


Ngalogat Terbaru