• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Daerah

Aceng Hilman: Menjaga Islam dengan Ilmu Bukan dengan Kekuasaan

Aceng Hilman: Menjaga Islam dengan Ilmu Bukan dengan Kekuasaan
KH Aceng Hilman Umar Bashori (Foto: NU Online Jabar)
KH Aceng Hilman Umar Bashori (Foto: NU Online Jabar)

Garut, NU Online Jabar

Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Pendidikan (LP Ma’arif) Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Garut KH Aceng Hilman Umar Bashori mengatakan Pesantren merupakan penjaga Islam di Indonesia, dan Agama Islam hanya bisa dijaga dengan Ilmu bukan dengan kekuasaan.

 

“Agama Islam hanya bisa dijaga dengan ilmu, dimana sejarah telah membuktikan bahwa jika islam hanya di jaga dengan kekuasaan (khilafah), itu tidak bisa bertahan selamanya. Buktinya ketika islam dijaga oleh Turki Usmani, hanya bertahan sampai tahun 1924 masehi,” katanya.

 

Hal tersebut ia sampaikan dalam acara penutupan Gebyar Maulid yang dilaksanakan di Lapangan SMK Fauzaniyyah Komplek Pesantren Fauzan RT 05 RW 05 Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Garut. Sabtu (16/10).

 

Aceng Hilman sapaan akrabnya, lanjut mengatakan sebagaimana Nabi dahulu dalam menyebarkan Agama Islam yaitu dengan ilmu bukan dengan kekuasaan.

 

“Sebagaimana Nabi kita dahulu menyebarkan islam dengan ilmu, bukan dengan kekuasaan. Walaupun sudut pandang sebagian orang menganggap bahwa nabi merupakan khalifah,” ucapnya.

 

Lanjutnya, Aceng Hilman yang juga selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Bisnis Syari’ah (STIEBS) NU Garut mengatakan islam dijaga dengan ilmu sebagaimana rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh panitia Gebyar Maulid, secara tidak langsung hal tersebut merupakan cara menjaga ilmu dengan menyebarkan ilmu.

 

Masih dari Aceng Hilman, ia menegaskan bahwa islam hanya bisa dijaga dengan dua hal, yakni menjaga dengan ilmu dan menjaga islam dengan akhlak.

 

“Tradisi menjaga ilmu dan akhlak basisnya ada di pesantren, sehingga pesantren dipandang sebagai penjaga agama islam karena menjadi basis penjaga ilmu agama dan penjaga akhlak,” ujarnya.

 

Tidak hanya itu, Aceng Hilman titip pesan dan mengingatkan kepada para santri dan Nahdliyin untuk terus konsisten menjaga tradisi ulama.

 

“Para santri dan nahdliyin terus belajar di pesantren untuk menjaga ilmu dan menjaga akhlak dan jangan pernah bercita-cita mencari ilmu dengan tujuan untuk menjadi kyai dan ingin dihormati,” pesannya.

 

Penutup ia mengisahkan pengarang Kitab Fath Al-Qorib yaitu Syaikh Abu Syuja’ yang berusia 160 tahun dan wafat pada tahun 593 H atau 1197 M lalu. Kitab yang dikarangnya sampai sekarang masih eksis dikaji di pesantren.

 

“Jika kita tahu akhir hayatnya Syekh Abu Syuja, ia menjadi marbot mesjid Nabawi, yang setiap hari membersihkan mesjid, menyalakan lampu, dan menjaga diri dari segala hal yang dilarang oleh Allah Swt,” katanya.

 

Berbeda dengan Hizbut Tahrir dan Syi’ah yang menggaungkan islam dengan cara kekuasaan, dimana jika islam dijaga dengan kekuasaan, maka hal tersebut akan hancur lebur.

 

“Namun jika kita menjaga agama dengan ilmu dan akhlak. insya Allah, dengan izin Allah agama islam akan tetap jaya sampai hari akhir,” pungkasnya.

 

Hadir dalam kegiatan penutupan tersebut, Rais Syuriah dan Ketua Tanfidziah MWCNU Sukaresmi KH Aceng Muhammad Ali, dan KH Aceng Aup Fauzani, Ketua PC LP Ma’arif NU Garut KH Aceng Hilman Umar Bashori, Ketua KNPI Sukaresmi Jejen Jaenudin, Sesepuh Pondok Pesantren Mambaul Faizin Cisurupan KH Aceng Dudum Abdusalam, Sesepuh Pondok Pesantren Mukhtarol Faizin KH Aceng Bubuh Hasbullah, Para tamu undangan dan ribuan nahdliyin dari berbagai daerah yang memadati tempat penutupan Gebyar Maulid.

 

Pewarta: Muhammad Salim

Editor: Abdul Manap


Daerah Terbaru