• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Profil

Penyandang Disabilitas yang Hafidz Qur’an, Fikri Abu Rizal; Jangan Ratapi Kekurangan, Tapi Perjuangkanlah Kehidupan

Penyandang Disabilitas yang Hafidz Qur’an, Fikri Abu Rizal; Jangan Ratapi Kekurangan, Tapi Perjuangkanlah Kehidupan
Fikri Abu Rizal, Hafidz Quran yang Mengikuti Program Satu Desa Satu Hafidz (Sadesha) Pemeprov dan JQHNU Jawa Barat. (Foto: Iing Rohimin).
Fikri Abu Rizal, Hafidz Quran yang Mengikuti Program Satu Desa Satu Hafidz (Sadesha) Pemeprov dan JQHNU Jawa Barat. (Foto: Iing Rohimin).

Indramayu, NU Online Jabar
Ada satu sosok hafiz (penghafal Al-Qur’an) istimewa yang terlihat mencolok pada prosesi wisuda akbar 2.000 peserta program Satu Desa Satu Hafidz (Sadesha) di salah satu hotel di Soreang Kabupaten Bandung, Senin, (31/1) yang digelar Pemerintah Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan Pengurus Wilayah Jamiyyatul Qurra’ wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU) Jabar.

 

Sosok itu adalah Fikri Abu Rizal, seorang penyandang disabilitas yang menderita kelumpuhan dan kelainan tulang belakang sejak lahir.

 

Ia menggunakan kursi roda didampingi sang ayah dan suadaranya sengaja datang jauh-jauh dari kampung halamannya di Blok Karangpojok Desa Singajaya Kecamatan Indramayu dan Kabupaten Indramayu ke prosesi wisuda tersebut karena diundang oleh pengurus JQH NU Jabar untuk memberikan inspirasi kepada semua yang hadir.

 

Rizal, demikian ia biasa dipanggil memang sangat istimewa, meskipun memiliki kekurangan fisik sejak lahir namun tidak menyurutkan niatnya untuk menghafalkan Al-Qur’an dan hanya dalam kurun waktu 1,5 tahun telah menjadi seorang hafidz dibawah bimbingan seorang hafiz anggota PC JQHNU Indramayu, Ustadz Hasanudin.

 

“Keistimewaan ananda Rizal ini, selain mampu menghafalkan Al-Qur’an dalam kurun waktu yang sangat cepat, ia juga mampu menghafal posisi ayat, baris dan halaman dalam Al-Qur’an, bahkan setiap kali setoran hafalan setiap minggunya bisa dua sampai tiga juz,” ungkap Ustadz Hasanudin. 

 

Putra bungsu dari pasangan Royhan dan Rohati yang lahir pada 21 November 1997 ini banyak memberikan inspirasi karena selain menjadi sorang hafizh muda, ia juga menjadi seorang pengusaha sukses yang menjalankan bisnisnya melalui media online dengan penghasilan bersih mencapai Rp. 40 sampai 50 Juta  per bulan. 

 

“Jika melihat Kang Rizal kita semua pasti malu, karena dalam kondisi keterbatasan fisik tetapi ia mampu menghafal Al-Qur’an dan mampu menjadi pebisnis online dengan penghasilan yang sangat luar biasa setiap bulannya, bahkan mampu mempekerjakan banyak orang dengan gaji yang sangat besar, sementara kita yang normal belum tentu bisa seperti beliau, makanya sengaja saya undang ke acara wisuda akbar untuk memberikan inspirasi kepada semua yang hadir,” tutur Pengurus PW JQHNU Jabar yang juga sebagai Wakil Ketua PWNU Jabar, KH. Lukman Hakim. 

 

“Cita-cita Kang Rizal ingin mendirikan pesantren tahfizh berbasis enterpreneurship di desanya, juga ingin membuat sebuah perusahaan dengan kantor yang representatif untuk mengembangkan bisnisnya, sekaligus mengajak banyak orang untuk terlibat bersama untuk membantu meningkatkan perekonimian. Ini kan sebuah gagasan dan cita-cita luhur yang harus kita spresiasi dan kita dukung bersama,” sambung KH. Lukman Hakim.

 

Pada prosesi wisuda akbar tersebut, Rizal diperkenalkan khusus oleh Ketua PW JQHNU Jabar, KH Cecep Abdullah Syahid kepada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan kepada seluruh yang hadir kemudian mendapat sambutan luar biasa dari ribuan hadirin. 

 

Kepada NU Online Jabar, Rizal menceritakan perjalanan hidupnya yang penuh tantangan dalam menghafal Al-Qur’an dan menjalankan bisnisnya. “Sangat banyak tantangan yang saya hadapi mulai dari bolak-balik jauh ke tempat ustadz untuk setoran hafalan dan harus ada yang nganter, proses menghafal yang susah karena lingkungan yang umum, dan yang sangat berat adalah saat ibu meninggal dunia, saya merasa sangat kehilangan beliau karena tidak ada lagi yang ngurusin saya, karena saya ini tidak bisa apa-apa, bagaimana kalau ke kamar mandi, ganti pakaian, makan dan lain sebagainya,” ungkap Rizal sambil menahan kesedihannya.

