• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Kuluwung

Ayo Mondok, Pesantren Itu Keren

Ayo Mondok, Pesantren Itu Keren
Ayo Mondok, Pesantren Itu Keren. (Foto: Duljani).
Ayo Mondok, Pesantren Itu Keren. (Foto: Duljani).

Jika mendengar kata Pesantren, apa yang muncul di benak pikiran anda? Mungkin, mayoritas akan membayangkan tempat mengaji, tempat belajar ilmu agama, tidak boleh membawa Handphone, tidak boleh menonton TV (kecuali lagi diluar pesantren) dan masih banyak lagi peraturan-peraturan yang diterapkan di pesantren. Anda tidak sepenuhnya keliru. memang mayoritas pesantren seperti itu, terutama di pondok-pondok pesantren tradisional.


Salah satu cara penyebaran dan pengajaran agama Islam di Indonesia lewat jalur pendidikan non formal yang dikenal dengan sebutan Pesantren. Perannya sangat besar dalam masa-masa awal penyebaran Islam di Nusantara. Para kiyai Nusantara mendirikan Pesantren sebagai media untuk menyebarkan agama Islam dan sekaligus mengamalkan ilmu kepada masyarakat. Sehingga banyak masyarakat yang ingin belajar ilmu agama atau memperdalam ilmu agama di Pesantren sebagai benteng kehidupan.


Dalam jurnal Al-Ta’dib Sejarah Pesantren di Indonesia yang ditulis oleh Herman DM. Ia mengatakan, Cikal bakal lahirnya pondok pesantren diduga ketika Syekh Maulana Malik Ibrahim atau lebih dikenal dengan Sunan Ampel, mendirikan sebuah padepokan di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia sampai sekarang tetap memberikan kontribusi penting di bidang sosial keagamaan. 


Sangat menarik mengungkap sejarah perkembangan agama Islam, salah satunya pondok pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon. Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon adalah salah satu pondok pesantren tertua di tanah Jawa. Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon juga memiliki sejarah yang sangat panjang dalam perkembangannya.


Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon awalnya hanya satu yakni Pondok Gede Raudlatul Tholibin. Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon didirikan sekitar tahun 1127 H/1705 M oleh Kiai Jatira. Kiai Jatira adalah gelar dari KH Hasanuddin yang merupakan putra dari KH Abdul Latief dari desa Pamijahan Plumbon Cirebon. Beliau merupakan bagian dari Keraton Cirebon. 


Desa Babakan saat itu merupakan tempat peristirahatan yang jauh dari keramaian, terutama dari pengaruh kekuasaan dan penjajah Belanda. Kemudian dirintis sebuah pesantren sederhana yang diberi nama Pesantren Babakan. Stagnasi kepemimpinan dalam pesantren terjadi ketika Kiai Jatira meninggal dunia. Langkah kaderisasi di Pesantren Babakan mengakibatkan kegiatan pesantren terputus sampai sarana fisik tidak berbekas.


Sampai kemudian KH Nawawi menantu dari Kiai Jatira mambangun kembali Pondok Pesantren Babakan, yang letaknya satu kilometer ke arah selatan dari tempat semula. Dalam mengasuh pesantren beliau dibantu oleh KH Adzro’i. Setelah itu pesantren dipegang oleh KH Ismail putra KH Adzro’i tahun 1225 H/1800 M. Mulai tahun 1916 M pesantren diasuh oleh KH Amien Sepuh bin KH Arsyad, yang masih merupakan ahlul bait dari garis keturunan Sunan Gunung Djati (baca silsilah KH Amin Sepuh, disusun oleh KH. Mudzakkir, 2007).


Hampir semua kiai sepuh di wilayah Ciayumajakuning bahkan menyebar ke pelosok Indonesia adalah muridnya. Sebut saja Kang Ayip Muh (Kota Cirebon), KH Syakur Yassin, KH Abdullah Abbas (Buntet), KH Syukron Makmun, KH Hannan, KH Sanusi, KH Machsuni (Kwitang), dan masih banyak murid Kiai Amin Sepuh yang tersebar di Nusantara.


KH. Amien Sepuh wafat pada tahun pada tahun 1972 dan KH. Sanusi wafat pada tahun M.1974 M, dan kepengurusan dilanjutkan oleh KH. Fathoni Amin sampai tahun 1986 M. Setelah wafatnya KH. Fathoni Amin kepengurusan pesantren dilanjutkan oleh KH. Bisri Amin (wafat tahun 2000 M) beserta KH. Fuad Amin (wafat tahun 1997 M) dan KH. Abdullah Amin (wafat tahun 1999 M) serta KH. Amrin Hanan (wafat tahun 2004 M) dan KH. Azhari Amin (wafat tahun 2008) KH. Drs. Zuhri Afif Amin wafat pada tahun 2010, dan dilanjutkan oleh KH. Tohari Sodiq.


Setelah wafatnya KH. Tohari Sodiq, kepengurusan dilanjukan oleh cucu-cucu KH. Amin Sepuh dan Ulama serta masyarakat yang berkompeten untuk kemajuan pesantren. Bahkan bukan pendidikan agama saja yang mereka terapkan, pendidikan umumpun mereka terapkan terhadap para santrinya. Dengan harapan, para santrinya dapat memenuhi semua kewajibannya, baik kewajiban dunia maupun akhirat, serta menyelaraskannya beriringan dan seimbang.


Salah satu ustad atau pengurus Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin yang berasal dari daerah Sumatera yang bernama Ustad Romli biasa dipanggil Kang Romli mengatakan “Alhamdulillah sekarang Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin sudah mengalami banyak perkembangan, baik dari segi kualitas dan kuantitas. Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin adalah pesantren yang keramat karena didirikan oleh para kiyai yang alim dan pesantren tertua di babakan. Insyaallah para alumni Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin menjadi orang yang bermanfaat di daerahnya masing-masing”.


Ketika pertama kali  mondok perasaan saya sangat senang, karena saya bisa memperdalam ilmu pengetahuan agama. Selain itu, banyak hikmah dan manfaat yang saya dapat misalnya melatih keimanan, ketaqwaan, kedisplinan.


Imam Maulana, adalah alumni Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin dari tahun 2004 sampai 2010.
Sumber: Silsilah KH. Amin Sepuh (KH. Mudzakkir), Al-Ta’dib Sejarah Pesantren di Indonesia (Herman DM), makomalbab.com.


Kuluwung Terbaru