• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Kota Bandung

Pentingnya Memahami Konteks Bukan Hanya Teks dalam Dakwah Bagi Para Santri 

Pentingnya Memahami Konteks Bukan Hanya Teks dalam Dakwah Bagi Para Santri 
Habib Husein Ja’far Al Hadar (Habib Ja’far). (Foto: NU Online Jabar)
Habib Husein Ja’far Al Hadar (Habib Ja’far). (Foto: NU Online Jabar)

Bandung, NU Online Jabar
Habib Husein Ja’far Al Hadar (Habib Ja’far) menyebut bahwa salah satu hal yang mesti dikuasai santri dalam berdakwah adalah memahami konteks. Konteks dalam dakwah, menurutnya, juga perlu diperhatikan agar apa yang disampaikan bisa dan mudah dimengerti oleh audiens. 


Ia mengatakan, santri dalam soal teks (turots) sudah tidak diragukan lagi keilmuannya dan sudah menjadi tugas seorang santri untuk mengajarkan ilmunya yang didapat dari pondok pesantren. Oleh karenanya, santri juga harus memahami konteks dalam berdakwah.


Sering kali, kata dia, santri masih belum memahami konteks dalam berdakwah. Misalnya dengan siapa mereka bicara sehingga mereka hanya menyampaikan apa yang ingin mereka sampaikan bukan apa yang dibutuhkan oleh orang lain. 


“Apa yang mereka sampaikan sering kali tidak banyak didengar karena mereka tidak memahami dengan siapa mereka bicara,” kata Habib Ja’far dalam tayangan 10 Menit Bersama Habib Ja’far di Youtube Santri Mengaji yang diakses NU Online Jabar, Rabu (14/6/2023). 


Lebih lanjut, Habib kelahiran Bondowoso, Jawa Timur itu menjelaskan bahwa yang harus dipahami santri dalam berdakwah khususnya dalam soal konteks salah satunya bisa dari gaya bahasa yang digunakan, penampilan dan tema dari dakwah itu sendiri. 


“Katakanlah santri yang membahas tema kesadaran ekologi dalam Islam, kemudian kesehatan mental dalam Islam, tantangan pangan dalam Islam, atau krisis air dalam Islam. Itu kan masih minim, padahal itu adalah isu-isu yang ada di depan mata kita dan butuh kehadiran Islam,” tuturnya. 


“Saya sampai bela-belain jadi Habib swasta ini kan mempertimbangkan konteks itu kan,” sambung Habib Ja’far disambut dengan gelak tawa.


Selanjutnya, Habib Ja’far juga menyarankan para santri untuk berdakwah dengan hikmah. Dalam konteks era digital sekarang ini, hikmah menurutnya bisa diartikan dengan kreativitas. 


“Banyak santri yang ngeluh, saya sudah cape-cape bikin Tiktok, Instagram, Youtube, Podcast tapi yang nonton sedikit. Iya ini karena tuntunannya tidak dikemas sebagai tontonan. Nah ketika tuntunan tidak dikemas sebagai tontonan akhirnya ya nggak ditonton,” ucapnya. 


“Nah ini juga yang dulu saya rasakan. Awalnya ditonton hanya nilai-nilai komedinya, pas bagian ceramahnya di-skip. Tapi lama-lama mereka mulai mendengar ceramah saya, bahkan kalau saya hadir ke tempat yang jauh dari nilai tradisi kesantrian, mereka hafal quote saya, tema-tema dan nilai-nilai yang saya ajarkan,” lanjutnya. 


Habib keturunan Madura ini kemudian memberikan tips kepada para santri dalam berdakwah. “Pertama, santri harus memahami konteks kepada siapa kita bicara. Kedua, dakwah dengan kreativitas. Ketiga, santri harus mempunyai wawasan-wawasan di luar turots, misalnya filsafat, metodelogi, public speaking, dan lain-lain. Saya rasa itu penting untuk dipahami agar apa yang disampaikan bisa lebih punya perspektif yang lebih realated,” tandasnya. 


Pewarta: Agung Gumelar


Kota Bandung Terbaru