 

“Meskipun sedih tak terkira, tetapi saya terima semua itu dengan ihlas, saya pasrahkan semua kepada Allah karena saya yakin itu tandanya Allah memperdulikan perjuangan saya dengan diberi berbagai halangan supaya saya bisa menjadi pribadi yang lebih kuat,” tambahnya.

 

Pertama kali terjun ke bisnis online, Rizal terinspirasi oleh sosok KH Yusuf Mansur, seorang hafizh tetapi tidak berpangku tangan dan mengembangkan bisnis demi kemaslahatan umat.

 

Menurut Rizal hendaknya kita semua tahu bahwa memahami agama dan Al-Qur’an itu menjadi kewajiban semua orang Islam, tetapi berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup juga kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan.

 

“Jadi ngaji itu bukan soal meraih pencapaian untuk kemudian dibanggakan saja, melainkan kita harus bersyukur punya kesempatan demikian karena tidak bisa semua orang dapatkan. Makanya kita jangan berpikir kalau kita sudah punya gelar seperti hafizh atau hafizhah atau lulusan pesantren itu kita sudah jadi orang hebat. Kalau mau makan ya harus punya uang. Nggak bisa selamanya kita membebani orang lain, nggak boleh kita hanya berpangku tangan makanya kita harus memanfaat peluang untuk mencari penghidupan,” ujar Rizal panjang lebar.

 

“Saat ini berkembang medsos dan bisnis online, maka ambil peluang ini dengan memanfaatkan medsos bukan hanya untuk hiburan dan ajang narsis, kita jadikan ajang untuk berjualan, toh kita tidak mesti harus punya produk sendiri, kita bisa menjadi reseller atau yang lainnya,” sambung Rizal.

 

Rizal menyadari dengan sepenuhnya bahwa dirinya memiliki kekurangan fisik, untuk menjalani hari-harinya saja banyak kesulitan yang ia rasakan, bahkan seringkali pula rasa sakit yang harus ia pendam karena pengaruh tulang belakangnya yang tidak normal, tetapi ia tidak pernah mengeluh atau mengumbar kesedihan untuk mendapat simpati orang lain.

 

“Jangan ratapi kekurangan, tapi perjuangkanlah kehidupan, dimana ada niat disitu pasti ada jalan, jangan lupa juga kita sandarkan semuanya kepada Allah SWT,  karena jika telah berihtiar dengan sekuat tenaga, kemudian do’a dan selebihnya pasrahkan semua kepada Yang Maha Kuasa, maka yakinlah kesuksesan pasti akan kita raih,” tegas Rizal membeberkan prinsip hidupnya.  

 

Awalnya Rizal berbisnis online dengan menjual pulsa, kuota, casing hp dan berbagai jenis uku Islami, kemudian lambat laun berkembang dengan menjual berbagai produk obat herbal. “Ada sekitar 8 produk yang saya jual secara online dengan memanfaat Facebook, Instagram dan WhatsApp. Sengaja saya pilih produk yang membantu permasalahan orang makanya saya jual Herbal, obat, SkinCare dan parfum Islami. Ada juga fashion tapi belum diserusin jadi penjualnya belum stabil,” ujar adik bungsu dari Agus, Anis dan Nofal ini.

 

Dengan bisnis online yang ia geluti, saat ini Rizal telah memilihi rumah sendiri, sebuah kendaraan roda empat dan omzet yang mencapai ratusan juta rupiah, ia juga telah mampu mempekerjakan banyak orang, tetapi Rizal tidak ingin berpuas hati dan berhenti sampai di sini, dia berharap memiliki bisnis yang penjualannya stabil dan mencapai ribuan order perbulan dengan sistem yang udah terotomatisasi biar bisa ditinggal dan dia mau melanjutkan belajar serta berdakwah.  

 

“Jadi kalau bisa, bolehlah kita belajar mengenali bisnis, supaya kita bisa mandiri dan nggak mengharap pemasukan dari agama yang penting bisnisnya jangan sampai melalaikan ngaji. Bisnis itu intinya mah jualan dan jualan dianjurkan sama Rasulullah. Jadi jualan apa aja yang bermanfaat dan untungnya gede kemudian manfaatkan internet. Nanti kalau udah stabil serahin aja sama karyawan biar Saya bisa fokus mengaji dan berdakwah,” pungkas Rizal. 

 

Pewarta: Iing Rohimin
Editor: Muhammad Rizqy Fauzi


Profil Terbaru