• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Nasional

Radya Anom Nyatakan KHR. Muhammad Syatibi Keturunan Raja Sumedang Larang

Radya Anom Nyatakan KHR. Muhammad Syatibi Keturunan Raja Sumedang Larang
Radya Anom (kiri) saat menyerahkan silsilah KHR. Muhammad Syatibi (Foto: NU Online Jabar/Abdullah Alawi)
Radya Anom (kiri) saat menyerahkan silsilah KHR. Muhammad Syatibi (Foto: NU Online Jabar/Abdullah Alawi)

Sumedang, NU Online Jabar 
Radya Anom dari Karaton Sumedang Larang (KSL) R. Lucky Djauhari Soemawilaga menyatakan bahwa KHR. Muhammad Syatibi Keturunan dari Raja Sumedang Larang. Hal itu dinyatakannya sembari menyerahkan silsilah pada haul ke-34 KHR. Muhammad Syatibi di Pondok Pesantren Al-Ihya, Sabtu (21/8). 

Radya Anom Lucky menyerahkan silsilah kepada Ketua Panitia Haul H. Asep Yusuf Tholhah disaksikan Bupati Sumedang H. Dony Ahmad Munir, Rais Syuriyah PBNU KH Musthofa Aqil Siroj, Pengasuh Pondok Pesantren Ass-Syifa wal Mahmudiyah KH Muhyiddin Abdul Qodir Al-Manafi, Rais SYruyah PCNU Sumedang KH Muhammad Kholil, dan hadirin. 

“Sudah boleh menyandang gelar raden?” tanya Kiai Musthofa Aqil kepada Radya Anom. 

“Secara otomatis,” jawabnya. 

Salah seorang cucu KHR. Muhammad Syatibi, Ayi Subhan Hafas menjelaskan, selama hidupnya sang kakek tidak pernah menunjukkan diri sebagai seorang raden. Bahkan, lebih terlihat sebagaimana masyarakat umum. 

“Beliau sangat sederhana sekali. Jadi tak menunjukkan sebagai seorang keturunan raja. Justru yang tampak adalah kesederhanaan sebagai pancaran dari keilmuannya dalam sikap sebagai seorang ulama,” tambah Sekretaris PCNU Sumedang ini.

Bahkan ketika meninggal, lanjut Ketua BAZNAS Sumedang ini, KHR. Muhammad Syatibi tidak ingin dimakamkan dengan keluarga raja. Dia memilih dimakamkan bersama masyarakat di pemakaman umum Cigugur.    

Untuk diketahui, KHR. Muhammad Syatibi atau Mama Syatibi adalah seorang Imam Masjid Agung Sumedang sepanjang usianya, yakni sejak masa penjajahan Belanda pada tahun 1925 sampai menjelang wafatnya tahun 1987.

Ia mengemban amanah itu atas permintaan Tumenggung Aria Kusumadilaga atau lebih dikenal Dalem Bintang dan atas izin dari gurunya, KH Ahmad Dimyati Sukamiskin. 

Di samping menjalankan tugas sebagai imam masjid besar, Mama Syatibi juga mendidik generasi muda melalui Madrasah Islam Sumedang (MIS) yang hingga kini masih tetap berdiri. Ia mendidik anak-anak tentang bagaimana cara beribadah, berakhlak, dan mengenal tuhannya.   

Memasuki masa kemerdekaan, Mama Syatibi mulai berperan dalam pemerintahan dengan menjadi Penghulu Negeri Sumedang, lalu menjadi Kepala KUA Sumedang, kemudian Kepala Pengadilan Agama Kabupaten Sumedang, dan pernah pula sebagai salah seorang anggota DPRD TK. II Kabupaten Sumedang. Aktivitas itu dijalaninya sejak tahun 1945 sampai dengan tahun 1966. 

Pada waktu yang sama, ia aktif di organisasi politik dan kemasyarakatan, yakni pernah menjadi:
1.    Ketua Syuro Masyumi Kabupaten Sumedang tahun 1950 -1955
2.    Rais Syuriyah PCNU Sumedang tahun 1955 – 1983
3.    Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Barat tahun 1971 – 1987
4.    Ketua Majelis Ulama Kabupaten Sumedang tahun 1971 – 1987     :

Pewarta: Abdullah Alawi 
 


Nasional Terbaru